9 Seruan Majelis Agama dan Keamanaan Provinsi Bali Terkait Hari Raya Nyepi
Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941, tinggal sebulan lagi. Guna menyukseskan perayaan Nyepi, majelis-majelis lintas agama dan keagamaan Provinsi Bali mengeluarkan seruan bersama, Kamis (7/2) siang.
MANGUPURA, NusaBali
Ada sembilan seruan yang disepakati. Masyarakat diharapkan menjadikan seruan ini sebagai pedoman demi kelancaran dan keamanan perayaan Nyepi. Seruan bersama tersebut meliputi; pertama, bagi umat Hindu dalam melaksanakan rangkaian perayaan Hari Raya Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1941 meliputi melis, pangerupukan, sipeng (Catur Bratha Penyepian), dan ngembak geni dengan khusyuk sesuai pedoman PHDI. Kedua, bagi umat lainnya wajib menjaga dan menghormati kesucian Hari Raya Suci Nyepi. Ketiga, bagi penyedia jasa transportasi (darat, laut, dan udara) tidak diperkenakan beroperasi selama pelaksanaan Hari Suci Nyepi, Kamis, 7 Maret 2019 pukul 06.00 Wita sampai dengan Jumat, 8 Maret 2019 pukul 06.00 Wita. Keempat, lembaga penyiar radio dan televisi tidak diperkenankan untuk melakukan siaran selama pelaksanaan Hari Suci Nyepi Kamis, 7 Maret 2019 pukul 06.00 Wita sampai dengan Jumat, 8 Maret 2019 pukul 06.00 Wita. Kelima, provider penyediaan jasa seluler diharapkan untuk mematikan data seluler (internet) dari hari Kamis, 7 Maret 2019 pukul 06.00 Wita sampai dengan Jumat, 8 Maret 2019 pukul 06.00 Wita.
Keenam, masyarakat tidak diperkenankan menyalakan petasan/mercon, pengeras suara, bunyi-bunyian, dan sejenisnya yang sifatnya mengganggu kesucian Hari Raya Suci Nyepi dan membahayakan ketertiban umum. Ketujuh, hotel-hotel dan penyedia jasa hiburan lainnya yang ada di Bali, tidak diperkenankan menyelenggarakan paket hiburan Hari Raya Suci Nyepi. Kedelapan, Prajuru Desa Pakraman/Adat, pecalang, dan aparat desa/kelurahan, bertanggungjawab mengamankan rangkaian Hari Raya Suci Nyepi di wilayah masing-masing, berkoordinasi dengan aparat keamanan terkait. Kesembilan, majelis-majelis agama dan keagamaan serta instansi terkait agar mensosialisasikan seruan kepada seluruh umat beragama di Bali.
Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Provinsi Bali I Nyoman Lastra mengatakan seruan bersama majelis-majelis agama dan keagamaan Provinsi Bali, merupakan hasil rapat yang dilakukan stakeholder terkait pada Kamis (7/2) di aula kantor Kementerian Agama Kabupaten Badung. Rapat bersama juga terselenggara dalam rangka menindaklanjuti Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 003.1/11367/PK/BKD tanggal 2 November 2018 tentang Hari Libur Nasional, Cuti Bersama dan Dispensasi Hari Raya Suci Hindu di Bali Tahun 2019, dan keputusan Pasamuhan Madya Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Bali Nomor 011/PHDI-Bali/I/2019 tentang Pedoman Pelaksanaan Hari Raya Suci Nyepi Tahun Saka 1941.
Seruan bersama ini juga ditandatangani oleh pimpinan majelis seperti Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Bali, Forum Komunikasi Antar-Umat Beragama (FKAUB), Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali, Musyawarah Pelayanan Antar Gereja (MPAG) Provinsi Bali, Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) Provinsi Bali, Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) Provinsi Bali, dan Keuskupan Denpasar. “Serta yang mengetahui seruan bersama adalah Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Bali, Kapolda Bali, Komandan Korem 163/Wirasatya dan Gubernur Bali,” ujar Lastra, usai rapat kemarin.
Menurut Lastra, seruan bersama ini tidak jauh seperti tahun lalu. Secara umum lembaga penyiaran radio dan televisi tidak diperkenakan untuk bersiaran selama perayaan Hari Raya Suci Nyepi. Di samping itu, provider penyedia jasa seluler diharapkan untuk mematikan data seluler (internet). “Ini kita laksanakan demi menjaga keamanan saat Nyepi. Seruan ini juga harus diketahui oleh masyarakat hingga ke bawah, agar tidak terjadi konflik antarumat beragama,” pesannya.
Sementara, mewakili MUDP Bali I Gusti Made Ngurah mengatakan seruan ini perlu dilakukan. Menurutnya setiap tahun generasi akan bertambah. Sehingga dengan adanya seruan ini seluruh umat agama bisa saling menghargai upacara di masing-masing agama. “Kita semua kan saudara, jadi semua ini harus dilakukan untuk menjalin kenyamanan dan keamanan antarumat beragama khususnya di Bali,” katanya. *asa
Komentar