Dinas LHK Badung Akan Hijaukan Bantaran Tukad Mati dengan Tabebuya
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kabupaten Badung akan melakukan penataan bantaran sungan Tukad Mati, Legian, Kecamatan Kuta.
MANGUPURA, NusaBali
Langkah penataan ini karena kawasan Tukad Mati selama ini kerap menjadi pemicu persoalan seperti bau, kotor, dan airnya sering meluap saat musim penghujan. Rencananya, bantaram sungai sepanjang 2,6 kilometer ini akan ditanami pohon Tabebuya.
Kepala Dinas LHK Kabupaten Badung I Putu Eka Merthawan, mengungkapkan penataan bantaran Tukad Mati ini akan berkolaborasi dengan pihak Kelurahan Legian dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Legian. Penataan tersebut sebagai tindak lanjut atas banyaknya masukan dari berbagai pihak terkait persoalan yang kerap terjadi di Tukad Mati. Masih menurut Merthawan, bahwa penataan bantaran Tukad Mati itu bukan hanya fisiknya. Namun, alirannya akan dibersihkan pula. “Kami akan bersinergitas dengan Kelurahan dan LPM Legian untuk penataan ini. Harapannya, agar Tukad Mati yang selama ini dianggap kumuh, kotor, dan bau itu diubah menjadi objek wisata baru yang juga ikon baru bagi warga Legian,” kata Merthawan saat meninjau lokasi bantaran Tukad Mati, Legian, Minggu (3/2) siang.
Dijelaskannya, untuk penataan Tukad Mati dan pembuatan taman, pihaknya akan menanam sebanyak 500 pohon Tabebuya di sisi kanan dan kiri bantaran sungai. Pohon Tabebuya yang akan ditanam, dipilih yang berwarna putih dan merah muda. Pohon ini, menurut Merthawan, akan berbunga dua kali setahun, yaitu pada Februari dan September. Sehingga, dengan adanya pohon yang menghiasi sepanjang bantaran Tukad Mati itu diharapkan menjadi daya tarik tersendiri. Dipilihnya tanaman Tabebuya ini, karena batangnya terkendali, memiliki bunga yang indah dan daunnya jarang jatuh. Selain itu, pohonnya tidak cepat tinggi, juga tidak liar. “Pohon ini sangat mudah ditata dan yang paling penting daunnya tidak sering rontok. Ini akan menjadi sungai rekreasi, maka faktor bersihnya wajib untuk dijaga,” imbuhnya.
Terkait penataan Tukad Mati, murni inisiatif dari LPM dan Lurah Legian. Jika nanti ini bisa terus berkembang bagus, pihaknya akan membentuk tim khusus untuk pemeliharaan. Sementara untuk anggaran, penataan Tukad Mati akan diajukan pada anggaran perubahan 2019 sebesar Rp 800.000.000, untuk pohon Tabebuya, patung, taman, pot, dan lighting. “Kalau terkait pemeliharaan, apakah nanti pihak LPM yang memelihara melalui dana CSR atau ada masukan lain, itu yang akan kami koordinasikan nanti,” tutur Merthawan.
Sementara, Lurah Legian I Made Madia Surya Natha yang turut mendampingi pengecekan lokasi ini sangat mendukung rencana penataan bantaran Tukad Mati. Karena ini merupakan keinginan masyarakat Legian agar Tukad Mati ini bisa menjadi ikon baru pariwisata. Pihaknya berharap rencana ini segera direalisasikan. Terkait dengan nama taman yang dimaksud, pihakya mengusulkan untuk nama yaitu Taman Giri Tabebuya. “Kami berharap, tahun 2019 ini senderan sudah selesai ditata, sedimentasi sudah dikeruk, dan taman juga sudah selesai. Mudah-mudahan ini bisa menjadi objek wisata baru, minimal untuk masyarakat lokal," harapnya.
Ketua LPM Legian I Ketut Sudana juga membeberkan bahwa selama ini, kawasan Tukad Mati memang benar-benar terkesan mati. Pihaknya berharap setelah ada kolaborasi antara Dinas LHK, Lurah Legian, dan LPM Legian bersama tokoh masyarakat, kawasan Tukad Mati bisa lebih hidup.
