Kirim 12 Tim Peneliti ke Thailand
Meski dengan dana yang tidak sepenuhnya bisa ditanggung oleh sekolah, namun para siswa sangat antusias agar bisa berangkat.
Awal Tahun, SMAN 3 Denpasar Langsung Tancap Gas
DENPASAR, NusaBali
Sebanyak 58 orang siswa yang terbagi menjadi 12 tim peneliti muda dari SMAN 3 Denpasar akan berlaga di ajang Thailand Inventors Day, 2-6 Februari 2019 di Thailand. Mereka rencananya akan berangkat Kamis (31/1) besok.
Mereka membawakan penelitian yang beragam dan unik. Semua memanfaatkan tanaman maupun sampah daun tanaman yang sudah mengering. Seperti prototipe Rompi Anti Peluru dari Kombinasi Serat Sisal (Agave sisalana) dan Limbah Daun Bambu (Gigantochloa apus), serta suplemen Antidepresan Loloh Bunga Telang dari Kombinasi Butterfly Pea (Clitoria ternatea), Daun Pandan (Pandanus amarullifolius), Gula Batu, Air, dan Kapur (Citrus aurantiifolia).
Ada juga pemanfaatan Limbah Daun Bambu Betung (Dendrocalamus asper) sebagai Biomaterial Ponsel Anti Radiasi, GENIT SPRAY: Bio-Repellent Dari Ekstrak Bunga Gumitir sebagai Pengusir Nyamuk Aedes Aegypti, dan Uji Perbandingan Biobrick Dari Kerang Lokan (Geloina erosa), Daun Bambu Petung (Dendrocalamus asper), Semen dan Putih Telur.
Pemanfaatan Daun Bambu Kuning (Bambusa vulgaris) juga digunakan sebagai Suplemen Penambah Stamina, Pemanfaatan Limbah Cangkang Keong Emas (Pomacea canaliculata) dan Alang-alang (Imperata cylindrica) sebagai Peredam Bising Bio-Brick, dan Bioasphalt dibuat dari Apus Bamboo (Gigantochloa apus) Limbah Batang.
Selain itu, ada juga penelitian kombinasi Cangkang Darah (Anadara Granosa) dengan Selulosa Hyacinth Air (Eichhornia Crassipes) sebagai Tulang Imitasi untuk Penggantian Pena, Tabir surya dari Selada Laut (Viva lactuca) dan Bunga Gemitir (Tagates erecta), CARDI: inovasi kasus eksternal dari Penggunaan Tanah Diatomacc untuk Radiasi Anti-Elektromagnetik, dan Kombinasi Limbah Kulit Pisang (Musa paradisiaca) dan Glodokan Tiang Leaf Litter (Polyalthia longifolia) sebagai Bio-Foam.
Kepala Sekolah (Kasek) SMAN 3 Denpasar, Drs IB Sudirga MPdH mengatakan, keberangkatan 12 tim peneliti muda ini menjadi semangat di awal tahun. Meski dengan dana yang tidak sepenuhnya bisa ditanggung oleh sekolah, namun para siswa sangat antusias agar bisa berangkat. Ia membeberkan, dari sekolah tidak sepenuhnya membiayai keberangkatan para siswanya sebab masih ada empat ajang internasional lainnya yang akan diikuti selama 2019. “Karena kami mengganggarkan dari dana sekolah untuk lima kali ajang dalam setahun, dan ini baru awal tahun. Sehingga untuk 58 orang yang berangkat ini kami tidak bisa membiayai sepenuhnya,” ujarnya, Selasa (29/1).
Meski dalam situasi sulit karena tidak bisa membiayai sepenuhnya, Kasek Sudirga juga berupaya memohon bantuan dana dari Pemprov lewat Gubernur Bali. Syukur, bantuan dari Pemprov yang diserahkan Karo Umum Setda Provinsi Bali cukup membantu keberangkatan para peneliti muda untuk urusan transportasi. “Kami sempat menghadap Pak Gubernur dan bisa dibantu untuk transportasi pulang-pergi, tapi tidak seluruhnya. Karena pertanggungjawabaanya harus per harga tiket, sehingga dana tersebut bisa mengakomodir 37 orang. Kami bersyukur,” ungkapnya.
Sementara itu, dukungan dari orangtua siswa juga sangat membantu agar para pelajar ini bisa berangkat ke Thailand. Tak jarang, para siswa juga mengajukan proporal untuk penggalian dana. “Saya lihat semangat dan motivasi anak-anak memang sangat bagus. Kalau mereka tidak semangat, mana mungkin mereka bisa berangkat, apalagi tahu biaya untuk ke sana juga tidak sedikit,” ujarnya.
Pihaknya tidak mau berharap terlalu tinggi dalam ajang ini. Meski nantinya tidak semua menjadi pemenang, setidaknya sejumlah tim bisa pulang membawa medali. Terpenting baginya, anak-anak bisa menunjukkan dirinya mampu berkompetisi dengan negara lain yang ikut dalam ajang tersebut. “Kalau harapannya jelas semuanya dapat emas,” imbuhnya.
Beberapa tim ada yang baru pertama kali akan mengikuti ajang internasional. Diantaranya kelompok tim Putu Ayu Dayita Mahashanti dan Kadek Dwika Wahyudinata. Tim Dayita membawakan penelitian pemanfaatan limbah daun bambu betung (Dendrocalamus asper) sebagai biomaterial casing telepon seluler anti radiasi. Dikatakan, limbah daun Bambu Betung (Dendrocalamus asper) mengandung silika sebesar 58,3 persen, sehingga berpeluang untuk dijadikan sebagai case anti radiasi. Silika daun bambu jika dicampur dengan gliserin serta lem resin dan hardener dapat dimanfaatkan untuk membuat biomaterial casing handphone anti radiasi gelombang elektromagnetik.
Sedangkan tim Dwika membuat penelitian Prototipe Rompi Anti Peluru dari Kombinasi Serat Sisal (Agave sisalana) dan Limbah Daun Bambu (Gigantochloa apus). Silika dan karbon yang terkandung dalam bahan-bahan tersebut yang membuat tahan api. Sementara itu, dilengkapi juga dengan uji coba tahan air, uji serap air, dan uji tembak. Hasilnya rompi tersebut masih tahan dengan peluru 9 mm.
Saat ditemui di SMAN 3 Denpasar, keduanya mengaku degdegan sebelum tampil. Sebab selain pameran, mereka juga ada materi presentasi di hadapan juri yang akan mengunjungi pameran mereka. “Kalau dengan tim sudah siap sebenarnya. Kalau secara pribadi masih belum 100 persen kesiapannya. Saya masih belajar-belajar materi, termasuk menyesuaikan bahasa nanti di sana,” ujar Dwika.
Hal yang sama diungkapkan Dayita. Ia yang sama sekali belum pernah ikut lomba ke ajang internasional mengungkapka, saat ini ia tengah fokus mempelajari materi serta dana. “Kami ada jadwal latihan dengan kakak angkatan senior yang sebelumnya sudah pernah ikut ajang internasional. Sekaligus sharing, apa sih yang biasanya juri pengen tahu dari penelitian kita. Saya berharap dapat medali, supaya tidak sia-sia juga orang tuanya mendukung dari awal,” harap Dayita. *ind
1
Komentar