Staf Ahli Bupati Gianyar Tutup Usia
Staf Ahli Bupati Gianyar Bidang Ekonomi dan Pembangunan, I Made Oka Wijaya, 54, tutup usia dalam perawatan di RS Sanjiwani Gianyar, Sabtu (2/2) siang.
DENPASAR, NusaBali
Ia meninggal dunia akibat penyakit komplikasi yang dideritanya. Jenazahnya langsung dikuburkan pada Saniscara Pon Pahang, sore kemarin di Setra Desa Adat Tanjung Bungkak, Kelurahan Sumerta Kelod, Denpasar Timur, tanah kelahirannya.
Dewi Ambar Sayati, istri almarhum terlihat tegar meski matanya berkaca-kaca. Ia menerima para pelayat yang datang silih berganti. Kepada NusaBali,Dewi Ambar menuturkan, bahwa Oka Wijaya sempat bolak balik perawatan selama dua minggu belakangan ini di RS Sanjiwani. Terakhir, ia kembali dirawat inap dua hari lalu karena mengeluh sesak.
“Dua hari lalu kembali opname karena mengeluh sesak. Padahal tadi pagi (kemarin, red) saya lihat kondisinya sudah membaik, sudah bisa duduk dan makan. Memang bapak gulanya tinggi, sehingga menyebabkan komplikasi. Gak nyangka kalau dia akan pergi secepat ini,” ceritanya.
Kemarin pagi, kata Dewi, suaminya itu sempat meminta tolong untuk diambilkan baju ganti yang ada di rumahnya di Tulikup, Gianyar. Dewi mengaku sempat merasakan sesuatu yang aneh ketika diminta demikian. Meski ada perasaan yang tidak enak, namun Dewi tetap menuruti keinginan suaminya itu. Tak disangka, justru itulah permintaan terakhir dari Oka Wijaya.
“Suami minta digantikan bajunya. Gak mau pakai baju rumah sakit, tapi ingin baju ganti yang ada di rumah. Dari situ saya kok ngerasa aneh. Tapi saya tetap pulang ambilkan baju ganti yang diminta. Dalam perjalanan saya pulang, saat itulah bapak tidak ada. Padahal jarak ke rumah cuma 10 menitan,” tuturnya.
Informasi meninggalnya sang suami langsung tersebar di lingkungan Pemkab Gianyar. Bahkan Bupati Gianyar, Made Mahayastra langsung melayat ketika jenazah Oka Wijaya masih berada di RS Sanjiwani Gianyar. Dewi mengaku Bupati Gianyar memberikan semangat dan support kepada dirinya untuk menjalani kehidupan ke depannya, terutama masa depan kedua anaknya.
“Setelah ini, saya tentu harus berjuang membesarkan anak seorang diri. Tapi Pak Bupati Gianyar sempat mengatakan tadi bahwa anak saya akan diberikan beasiswa hingga kuliah. Saya cukup lega mendengar,” ungkapnya.
Sepengetahuan Dewi, karir suaminya sempat bekerja di Dinas Koperasi Klungkung dan Tabanan. Kemudian Dinas Koperasi di Gianyar, Dinas Pariwisata Gianyar, bahkan menjadi Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Gianyar yang kini bernama Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP). Jabatan terakhir hingga ia tutup usia adalah Staf Ahli Ekonomi dan Pembangunan sejak 2014.
Di mata Dewi, almarhum adalah sosok kepala keluarga yang baik dan memiliki semangat yang tinggi. Selain itu, ungkap Dewi, almarhum juga sangat dekat dengan sang anak, Iluh Lexa Wijaya Mahadewi, 10, dan I Made Brega Oka Digdaya, 7. Kepintarannya bergaul juga menjadikan almarhum sebagai sosok yang banyak memiliki teman.
“Semangatnya sangat tinggi. Ia seringkali pergi ke luar negeri mengikuti pendidikan dan pelatihan seperti ke Jepang, Cina, Thailand, Filipina, Australia, dan beberapa negara lainnya. Ia juga sangat dekat dengan anak-anak. Kami merasa sangat kehilangan,” ucap Dewi.
Selain Dewi, keponakan almarhum, Nyoman Budiarta juga mengungkapkan bahwa sosok Oka Wijaya merupakan sosok yang supel dalam bergaul. Di wilayah Desa Adat Tanjung Bungkak ia dikenal dengan sebutan Pakde Lipi. Selain itu, almarhum juga terkenal cerdas. “Orangnya sangat baik. Di samping itu juga cerdas, sering sekali dikirim ke luar negeri. Orang di sini semua kenal beliau, karena beliau pandai dalam bergaul. Beliau juga dulu mantan Banti Negara di Denpasar tahun 1990-an,” tandasnya. *ind
Ia meninggal dunia akibat penyakit komplikasi yang dideritanya. Jenazahnya langsung dikuburkan pada Saniscara Pon Pahang, sore kemarin di Setra Desa Adat Tanjung Bungkak, Kelurahan Sumerta Kelod, Denpasar Timur, tanah kelahirannya.
