Sampah di TPSS Kreneng Meluber ke Jalan
Hampir seluruh Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) di Kota Denpasar mengalami keterlambatan pengambilan yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK).
DENPASAR, NusaBali
Salah satunya di TPSS Kreneng yang sampahnya meluber hingga ke jalan raya, Selasa (12/2). Keterlambatan itu terjadi karena penyempitan pembuangan sampah di TPASuwung yang berimbas pada seluruh proses pembuangan sampah.
Dari pantauan, sampah di TPSS Kreneng menggunung hingga menimbun setengah badan jalan karena keterlambatan pengambilan oleh petugas DLHK. Keterlambatan pengambilan sampah juga berimbas pada swakelola yang juga harus terlambat mengangkut sampah rumah tangga karena tidak bisa tertampung kembali.
Kadis LHK Kota Denpasar, I Ketut Wisada saat dikonfirmasi tidak menyangkal dengan hal tersebut. Menurutnya, saat ini pihaknya sangat kerepotan dengan proses TPA Sarbagita di kawasan Suwung, Pemogan, Denpasar Selatan yang tengah digarap proyek eco park. Dengan penyempitan lahan itu, pihaknya kewalahan membuang sampah, ditambah antrean truk pengangkut sampah yang cukup panjang akibat jalan yang menyempit di atas tumpukan sampah.
Dikatakannya, selain karena penyempitan lahan, pihaknya juga mengalami kesulitan penanganan sampah karena 3 dari 6 alat berat yang dimiliki DLHK di TPA rusak dan masih dalam perbaikan. Dengan kondisi itu, imbasnya juga pada keterlambatan pengangkutan sampah di seluruh TPSS di Kota Denpasar. "Ya mau gimana kita sudah berupaya maksimal. Apalagi kalau di TPA seperti itu, sekarang dengan antrean itu pengangkutan sampah berkurang," ungkapnya.
Pengangkutan sampah yang sebelumnya bisa 4 kali bolak balik perharinya di jalan protokol saat ini hanya bisa 2 kali dalam satu hari. Sementara untuk TPSS ada 13 truk yang biasanya mengangkut sekitar 10-13 kali bolak balik, kini maksimal hanya 8 kali. "Biasanya bisa ngangkut 530 truk sampah perhari, sekarang sekitar 250-300 truk sampah bolak balik tiap harinya. Jadi ada sisa sampah yang belum belum diangkut sehingga meluber akibat dari kendala itu," jelas Wisada.
Wisada berharap ada solusi juga dari pemerintah untuk mempercepat proses proyek yang digarap saat ini, jika memang pengolahan sampah nantinya dijadikan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). "Kami sudah kewalahan, tapi tetap kita lakukan secara bertahap. Kami harap masyarakat juga bisa memaklumi dan bersabar dengan keadaan ini. Kami terus berusaha di lapangan," katanya. *mi
Salah satunya di TPSS Kreneng yang sampahnya meluber hingga ke jalan raya, Selasa (12/2). Keterlambatan itu terjadi karena penyempitan pembuangan sampah di TPASuwung yang berimbas pada seluruh proses pembuangan sampah.
Dari pantauan, sampah di TPSS Kreneng menggunung hingga menimbun setengah badan jalan karena keterlambatan pengambilan oleh petugas DLHK. Keterlambatan pengambilan sampah juga berimbas pada swakelola yang juga harus terlambat mengangkut sampah rumah tangga karena tidak bisa tertampung kembali.
Kadis LHK Kota Denpasar, I Ketut Wisada saat dikonfirmasi tidak menyangkal dengan hal tersebut. Menurutnya, saat ini pihaknya sangat kerepotan dengan proses TPA Sarbagita di kawasan Suwung, Pemogan, Denpasar Selatan yang tengah digarap proyek eco park. Dengan penyempitan lahan itu, pihaknya kewalahan membuang sampah, ditambah antrean truk pengangkut sampah yang cukup panjang akibat jalan yang menyempit di atas tumpukan sampah.
Dikatakannya, selain karena penyempitan lahan, pihaknya juga mengalami kesulitan penanganan sampah karena 3 dari 6 alat berat yang dimiliki DLHK di TPA rusak dan masih dalam perbaikan. Dengan kondisi itu, imbasnya juga pada keterlambatan pengangkutan sampah di seluruh TPSS di Kota Denpasar. "Ya mau gimana kita sudah berupaya maksimal. Apalagi kalau di TPA seperti itu, sekarang dengan antrean itu pengangkutan sampah berkurang," ungkapnya.
Pengangkutan sampah yang sebelumnya bisa 4 kali bolak balik perharinya di jalan protokol saat ini hanya bisa 2 kali dalam satu hari. Sementara untuk TPSS ada 13 truk yang biasanya mengangkut sekitar 10-13 kali bolak balik, kini maksimal hanya 8 kali. "Biasanya bisa ngangkut 530 truk sampah perhari, sekarang sekitar 250-300 truk sampah bolak balik tiap harinya. Jadi ada sisa sampah yang belum belum diangkut sehingga meluber akibat dari kendala itu," jelas Wisada.
Wisada berharap ada solusi juga dari pemerintah untuk mempercepat proses proyek yang digarap saat ini, jika memang pengolahan sampah nantinya dijadikan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). "Kami sudah kewalahan, tapi tetap kita lakukan secara bertahap. Kami harap masyarakat juga bisa memaklumi dan bersabar dengan keadaan ini. Kami terus berusaha di lapangan," katanya. *mi
1
Komentar