Lagi, Penolakan Taksi Online
Ribuan sopir taksi konvensional tetap menginginkan agar aplikasi online ditutup. Bagi mereka, taksi online memonopoli persaingan bisnis yang tak wajar.
Koster Berjanji Akan Memperkuat Taksi Konvensional
DENPASAR, NusaBali
Setelah sekian lama tiarap, ribuan sopir taksi konvensional yang tergabung dalam Bali Transport Bersatu (BTB) kembali mendatangi kantor Gubernur Bali di kawasan Niti Mandala Denpasar, Kamis (7/2) pagi. Kedatangan mereka untuk menolak keberadaan taksi online di Pulau Dewata.
Dengan memakai pakaian adat madya, para sopir yang berasal dari berbagai organisasi driver konvensional ini sebelum menuju ke kantor gubernur berkumpul di parkir timur Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar (Lapangan Renon) sekitar pukul 09.00 Wita. Beberapa diantaranya juga nampak membawa bendera asosiasi atau organisasinya masing-masing.
"Tutup taksi online, tutup!" begitu teriakan massa tersebut sambil berjalan kaki menuju gerbang kantor gubernur yang jaraknya hanya beberapa meter.
Sampai di depan Kantor Gubernur Bali, mereka diterima oleh perwakilan kegubernuran bersama dengan aparat kepolisian yang bertugas. Dari ratusan massa yang hadir, hanya 12 orang perwakilan yang diberi kesempatan untuk menghadap Gubernur Bali, Wayan Koster.
Dalam pertemuan tersebut, Koster mengatakan akan menyiapkan regulasi untuk jasa transportasi konvensional. "Saya tentu akan menyalurkan aspirasi saudara-saudara, namun saya harapkan jangan buru-buru," ujarnya.
Koster juga menegaskan komitmennya untuk memperkuat paguyuban atau perkumpulan pelaku transportasi konvensional yang sebagian besar didominasi sopir taksi dan travel tersebut.
"Saudara-saudara ini 'kan punya peran besar dalam pesatnya industri pariwisata selama ini. Punya jasa besar dalam pelayanan transportasi bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali sejak dulu. Tentu kami akan perjuangkan aspirasinya," ucapnya.
Koster menyatakan sudah menyiapkan sistem bagi anggota BTB yang bisa mewadahi anggota di seluruh kabupaten/kota di Bali sehingga bisa lebih terkontrol dan terintegrasi serta tentu saja, lebih modern sesuai dengan perkembangan zaman dewasa ini. "Sistem tersebut mencakup juga aplikasi online khusus untuk para anggota yang makin memudahkan konsumen untuk menggunakan jasa saudara sekalian," ujarnya.
Sistem yang ada akan menyinergikan kebutuhan dan tuntutan akan layanan transportasi yang modern namun tetap mempertahankan ciri khas yang selama ini melekat kepada transportasi konvensional. "Harus pula ada peningkatan pelayanan, permudah akses, harus lebih aktif agar mampu meningkatkan kemampuan bersaing di era sekarang ini," katanya.
Ciri khas bagi pelaku transportasi lokal, menurut Koster mutlak diperlukan sebagai penyedia jasa yang ada di Bali, juga sebagai bagian dari layanan prima yang diberikan pada wisatawan. "Kalau sudah ada sistem, ada regulasi, tentu akan lebih mudah apalagi jika unggul pula dari sisi layanan. Tetapi di luar itu saya tetap pastikan kita akan tetap berpihak pada pekerja lokal dan kita perjuangkan aspirasi saudara-saudara," tegasnya.
Setelah sejam mengadakan pertemuan, Gubernur Koster didampingi Wakil Gubenur Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) kemudian menemui ratusan sopir yang masih menunggu di depan gerbang kantor. Dalam kesempatan itu, Koster meminta waktu lagi untuk membicarakan keluhan para sopir konvensional terhadap keberadaan taksi online. Namun pada intinya, Koster kembali menyatakan siap memperkuat paguyuban taksi konvensional di Bali.
Meski belum menjadi sebuah tawaran pasti, dalam kesempatan itu, Koster kembali mengatakan Pemprov akan menyiapkan aplikasi online khusus untuk paguyuban taksi konvensional.
Mendapat tawaran itu, ribuan sopir taksi konvensional yang hadir pun kompak menolaknya. Mereka tetap meminta Gubernur Koster untuk menutup aplikasi online, karena dinilainya sangat merugikan terutama soal tarif yang sangat murah.
Koster pun akhirnya meminta waktu hingga setelah Pemilu April 2019 mendatang. Dia kembali menegaskan akan berpihak kepada keinginan dan aspirasi sopir taksi konvensional. “Saya masih ingat dengan apa yang saya sampaikan waktu itu. Tapi sabar sedikit, tenang dulu. Masa kalian tak percaya dengan saya,” kata Ketua DPD PDI Perjuangan Bali ini.
Sementara itu, salah satu koordinator sopir taksi konvensional, I Gusti Agung Made Agung mengatakan, pihaknya tetap menginginkan agar aplikasi online ditutup. Bagi mereka, taksi online memonopli persaingan bisnis yang tak wajar, akibatnya taksi konvensional ditinggal konsumen yang membuat penghasilan menurun. “Di Bandara Ngurah Rai itu banyak orang yang datang keluar masuk, tetapi sopir taksi yang parkir di sana tak mendapatkan penumpang. Ini salah satu hal yang sangat miris. Kami berharap agar Gubernur Koster untuk memenuhi janjinya menutup taksi online,” katanya. *po
DENPASAR, NusaBali
Setelah sekian lama tiarap, ribuan sopir taksi konvensional yang tergabung dalam Bali Transport Bersatu (BTB) kembali mendatangi kantor Gubernur Bali di kawasan Niti Mandala Denpasar, Kamis (7/2) pagi. Kedatangan mereka untuk menolak keberadaan taksi online di Pulau Dewata.
