Digulung Ombak, Lumba-lumba Terdampar Mati di Pantai Kuta
Wisatawan dan penjaga Pantai Kuta dikejutkan dengan temuan bangkai lumba-lumba yang terdampar di pesisir Pantai Kuta, tepatnya di sekitar Pura Segara Desa Adat Kuta, Selasa (5/2) siang.
MANGUPURA, NusaBali
Belum diketahui secara pasti matinya lumba-lumba tersebut. Namun, dugaan awal lantaran terhempas gelombang tinggi dan terseret hingga ke darat.
Ketua Pengelola Pantai Desa Adat Kuta Mangku Wayan Sirna, menerangkan awal mula ditemukannya bangkai lumba-lumba tersebut diketahui oleh seorang petugas di lapangan. Pada Selasa sekitar pukul 09.30 Wita, pihaknya sedang melakukan penjagaan keamanan pelaksanaan Nyekah oleh krama Abianbase di kawasan pantai. Nah, saat melalukan pengawasan itu, petugas di lapangan menemukan bangkai lumba-lumba yang sudah dalam kondisi penuh luka di bibir pantai. Setelah dicek sudah dalam keadaan mati. Atas temuan itulah dilakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk melakukan penanganan. “Ditemukan sudah mati dan luka. Pun saat itu lumba-lumba tersebut sudah teronggok di atas pasir,” ungkapnya saat dihubungi melalui ponselnya, Selasa (5/2) siang.
Mangku Sirna menjelaskan, lumba-lumba yang mati di Pantai Kuta tersebut diduga sama dengan yang ditemukan beberapa hari sebelumnya di kawasan Legian. Pasalnya, dari ukurannya nyaris sama. Hanya saja, saat itu lumba-lumba yang ditemukan di kawasan Pantai Legian masih dalam kondisi hidup dan masih berenang, meski berada di pinggir pantai. Saat itu, lumba-lumba naas itu sempat dilakukan penanganan dengan digiring oleh petugas Balawista ke tengah laut. Sehingga berhasil selamat dan berenang.
“Kalau dugaan awal lumba-lumba yang mati ini sama dengan yang pertama kali munculnya di area pantai Popies II. Tapi, saat itu dilakukan penanganan dengan menggiringnya. Ya, tiba-tiba muncul lagi dan sudah kondisi mati,” tuturnya.
Sementara Koordinator Balawista Badung I Ketut Ipel menuturkan hal yang sama. Menurutnya beberapa hari sebelumnya lumba-lumba serupa ditemukan nyaris terdampar di wilayah Pantai Legian. Namun karena masih terus bergerak menuju Pantai Kuta, anggota Balawista tidak mengambil tindakan apapun. Hanya mengawasi, sebelum akhirnya semakin mendekati bibir pantai. Tapi, karena saat itu gelombang tinggi, lumba-lumba tersebut nyaris terdampar di depan area Pos I, kemudian anggotanya menggiring ke tengah laut dan berhasil selamat.
“Memang tiga atau empat hari lalu, ada lumba-lumba dengan ukuran serupa (dengan yang mati di Pantai Kuta, Red) nyaris terdampar. Tapi, kami saat itu sudah giring ke tengah laut dan selamat. Nah kalau yang mati ini dugaan awal masih sama dengan yang kami temukan beberapa hari lalu. Itu bisa dilihat dari ukurannya. Kalau untuk penyebab kematiannya, biarkan petugas yang berkompeten yang menjelaskannya,” imbuhnya
Temuan bangkai lumba-lumba ini sudah ditindaklanjuti pihak Turtle Conservation and Education Center (TCEC) Serangan. Hal ini diakui oleh, I Made Kanta salah seorang tokoh TCEC Serangan. Menurut dia, lumba-lumba tersebut sudah ditangani untuk selanjutnya dilakukan tindakan nekropsi. “Jadi nanti kesimpulan penyebab matinya lumba-lumba itu setelah nekropsi dilakukan. Nanti mungkin tim dokter kami yang akan menjelaskan,” kata Made Kanta yang dikonfirmasi via ponsel. *dar
Belum diketahui secara pasti matinya lumba-lumba tersebut. Namun, dugaan awal lantaran terhempas gelombang tinggi dan terseret hingga ke darat.
