Caleg Satu Natah Tarung Berebut Kursi DPRD Bali
Tarung perebutan kursi DPRD Bali Dapil Denpasar dalam Pileg 2019, menampilkan ‘perang saudara’ di internal Puri Gerenceng, Desa Pemecutan Kaja, Kecamatan Denpasar Utara.
Rai Sunasri Tidak Kompromi, Adi Ardhana Ngaku Punya Segmen
DENPASAR, NusaBali
Dua tokoh puri satu natah (halaman rumah) ini adalah AA Ngurah Adi Ardhana (PDIP) vs AA Ayu Rai Sunasri (Golkar). AA Ngurah Adi Ardhana maju tarung ke Pileg 2019 dengan status sebagai caleg incumbent. Sebab, Adi Ardhana saat ini masih duduk di Fraksi PDIP DPRD Bali 2014-2019. Sedangkan AA Ayu Rai Sunasri maju tarung ke Pileg 2019 dengan status sebagai status new comer. Sebelum tarung ke Pileg 2019, Rai Sunasri sempat maju sebagai Calon Wakil Walikota Denpasar yang diusung Golkar-Demokrat dalam Pilkada Denpasar 2015.
Bagi Rai Sunasri, ini untuk pertama kalinya maju tarung Pileg berebut kursi DPRD Bali Dapil Denpasar. Dalam Pileg 2014 lalu, Rai Sunasri juga sempat tarung, namun dia berebut kursi DPRD Denpasar. Sayangnya, mantan anggota Fraksi Golkar DPRD Denpasar 2004-2009 ini gagal lolos ke kursi Dewan saat ini.
Selain Adi Ardhana dan Rai Sunasri, masih ada 3 tokoh beda parpol dari Puri Gerenceng yang maju tarung ke Pileg 2019. Mereka masing-masing AA Susruta Ngurah Putra, AA Ngurah Agung, dan Ni Putu Suandewi alias Jero Cempaka. Sustruta Ngurah Putra adalah kakak dari Adhi Ardhana. Sustruta Ngurah Putra maju tarung berebut kursi DPRD Denpasar dengan naik kendaraan Demokrat. Seperti halnya Adi Ardhana, Susruta Ngurah Putra pun berstatus caleg incumbent.
Sedangkan AA Ngurah Agung (yang merupakan misan dari Adi Ardhana dan Susruta Ngurah Putra) maju tarung berebut kursi DPRD Denpasar dengan naik kendaraan Golkar dalam Pileg 2019. Lima tahun sebelumnya, Ngurah Agung juga tarung berebut kursi DPRD Bali dari Golkar Dapil Denpasar, namun gagal lolos ke Dewan. Sebaliknya, Ni Putu Suandewi alias Jero Cempaka (yang notabene adik ipar dari Ngurah Agung) maju tarung berebut kursi DPRD Denpasar dengan naik kendaraan NasDem di Pileg 2019.
Lantas, bagaimana Adi Ardhana dan Rai Sunasri menyiasati ‘perang saudara’ di Pileg 2019? Kepada NusaBali, Rai Sunasri menyatakan dirinya bertekad tarung habis-habisan dan tanpa kompromi, walaupun yang dihadapi salah satunya adalah Adhi Ardhana, caleg incumbent yang tinggal satu natah. Menurut Rai Sunasri, Adi Ardhana notabene adik iparnya, karena merupakan adik misan daro suaminya.
“Walaupun dia (Adi Ardhana) adik ipar saya dan tinggal satu halaman rumah di Puri Gerenceng, namun saya tetap harus bertarung sebagai seorang politisi. Tidak ada kompromi kita. Kami masing-masing punya segmen pemilih,” ujar Rai Sunasri kepada NusaBali, beberapa hari lalu.
Rai Sunasri memastikan akan berbagi suara pemilih di lingkungan keluarga Puri Gerenceng untuk perebutan kursi DPRD Bali dalam Pileg 2019. Ada 120 suara dari keluarga besar Puri Gerenceng yang diperebutan. “Ya kita sudah tahulah, siapa memilih siapa. Selebihnya, cari suara di luar Puri Gerenceng kita. Kita sudah punya segmen dan pemilih masing-masing. Walaupun Adi Ardhana incumbent, saya tetap optimis bisa maksimal memberikan ‘perlawanan’,” ujar Rai Sunasri yang kini Wakil Ketua Bappilu DPD II Golkar Denpasar.
Apakah pernah berkomunikasi dengan Adi Ardhana terkait pengkavlingan suara untuk tarung Pileg 2019? “Kita kalau bertemu di keluarga sudah biasa. Tapi, kita tidak pernah berbicara politik. Apalagi, bicara kavling-kavling suara untuk DPRD Bali. Bagi saya, tidaklah baik politik dibahas di keluarga. Kalau keluarga, ya bicara urusan keluarga,” dalih Srikandi Golkar ini.
