Warga Lokal dan Wisman Padati Vihara
Ribuan umat etnis Tionghoa melakukan persembahyangan di Vihara Darmayana, Jalan Blambangan, Kuta, Badung, pada Selasa (5/2).
Persembahyangan Sambut Imlek di Vihara Dharmayana Kuta
MANGUPURA, NusaBali
Menariknya, tidak hanya warga yang bersembahyang di vihara bernama Leng Gwan Byo, ini tapi juga wisatawan manca negara (wisman) asal China dan negara lainnya.
Penanggungjawab Vihara Dharmayana Adi Dharmaja, mengungkapkan perayaan Tahun Baru Imlek atau Tahun Baru China 2570 pada umumnya hampir sama dengan perayaan Imlek sebelumnya. Namun, kunjungan umat yang bersembahyang kali ini sangat membeludak. Diakuinya, bahwa ribuan umat datang ke vihara sejak pukul 00.00 Wita. Dalam satu sesi persembahyangan, ada sekitar 300-400 orang, dan itu terus berlangsung hingga malam.
“Yang sekarang memang membeludak. Tapi itu wajar, sebab vihara ini termasuk menjadi destinasi pariwisata di Kuta. Kemarin (Senin, 4/2) ada 40 orang rombongan India bersama guidenya ke vihara, ada juga dari Eropa, Australia, dan China. Jadi memang umat dan wisatawan banyak yang berkunjung dan sembahyang di vihara ini,” ungkapnya, Selasa (5/2) siang
Dirincikannya, persembahyangan Imlek dimulai sejak pukul 00.00 Wita. Bagi umat yang memiliki altar di rumahnya, langsung melakukan persembahyangan tutup tahun sekaligus menyambut tahun baru China 2570 di shio babi tanah. Menurut kepercayaan warga Tionghoa, babi memiliki sifat malas, banyak makan dan banyak tidur. Kalau dimaknai, seperti apa yang disiratkan oleh para pendahulu, maka dari 12 shio, babi dijadikan shio karena mewakili sifat-sifat manusia. Oleh karena itu, setiap manusia harus bisa menghilangkan sifat-sifat kurang baik itu. Di tahun baru ini, pihaknya berharap semua orang agar lebih bersemangat dalam menjalani keseharian. Dalam arti, berusaha dan lebih bersemangat baik dalam ekonomi, kesehatan, keamanan, dan lainnya. Karena bagaimana pun dalam tahun baru ini apalagi di tahun 2019 merupakan tahun politik, tentu harus bisa menyikapi dengan baik.
“Kita jangan meniru sifat babi. Harus tetap semangat dan lebih kreatif dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan keahlian masing-masing,” imbaunya.
Diceritakannya, rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek diawali dengan tradisi persembahyangan tolak bala pada Senin (4/2) sore. Tradisi tersebut diisi dengan pawai Barongsai mengelilingi jalan seputaran Kuta. Persembahyangan tolak bala dilakukan di masing-masing pertigaan dan perempatan yang diawali di depan vihara. Saat melakukan kirab, biasanya umat yang berada di jalan langsung memberikan angpao kepada Barongsai. Secara tradisi budaya Tionghoa itu bermakna agar di dalam menyambut Tahun Baru Imlek 2570, bisa berjalan dengan penuh suka cita dan tidak ada aral melintang. Dalam acara penyambutan tahun baru itu, ada 5 Barongsai yang diturunkan. “Tujuan dilakukan persembahyangan tolak bala, persembahyangan tutup tahun, agar perayaan Tahun Baru Imlek ini berjalan dengan penuh suka cita,” katanya. *dar
MANGUPURA, NusaBali
Menariknya, tidak hanya warga yang bersembahyang di vihara bernama Leng Gwan Byo, ini tapi juga wisatawan manca negara (wisman) asal China dan negara lainnya.
Penanggungjawab Vihara Dharmayana Adi Dharmaja, mengungkapkan perayaan Tahun Baru Imlek atau Tahun Baru China 2570 pada umumnya hampir sama dengan perayaan Imlek sebelumnya. Namun, kunjungan umat yang bersembahyang kali ini sangat membeludak. Diakuinya, bahwa ribuan umat datang ke vihara sejak pukul 00.00 Wita. Dalam satu sesi persembahyangan, ada sekitar 300-400 orang, dan itu terus berlangsung hingga malam.
“Yang sekarang memang membeludak. Tapi itu wajar, sebab vihara ini termasuk menjadi destinasi pariwisata di Kuta. Kemarin (Senin, 4/2) ada 40 orang rombongan India bersama guidenya ke vihara, ada juga dari Eropa, Australia, dan China. Jadi memang umat dan wisatawan banyak yang berkunjung dan sembahyang di vihara ini,” ungkapnya, Selasa (5/2) siang
Dirincikannya, persembahyangan Imlek dimulai sejak pukul 00.00 Wita. Bagi umat yang memiliki altar di rumahnya, langsung melakukan persembahyangan tutup tahun sekaligus menyambut tahun baru China 2570 di shio babi tanah. Menurut kepercayaan warga Tionghoa, babi memiliki sifat malas, banyak makan dan banyak tidur. Kalau dimaknai, seperti apa yang disiratkan oleh para pendahulu, maka dari 12 shio, babi dijadikan shio karena mewakili sifat-sifat manusia. Oleh karena itu, setiap manusia harus bisa menghilangkan sifat-sifat kurang baik itu. Di tahun baru ini, pihaknya berharap semua orang agar lebih bersemangat dalam menjalani keseharian. Dalam arti, berusaha dan lebih bersemangat baik dalam ekonomi, kesehatan, keamanan, dan lainnya. Karena bagaimana pun dalam tahun baru ini apalagi di tahun 2019 merupakan tahun politik, tentu harus bisa menyikapi dengan baik.
“Kita jangan meniru sifat babi. Harus tetap semangat dan lebih kreatif dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan keahlian masing-masing,” imbaunya.
Diceritakannya, rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek diawali dengan tradisi persembahyangan tolak bala pada Senin (4/2) sore. Tradisi tersebut diisi dengan pawai Barongsai mengelilingi jalan seputaran Kuta. Persembahyangan tolak bala dilakukan di masing-masing pertigaan dan perempatan yang diawali di depan vihara. Saat melakukan kirab, biasanya umat yang berada di jalan langsung memberikan angpao kepada Barongsai. Secara tradisi budaya Tionghoa itu bermakna agar di dalam menyambut Tahun Baru Imlek 2570, bisa berjalan dengan penuh suka cita dan tidak ada aral melintang. Dalam acara penyambutan tahun baru itu, ada 5 Barongsai yang diturunkan. “Tujuan dilakukan persembahyangan tolak bala, persembahyangan tutup tahun, agar perayaan Tahun Baru Imlek ini berjalan dengan penuh suka cita,” katanya. *dar
Komentar