Vihara Blahbatuh, Pusat Perayaan Imlek
Jelang perayaan hari suci Imlek, sejumlah Vihara Amurva Bhumi di Desa/Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, mematangkan persiapan, Minggu (3/2).
GIANYAR, NusaBali
Vihara merupakan pusat perayaan Imlek di wilayah Gianyar. Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) Kabupaten Gianyar, Pandita Made Suardana, mengatakan saat Imlek, vihara ini juga didatangi umat Hindu untuk sembahyang sekaligus membayar sesangi (kaul, Red). "Seperti tahun sebelum-sebelumnya, umat datang hanya untuk sembahyang saja. Namun tidak jarang juga ada umat Hindu yang sembahyang sambil naur sesangi. Mungkin ia pernah berdoa, ketika terkabulkan dia akan sembahyang ke sini atau menghaturkan sesuatu di sini," terangnya ditemui, Minggu (3/2).
Saat naur sesangi, disebutkan, juga ada yang membawa sarana canang, dupa, sampai dengan pejati. Vihara di pinggir timur Tukad Petanu ini juga sering didatangi umat Budha dari luar Bali. Di Kecamatan Blahbatuh, penyungsung vihara tersebut hanya 47 kepala keluarga. Setiap pelaksanaan Imlek puluhan warga itu memiliki tanggungjawab dalam mempersiapakan apa saja yang dieprlukan. Mulai dari pembersihan, hingga memasang pernak-pernik perayaan Imlek.
Pandita Suardana memaparkan ketika ada umat yang mau sembahyang ke sana tidak mengenal dengan cuntaka. Terpenting memiliki niat dan keinginan yang tulus melakukan persembahyangan. Lantaran Vihara tersebut disebutnya tempa Dewa Bhumi. "Pertama mohon izin di depan, tepat di sebuah palinggih depan pohon beringin. Kemudian baru menuju Vihara, setelah selesai sembahyang kurang lebih empat kali yang ada di tempat ini. Selanjutnya diakhiri dengan membakar uag emas," papar dia.
Ia menambahkan bahwa membakar uang emas bermakna untuk mengucapkan terimakasih atas apa yang didapatkan umat pada tahun sebelumnya. Sedangkan kedepannya agar bisa lebih baik lagi, saat membakar itu juga dikatakan diimbangi dengan berdoa apa yang diharapkan pada tahun berikutnya.
Disinggung banyaknya umat Buddha di Kabupaten Gianyar, Ketua WALUBI Kabupaten Gianyar tersebut mengaku tercatat kurang lebih sebanyak 1.300 umat. "Perayaan Imlek ini juga diyakini sebagai pergantian musim, dari musim dingin ke musim yang biasa. Namun kami di sini pelaksanaannya secara rutinitas saja, kalau ada umat yang lewat hendak ke Batur atau Besakih mereka mampir ke sini sembahyang," tandas Pandita Suardana.*nvi
Saat naur sesangi, disebutkan, juga ada yang membawa sarana canang, dupa, sampai dengan pejati. Vihara di pinggir timur Tukad Petanu ini juga sering didatangi umat Budha dari luar Bali. Di Kecamatan Blahbatuh, penyungsung vihara tersebut hanya 47 kepala keluarga. Setiap pelaksanaan Imlek puluhan warga itu memiliki tanggungjawab dalam mempersiapakan apa saja yang dieprlukan. Mulai dari pembersihan, hingga memasang pernak-pernik perayaan Imlek.
Pandita Suardana memaparkan ketika ada umat yang mau sembahyang ke sana tidak mengenal dengan cuntaka. Terpenting memiliki niat dan keinginan yang tulus melakukan persembahyangan. Lantaran Vihara tersebut disebutnya tempa Dewa Bhumi. "Pertama mohon izin di depan, tepat di sebuah palinggih depan pohon beringin. Kemudian baru menuju Vihara, setelah selesai sembahyang kurang lebih empat kali yang ada di tempat ini. Selanjutnya diakhiri dengan membakar uag emas," papar dia.
Ia menambahkan bahwa membakar uang emas bermakna untuk mengucapkan terimakasih atas apa yang didapatkan umat pada tahun sebelumnya. Sedangkan kedepannya agar bisa lebih baik lagi, saat membakar itu juga dikatakan diimbangi dengan berdoa apa yang diharapkan pada tahun berikutnya.
Disinggung banyaknya umat Buddha di Kabupaten Gianyar, Ketua WALUBI Kabupaten Gianyar tersebut mengaku tercatat kurang lebih sebanyak 1.300 umat. "Perayaan Imlek ini juga diyakini sebagai pergantian musim, dari musim dingin ke musim yang biasa. Namun kami di sini pelaksanaannya secara rutinitas saja, kalau ada umat yang lewat hendak ke Batur atau Besakih mereka mampir ke sini sembahyang," tandas Pandita Suardana.*nvi
1
Komentar