Dewi Ambar Sayati, istri almarhum terlihat tegar meski matanya berkaca-kaca. Ia menerima para pelayat yang datang silih berganti. Kepada NusaBali,Dewi Ambar menuturkan, bahwa Oka Wijaya sempat bolak balik perawatan selama dua minggu belakangan ini di RS Sanjiwani. Terakhir, ia kembali dirawat inap dua hari lalu karena mengeluh sesak.
“Dua hari lalu kembali opname karena mengeluh sesak. Padahal tadi pagi (kemarin, red) saya lihat kondisinya sudah membaik, sudah bisa duduk dan makan. Memang bapak gulanya tinggi, sehingga menyebabkan komplikasi. Gak nyangka kalau dia akan pergi secepat ini,” ceritanya.
Kemarin pagi, kata Dewi, suaminya itu sempat meminta tolong untuk diambilkan baju ganti yang ada di rumahnya di Tulikup, Gianyar. Dewi mengaku sempat merasakan sesuatu yang aneh ketika diminta demikian. Meski ada perasaan yang tidak enak, namun Dewi tetap menuruti keinginan suaminya itu. Tak disangka, justru itulah permintaan terakhir dari Oka Wijaya.
“Suami minta digantikan bajunya. Gak mau pakai baju rumah sakit, tapi ingin baju ganti yang ada di rumah. Dari situ saya kok ngerasa aneh. Tapi saya tetap pulang ambilkan baju ganti yang diminta. Dalam perjalanan saya pulang, saat itulah bapak tidak ada. Padahal jarak ke rumah cuma 10 menitan,” tuturnya.
Informasi meninggalnya sang suami langsung tersebar di lingkungan Pemkab Gianyar. Bahkan Bupati Gianyar, Made Mahayastra langsung melayat ketika jenazah Oka Wijaya masih berada di RS Sanjiwani Gianyar. Dewi mengaku Bupati Gianyar memberikan semangat dan support kepada dirinya untuk menjalani kehidupan ke depannya, terutama masa depan kedua anaknya.
“Setelah ini, saya tentu harus berjuang membesarkan anak seorang diri. Tapi Pak Bupati Gianyar sempat mengatakan tadi bahwa anak saya akan diberikan beasiswa hingga kuliah. Saya cukup lega mendengar,” ungkapnya.
Sepengetahuan Dewi, karir suaminya sempat bekerja di Dinas Koperasi Klungkung dan Tabanan. Kemudian Dinas Koperasi di Gianyar, Dinas Pariwisata Gianyar, bahkan menjadi Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Gianyar yang kini bernama Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP). Jabatan terakhir hingga ia tutup usia adalah Staf Ahli Ekonomi dan Pembangunan sejak 2014.
Di mata Dewi, almarhum adalah sosok kepala keluarga yang baik dan memiliki semangat yang tinggi. Selain itu, ungkap Dewi, almarhum juga sangat dekat dengan sang anak, Iluh Lexa Wijaya Mahadewi, 10, dan I Made Brega Oka Digdaya, 7. Kepintarannya bergaul juga menjadikan almarhum sebagai sosok yang banyak memiliki teman.
“Semangatnya sangat tinggi. Ia seringkali pergi ke luar negeri mengikuti pendidikan dan pelatihan seperti ke Jepang, Cina, Thailand, Filipina, Australia, dan beberapa negara lainnya. Ia juga sangat dekat dengan anak-anak. Kami merasa sangat kehilangan,” ucap Dewi.
Selain Dewi, keponakan almarhum, Nyoman Budiarta juga mengungkapkan bahwa sosok Oka Wijaya merupakan sosok yang supel dalam bergaul. Di wilayah Desa Adat Tanjung Bungkak ia dikenal dengan sebutan Pakde Lipi. Selain itu, almarhum juga terkenal cerdas. “Orangnya sangat baik. Di samping itu juga cerdas, sering sekali dikirim ke luar negeri. Orang di sini semua kenal beliau, karena beliau pandai dalam bergaul. Beliau juga dulu mantan Banti Negara di Denpasar tahun 1990-an,” tandasnya. *ind
1
Komentar