Ditanya soal strategi dan taktik mendulang suara yang diterapkannya, menurut Rai Sunasri, pihaknya bergerak door to door. Sebab, kkalau memburu kelompok masyarakat, apalagi banjar, sudah tidak bisa, lantaran incumbent memiliki ‘peluru’ bernama bansos. “Saya nggak mungkin bisa menghadapi bansos milik incumbent. Ya, simakrama kalau ada yang mengundang. Kalau tidak, door to door saja, menyisir mereka yang belum disentuh bansos,” tandas mantan anggota Komisi C DPRD Denpasar 2004-2009 ini.
Rai Sunasri berharap masyarakat Denpasar menggunakan hati nurani dalam memilih caleg DPRD Bali. “Mudah- mudahan masyarakat Denpasar menyadari bahwa bansos/hibah itu memang hak mereka. Itu uang negara yang semua masyarakat berhak, sehingga tidak terpengaruh dengan bansos/hibah saat Pileg nanti.”
Sementara itu, AA Ngurah Adi Ardhana mengatakan kakak iparnya, AA Ayu Rai Sunasri, adalah politisi perempuan senior dan sudah matang bertarung. “Beliau (Rai Sunasri) adalah salah satu yang menjadikan saya merasakan pentingnya politik praktis, demi kepentingan masyarakat. Kami memiliki segmen pemilih yang berbeda. Kultur patrialis masih menjadi hal penting dalam keluarga besar, selain kualitas pengalaman dan arah ideologi. Tapi, bagaimana di antara kami lebih penting dalam membumikan Pancasila dan NKRI,” ujar Adi Ardhana kepada NusaBali secara terpisah.
Adi Ardhana mengaku tidak pernah melaksanakan simakrama dengan keluarga besar Puri Gerenceng. Namun, dia tetap memohon doa restu dan pilihan secara personal ke seluruh keluarga besar ataupun melalui kepanjangan tangan simpatisan dalam keluarga. “Kalau simakrama di Puri Gerenceng, saya tidak pernah,” tegas politisi PDIP yang duduk di Komisi II DPRD Bali 2014-2019 ini.
Adi Ardhana mengatakan sering menerima kelompok masyarakat di Puri Gerenceng, namun bukan dalam simakrama, melainkan hanya penyampaian aspirasi saja. “Segmen semeton tentu tidak ada berkompromi, karena demokrasi dan pandangan politik menjadi ranah pribadi yang mesti dihormati,” papar alumnus ITS Surabaya ini. *nat
DENPASAR, NusaBali
Dua tokoh puri satu natah (halaman rumah) ini adalah AA Ngurah Adi Ardhana (PDIP) vs AA Ayu Rai Sunasri (Golkar). AA Ngurah Adi Ardhana maju tarung ke Pileg 2019 dengan status sebagai caleg incumbent. Sebab, Adi Ardhana saat ini masih duduk di Fraksi PDIP DPRD Bali 2014-2019. Sedangkan AA Ayu Rai Sunasri maju tarung ke Pileg 2019 dengan status sebagai status new comer. Sebelum tarung ke Pileg 2019, Rai Sunasri sempat maju sebagai Calon Wakil Walikota Denpasar yang diusung Golkar-Demokrat dalam Pilkada Denpasar 2015.
Bagi Rai Sunasri, ini untuk pertama kalinya maju tarung Pileg berebut kursi DPRD Bali Dapil Denpasar. Dalam Pileg 2014 lalu, Rai Sunasri juga sempat tarung, namun dia berebut kursi DPRD Denpasar. Sayangnya, mantan anggota Fraksi Golkar DPRD Denpasar 2004-2009 ini gagal lolos ke kursi Dewan saat ini.
Selain Adi Ardhana dan Rai Sunasri, masih ada 3 tokoh beda parpol dari Puri Gerenceng yang maju tarung ke Pileg 2019. Mereka masing-masing AA Susruta Ngurah Putra, AA Ngurah Agung, dan Ni Putu Suandewi alias Jero Cempaka. Sustruta Ngurah Putra adalah kakak dari Adhi Ardhana. Sustruta Ngurah Putra maju tarung berebut kursi DPRD Denpasar dengan naik kendaraan Demokrat. Seperti halnya Adi Ardhana, Susruta Ngurah Putra pun berstatus caleg incumbent.
Sedangkan AA Ngurah Agung (yang merupakan misan dari Adi Ardhana dan Susruta Ngurah Putra) maju tarung berebut kursi DPRD Denpasar dengan naik kendaraan Golkar dalam Pileg 2019. Lima tahun sebelumnya, Ngurah Agung juga tarung berebut kursi DPRD Bali dari Golkar Dapil Denpasar, namun gagal lolos ke Dewan. Sebaliknya, Ni Putu Suandewi alias Jero Cempaka (yang notabene adik ipar dari Ngurah Agung) maju tarung berebut kursi DPRD Denpasar dengan naik kendaraan NasDem di Pileg 2019.