Dengan memakai pakaian adat madya, para sopir yang berasal dari berbagai organisasi driver konvensional ini sebelum menuju ke kantor gubernur berkumpul di parkir timur Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar (Lapangan Renon) sekitar pukul 09.00 Wita. Beberapa diantaranya juga nampak membawa bendera asosiasi atau organisasinya masing-masing.
"Tutup taksi online, tutup!" begitu teriakan massa tersebut sambil berjalan kaki menuju gerbang kantor gubernur yang jaraknya hanya beberapa meter.
Sampai di depan Kantor Gubernur Bali, mereka diterima oleh perwakilan kegubernuran bersama dengan aparat kepolisian yang bertugas. Dari ratusan massa yang hadir, hanya 12 orang perwakilan yang diberi kesempatan untuk menghadap Gubernur Bali, Wayan Koster.
Dalam pertemuan tersebut, Koster mengatakan akan menyiapkan regulasi untuk jasa transportasi konvensional. "Saya tentu akan menyalurkan aspirasi saudara-saudara, namun saya harapkan jangan buru-buru," ujarnya.
Koster juga menegaskan komitmennya untuk memperkuat paguyuban atau perkumpulan pelaku transportasi konvensional yang sebagian besar didominasi sopir taksi dan travel tersebut.
"Saudara-saudara ini 'kan punya peran besar dalam pesatnya industri pariwisata selama ini. Punya jasa besar dalam pelayanan transportasi bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali sejak dulu. Tentu kami akan perjuangkan aspirasinya," ucapnya.
Koster menyatakan sudah menyiapkan sistem bagi anggota BTB yang bisa mewadahi anggota di seluruh kabupaten/kota di Bali sehingga bisa lebih terkontrol dan terintegrasi serta tentu saja, lebih modern sesuai dengan perkembangan zaman dewasa ini. "Sistem tersebut mencakup juga aplikasi online khusus untuk para anggota yang makin memudahkan konsumen untuk menggunakan jasa saudara sekalian," ujarnya.
Sistem yang ada akan menyinergikan kebutuhan dan tuntutan akan layanan transportasi yang modern namun tetap mempertahankan ciri khas yang selama ini melekat kepada transportasi konvensional. "Harus pula ada peningkatan pelayanan, permudah akses, harus lebih aktif agar mampu meningkatkan kemampuan bersaing di era sekarang ini," katanya.
Ciri khas bagi pelaku transportasi lokal, menurut Koster mutlak diperlukan sebagai penyedia jasa yang ada di Bali, juga sebagai bagian dari layanan prima yang diberikan pada wisatawan. "Kalau sudah ada sistem, ada regulasi, tentu akan lebih mudah apalagi jika unggul pula dari sisi layanan. Tetapi di luar itu saya tetap pastikan kita akan tetap berpihak pada pekerja lokal dan kita perjuangkan aspirasi saudara-saudara," tegasnya.
Setelah sejam mengadakan pertemuan, Gubernur Koster didampingi Wakil Gubenur Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) kemudian menemui ratusan sopir yang masih menunggu di depan gerbang kantor. Dalam kesempatan itu, Koster meminta waktu lagi untuk membicarakan keluhan para sopir konvensional terhadap keberadaan taksi online. Namun pada intinya, Koster kembali menyatakan siap memperkuat paguyuban taksi konvensional di Bali.
Meski belum menjadi sebuah tawaran pasti, dalam kesempatan itu, Koster kembali mengatakan Pemprov akan menyiapkan aplikasi online khusus untuk paguyuban taksi konvensional.
Mendapat tawaran itu, ribuan sopir taksi konvensional yang hadir pun kompak menolaknya. Mereka tetap meminta Gubernur Koster untuk menutup aplikasi online, karena dinilainya sangat merugikan terutama soal tarif yang sangat murah.
Koster pun akhirnya meminta waktu hingga setelah Pemilu April 2019 mendatang. Dia kembali menegaskan akan berpihak kepada keinginan dan aspirasi sopir taksi konvensional. “Saya masih ingat dengan apa yang saya sampaikan waktu itu. Tapi sabar sedikit, tenang dulu. Masa kalian tak percaya dengan saya,” kata Ketua DPD PDI Perjuangan Bali ini.
Sementara itu, salah satu koordinator sopir taksi konvensional, I Gusti Agung Made Agung mengatakan, pihaknya tetap menginginkan agar aplikasi online ditutup. Bagi mereka, taksi online memonopli persaingan bisnis yang tak wajar, akibatnya taksi konvensional ditinggal konsumen yang membuat penghasilan menurun. “Di Bandara Ngurah Rai itu banyak orang yang datang keluar masuk, tetapi sopir taksi yang parkir di sana tak mendapatkan penumpang. Ini salah satu hal yang sangat miris. Kami berharap agar Gubernur Koster untuk memenuhi janjinya menutup taksi online,” katanya. *po
Komentar