Pebisnis Hortikultura di Bali Berharap Perluasan Ekspor
Kalangan pebisnis hortikultura Bali berharap mendapat manfaat dari Pertemuan Sinkronisasi Program dan Evaluasi Kinerja Atase Pertanian oleh Kementerian Pertanian.
DENPASAR, NusaBali
Hal itu terutama berdampak pada perluasan ekspor pasar produk agro/hortikultura Bali di luar negeri. Pasalnya, akses pasar/ekspor produk hortikultura Bali masih terbatas.
Ketua Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali I Wayan Sugiarta, menyatakan harapan itu pada Selasa (5/2). Hal itu disampaikan Sugiarta, menyusul rencana Pertemuan Sinkronisasi Program dan Evaluasi Kinerja Atase Pertanian oleh Kementerian Pertanian, di Kuta, Badung, pada Jumat (7/2).“Kami berharap akses pasar Bali di luar negeri dapat diperluas,” ujar Sugiarta.
Diharapkan Sugiarta, rapat evaluasi, juga memotret potensi Bali dalam produk hortikultura, bukan sebatas pariwisata. Dikatakan Sugiarta, salah satu potensi hortikultura Bali adalah buah lokal segar. Ada jeruk, salak, mangga, manggis hingga buah naga. Dari sekian itu potensi tersebut, yang baru lolos ekspor baru manggis saja. Manggis malah diburu langsung ke Bali oleh buyer dari Tiongkok. “Potensi horti lainnya belum mampu diekspor,” ujar Sugiarta.
Padahal potensi hortikultura Bali, tidak saja buah, tetapi juga aneka sayur atau vegetable. Harapannya, kata Sugiarta bukan hanya pebisnis yang maju dan untung, tentu petani juga lebih sejahtera, karena produk mereka lebih terbuka peluang pasarnya. “Selama musimnya, kami bisa menjamin kontinuitas dan kualitasnya,” ujar Sugiarta, pebisnis horti asal Desa Blahkiuh, Badung.
Sedangkan Kadis Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana mengiyakan rapat evaluasi dan sinkronisasi dengan atase pertanian oleh Kementan. “Apa agendanya kita belum tahu persis,” ujar IB Wisnuardhana. Meski demikian, Provinsi tentu siap membantu agenda dari Kementan. *K17.
Hal itu terutama berdampak pada perluasan ekspor pasar produk agro/hortikultura Bali di luar negeri. Pasalnya, akses pasar/ekspor produk hortikultura Bali masih terbatas.
Ketua Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali I Wayan Sugiarta, menyatakan harapan itu pada Selasa (5/2). Hal itu disampaikan Sugiarta, menyusul rencana Pertemuan Sinkronisasi Program dan Evaluasi Kinerja Atase Pertanian oleh Kementerian Pertanian, di Kuta, Badung, pada Jumat (7/2).“Kami berharap akses pasar Bali di luar negeri dapat diperluas,” ujar Sugiarta.
Diharapkan Sugiarta, rapat evaluasi, juga memotret potensi Bali dalam produk hortikultura, bukan sebatas pariwisata. Dikatakan Sugiarta, salah satu potensi hortikultura Bali adalah buah lokal segar. Ada jeruk, salak, mangga, manggis hingga buah naga. Dari sekian itu potensi tersebut, yang baru lolos ekspor baru manggis saja. Manggis malah diburu langsung ke Bali oleh buyer dari Tiongkok. “Potensi horti lainnya belum mampu diekspor,” ujar Sugiarta.
Padahal potensi hortikultura Bali, tidak saja buah, tetapi juga aneka sayur atau vegetable. Harapannya, kata Sugiarta bukan hanya pebisnis yang maju dan untung, tentu petani juga lebih sejahtera, karena produk mereka lebih terbuka peluang pasarnya. “Selama musimnya, kami bisa menjamin kontinuitas dan kualitasnya,” ujar Sugiarta, pebisnis horti asal Desa Blahkiuh, Badung.
Sedangkan Kadis Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana mengiyakan rapat evaluasi dan sinkronisasi dengan atase pertanian oleh Kementan. “Apa agendanya kita belum tahu persis,” ujar IB Wisnuardhana. Meski demikian, Provinsi tentu siap membantu agenda dari Kementan. *K17.
1
Komentar