Lantas, bagaimana Adi Ardhana dan Rai Sunasri menyiasati ‘perang saudara’ di Pileg 2019? Kepada NusaBali, Rai Sunasri menyatakan dirinya bertekad tarung habis-habisan dan tanpa kompromi, walaupun yang dihadapi salah satunya adalah Adhi Ardhana, caleg incumbent yang tinggal satu natah. Menurut Rai Sunasri, Adi Ardhana notabene adik iparnya, karena merupakan adik misan daro suaminya.
“Walaupun dia (Adi Ardhana) adik ipar saya dan tinggal satu halaman rumah di Puri Gerenceng, namun saya tetap harus bertarung sebagai seorang politisi. Tidak ada kompromi kita. Kami masing-masing punya segmen pemilih,” ujar Rai Sunasri kepada NusaBali, beberapa hari lalu.
Rai Sunasri memastikan akan berbagi suara pemilih di lingkungan keluarga Puri Gerenceng untuk perebutan kursi DPRD Bali dalam Pileg 2019. Ada 120 suara dari keluarga besar Puri Gerenceng yang diperebutan. “Ya kita sudah tahulah, siapa memilih siapa. Selebihnya, cari suara di luar Puri Gerenceng kita. Kita sudah punya segmen dan pemilih masing-masing. Walaupun Adi Ardhana incumbent, saya tetap optimis bisa maksimal memberikan ‘perlawanan’,” ujar Rai Sunasri yang kini Wakil Ketua Bappilu DPD II Golkar Denpasar.
Apakah pernah berkomunikasi dengan Adi Ardhana terkait pengkavlingan suara untuk tarung Pileg 2019? “Kita kalau bertemu di keluarga sudah biasa. Tapi, kita tidak pernah berbicara politik. Apalagi, bicara kavling-kavling suara untuk DPRD Bali. Bagi saya, tidaklah baik politik dibahas di keluarga. Kalau keluarga, ya bicara urusan keluarga,” dalih Srikandi Golkar ini.
Ditanya soal strategi dan taktik mendulang suara yang diterapkannya, menurut Rai Sunasri, pihaknya bergerak door to door. Sebab, kkalau memburu kelompok masyarakat, apalagi banjar, sudah tidak bisa, lantaran incumbent memiliki ‘peluru’ bernama bansos. “Saya nggak mungkin bisa menghadapi bansos milik incumbent. Ya, simakrama kalau ada yang mengundang. Kalau tidak, door to door saja, menyisir mereka yang belum disentuh bansos,” tandas mantan anggota Komisi C DPRD Denpasar 2004-2009 ini.
Rai Sunasri berharap masyarakat Denpasar menggunakan hati nurani dalam memilih caleg DPRD Bali. “Mudah- mudahan masyarakat Denpasar menyadari bahwa bansos/hibah itu memang hak mereka. Itu uang negara yang semua masyarakat berhak, sehingga tidak terpengaruh dengan bansos/hibah saat Pileg nanti.”
Sementara itu, AA Ngurah Adi Ardhana mengatakan kakak iparnya, AA Ayu Rai Sunasri, adalah politisi perempuan senior dan sudah matang bertarung. “Beliau (Rai Sunasri) adalah salah satu yang menjadikan saya merasakan pentingnya politik praktis, demi kepentingan masyarakat. Kami memiliki segmen pemilih yang berbeda. Kultur patrialis masih menjadi hal penting dalam keluarga besar, selain kualitas pengalaman dan arah ideologi. Tapi, bagaimana di antara kami lebih penting dalam membumikan Pancasila dan NKRI,” ujar Adi Ardhana kepada NusaBali secara terpisah.
Adi Ardhana mengaku tidak pernah melaksanakan simakrama dengan keluarga besar Puri Gerenceng. Namun, dia tetap memohon doa restu dan pilihan secara personal ke seluruh keluarga besar ataupun melalui kepanjangan tangan simpatisan dalam keluarga. “Kalau simakrama di Puri Gerenceng, saya tidak pernah,” tegas politisi PDIP yang duduk di Komisi II DPRD Bali 2014-2019 ini.
Adi Ardhana mengatakan sering menerima kelompok masyarakat di Puri Gerenceng, namun bukan dalam simakrama, melainkan hanya penyampaian aspirasi saja. “Segmen semeton tentu tidak ada berkompromi, karena demokrasi dan pandangan politik menjadi ranah pribadi yang mesti dihormati,” papar alumnus ITS Surabaya ini. *nat
1
Komentar