“Mudah mudahan itu bisa segera terealisasi sehingga bisa menjadi ikon baru di Kelurahan Legian. Sehingga untuk jangka panjang bisa dinikmati oleh masyarakat Legian bahkan masyarakat Bali. Untuk maintenance ke depannya, kami akan menggerakkan Legian Business Association (LBA) untuk ikut mendukung melalui program CSR-nya,” ujarnya. *dar
Kepala Dinas LHK Kabupaten Badung I Putu Eka Merthawan, mengungkapkan penataan bantaran Tukad Mati ini akan berkolaborasi dengan pihak Kelurahan Legian dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Legian. Penataan tersebut sebagai tindak lanjut atas banyaknya masukan dari berbagai pihak terkait persoalan yang kerap terjadi di Tukad Mati. Masih menurut Merthawan, bahwa penataan bantaran Tukad Mati itu bukan hanya fisiknya. Namun, alirannya akan dibersihkan pula. “Kami akan bersinergitas dengan Kelurahan dan LPM Legian untuk penataan ini. Harapannya, agar Tukad Mati yang selama ini dianggap kumuh, kotor, dan bau itu diubah menjadi objek wisata baru yang juga ikon baru bagi warga Legian,” kata Merthawan saat meninjau lokasi bantaran Tukad Mati, Legian, Minggu (3/2) siang.
Dijelaskannya, untuk penataan Tukad Mati dan pembuatan taman, pihaknya akan menanam sebanyak 500 pohon Tabebuya di sisi kanan dan kiri bantaran sungai. Pohon Tabebuya yang akan ditanam, dipilih yang berwarna putih dan merah muda. Pohon ini, menurut Merthawan, akan berbunga dua kali setahun, yaitu pada Februari dan September. Sehingga, dengan adanya pohon yang menghiasi sepanjang bantaran Tukad Mati itu diharapkan menjadi daya tarik tersendiri. Dipilihnya tanaman Tabebuya ini, karena batangnya terkendali, memiliki bunga yang indah dan daunnya jarang jatuh. Selain itu, pohonnya tidak cepat tinggi, juga tidak liar. “Pohon ini sangat mudah ditata dan yang paling penting daunnya tidak sering rontok. Ini akan menjadi sungai rekreasi, maka faktor bersihnya wajib untuk dijaga,” imbuhnya.
Terkait penataan Tukad Mati, murni inisiatif dari LPM dan Lurah Legian. Jika nanti ini bisa terus berkembang bagus, pihaknya akan membentuk tim khusus untuk pemeliharaan. Sementara untuk anggaran, penataan Tukad Mati akan diajukan pada anggaran perubahan 2019 sebesar Rp 800.000.000, untuk pohon Tabebuya, patung, taman, pot, dan lighting. “Kalau terkait pemeliharaan, apakah nanti pihak LPM yang memelihara melalui dana CSR atau ada masukan lain, itu yang akan kami koordinasikan nanti,” tutur Merthawan.
Sementara, Lurah Legian I Made Madia Surya Natha yang turut mendampingi pengecekan lokasi ini sangat mendukung rencana penataan bantaran Tukad Mati. Karena ini merupakan keinginan masyarakat Legian agar Tukad Mati ini bisa menjadi ikon baru pariwisata. Pihaknya berharap rencana ini segera direalisasikan. Terkait dengan nama taman yang dimaksud, pihakya mengusulkan untuk nama yaitu Taman Giri Tabebuya. “Kami berharap, tahun 2019 ini senderan sudah selesai ditata, sedimentasi sudah dikeruk, dan taman juga sudah selesai. Mudah-mudahan ini bisa menjadi objek wisata baru, minimal untuk masyarakat lokal," harapnya.
Ketua LPM Legian I Ketut Sudana juga membeberkan bahwa selama ini, kawasan Tukad Mati memang benar-benar terkesan mati. Pihaknya berharap setelah ada kolaborasi antara Dinas LHK, Lurah Legian, dan LPM Legian bersama tokoh masyarakat, kawasan Tukad Mati bisa lebih hidup.
“Mudah mudahan itu bisa segera terealisasi sehingga bisa menjadi ikon baru di Kelurahan Legian. Sehingga untuk jangka panjang bisa dinikmati oleh masyarakat Legian bahkan masyarakat Bali. Untuk maintenance ke depannya, kami akan menggerakkan Legian Business Association (LBA) untuk ikut mendukung melalui program CSR-nya,” ujarnya. *dar
1
Komentar