Ketua Pengelola Pantai Desa Adat Kuta Mangku Wayan Sirna, menerangkan awal mula ditemukannya bangkai lumba-lumba tersebut diketahui oleh seorang petugas di lapangan. Pada Selasa sekitar pukul 09.30 Wita, pihaknya sedang melakukan penjagaan keamanan pelaksanaan Nyekah oleh krama Abianbase di kawasan pantai. Nah, saat melalukan pengawasan itu, petugas di lapangan menemukan bangkai lumba-lumba yang sudah dalam kondisi penuh luka di bibir pantai. Setelah dicek sudah dalam keadaan mati. Atas temuan itulah dilakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk melakukan penanganan. “Ditemukan sudah mati dan luka. Pun saat itu lumba-lumba tersebut sudah teronggok di atas pasir,” ungkapnya saat dihubungi melalui ponselnya, Selasa (5/2) siang.
Mangku Sirna menjelaskan, lumba-lumba yang mati di Pantai Kuta tersebut diduga sama dengan yang ditemukan beberapa hari sebelumnya di kawasan Legian. Pasalnya, dari ukurannya nyaris sama. Hanya saja, saat itu lumba-lumba yang ditemukan di kawasan Pantai Legian masih dalam kondisi hidup dan masih berenang, meski berada di pinggir pantai. Saat itu, lumba-lumba naas itu sempat dilakukan penanganan dengan digiring oleh petugas Balawista ke tengah laut. Sehingga berhasil selamat dan berenang.
“Kalau dugaan awal lumba-lumba yang mati ini sama dengan yang pertama kali munculnya di area pantai Popies II. Tapi, saat itu dilakukan penanganan dengan menggiringnya. Ya, tiba-tiba muncul lagi dan sudah kondisi mati,” tuturnya.
Sementara Koordinator Balawista Badung I Ketut Ipel menuturkan hal yang sama. Menurutnya beberapa hari sebelumnya lumba-lumba serupa ditemukan nyaris terdampar di wilayah Pantai Legian. Namun karena masih terus bergerak menuju Pantai Kuta, anggota Balawista tidak mengambil tindakan apapun. Hanya mengawasi, sebelum akhirnya semakin mendekati bibir pantai. Tapi, karena saat itu gelombang tinggi, lumba-lumba tersebut nyaris terdampar di depan area Pos I, kemudian anggotanya menggiring ke tengah laut dan berhasil selamat.
“Memang tiga atau empat hari lalu, ada lumba-lumba dengan ukuran serupa (dengan yang mati di Pantai Kuta, Red) nyaris terdampar. Tapi, kami saat itu sudah giring ke tengah laut dan selamat. Nah kalau yang mati ini dugaan awal masih sama dengan yang kami temukan beberapa hari lalu. Itu bisa dilihat dari ukurannya. Kalau untuk penyebab kematiannya, biarkan petugas yang berkompeten yang menjelaskannya,” imbuhnya
Temuan bangkai lumba-lumba ini sudah ditindaklanjuti pihak Turtle Conservation and Education Center (TCEC) Serangan. Hal ini diakui oleh, I Made Kanta salah seorang tokoh TCEC Serangan. Menurut dia, lumba-lumba tersebut sudah ditangani untuk selanjutnya dilakukan tindakan nekropsi. “Jadi nanti kesimpulan penyebab matinya lumba-lumba itu setelah nekropsi dilakukan. Nanti mungkin tim dokter kami yang akan menjelaskan,” kata Made Kanta yang dikonfirmasi via ponsel. *dar
1
Komentar