Bali Jadi 'Surga' Sindikat Pedofilia Internasional
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait mengungkapkan Bali merupakan surga bagi sindikat pedofilia internasional.
DENPASAR, NusaBali
Bahkan untuk Asia Tenggara kata dia, Bali berada di urutan tiga setelah Filipina dan Thailand. Hal ini diungkapkan Sirait saat berkunjung ke Mapolda Bali Kamis (14/2).
Sirait mengatakan jaringan sindikat intermasional pedofilia memilili aplikasi sendiri. Para pelaku pedofil ini datang dari berbagai negara di dunia. Mereka tergabung dalam satu aplikasi sendiri. Dikatakan banyak kasus pedofilia yang terjadi di Indonesia atau Bali khususnya dilakukan oleh para sindikat seks internasional. Pelaku dalam benerapa kasus seperti guru di Jakarta International School (JIS) di Jakarta sebelumnya dia tinggal di Bali.
"Bali ini adalah tempat bagi sindikat pedofil internasional. Untuk Asia Tenggara Bali merupakan urutan ketiga tempat yang paling banyak diminati oleh pelaku pedofilia setelah Filipina dan Thailand. Ini harus kita waspadai bersama. Jangan sampai anak atau keluarga kita jadi korban kejahatan para sindikat ini," tutur Sirait.
Sementara untuk jumlah kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan berdasarkan survei dari kementerian Sosial dan Kemernterian Perlindumgan Anak dan Perempuan tahun 2018, Bali berada pada urutan 17 dari 34 provinsi di Indonesia. Urutan pertama adalah DKI Jakarta.
Jumlah kasus yang dilaporkan setiap tahunya meningkat. Menurut data dari menteri Perlindungan Anak dan Perpuan kata Sirait ada 89 kasus di Bali yang dilaporkan dan 4.000 lebih dari seluruh Indonesia pada tahun 2018. Meningkatnya kasus ini berdasarkan data jumlah laporan dan juga kejadian.
Anak-anak mudah dimanfaatkam oleh pelaku karena posisi pelaku sebagai orang yang dihormati oleh korban. Biasanya tak hanya pelecehan seksual yang didapat tetapi juga tata cara pengajaran yang menyimpang. Literasi mengatakan pelaku biasanya adalah orang yang punya pengalaman hal serupa sebelumnya.
"Kondisi ini sangat memprihatikan. Apalagi ini menyangkut anak-anak. Selain itu pelakunya adalah orang-orang terdekat dengan korban. Orang terdekat itu misalnya adalah rumah, lingkungan sekolah, panti-panti, ataupun boarding school," pungkasnya. *po
Bahkan untuk Asia Tenggara kata dia, Bali berada di urutan tiga setelah Filipina dan Thailand. Hal ini diungkapkan Sirait saat berkunjung ke Mapolda Bali Kamis (14/2).
Sirait mengatakan jaringan sindikat intermasional pedofilia memilili aplikasi sendiri. Para pelaku pedofil ini datang dari berbagai negara di dunia. Mereka tergabung dalam satu aplikasi sendiri. Dikatakan banyak kasus pedofilia yang terjadi di Indonesia atau Bali khususnya dilakukan oleh para sindikat seks internasional. Pelaku dalam benerapa kasus seperti guru di Jakarta International School (JIS) di Jakarta sebelumnya dia tinggal di Bali.
"Bali ini adalah tempat bagi sindikat pedofil internasional. Untuk Asia Tenggara Bali merupakan urutan ketiga tempat yang paling banyak diminati oleh pelaku pedofilia setelah Filipina dan Thailand. Ini harus kita waspadai bersama. Jangan sampai anak atau keluarga kita jadi korban kejahatan para sindikat ini," tutur Sirait.
Sementara untuk jumlah kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan berdasarkan survei dari kementerian Sosial dan Kemernterian Perlindumgan Anak dan Perempuan tahun 2018, Bali berada pada urutan 17 dari 34 provinsi di Indonesia. Urutan pertama adalah DKI Jakarta.
Jumlah kasus yang dilaporkan setiap tahunya meningkat. Menurut data dari menteri Perlindungan Anak dan Perpuan kata Sirait ada 89 kasus di Bali yang dilaporkan dan 4.000 lebih dari seluruh Indonesia pada tahun 2018. Meningkatnya kasus ini berdasarkan data jumlah laporan dan juga kejadian.
Anak-anak mudah dimanfaatkam oleh pelaku karena posisi pelaku sebagai orang yang dihormati oleh korban. Biasanya tak hanya pelecehan seksual yang didapat tetapi juga tata cara pengajaran yang menyimpang. Literasi mengatakan pelaku biasanya adalah orang yang punya pengalaman hal serupa sebelumnya.
"Kondisi ini sangat memprihatikan. Apalagi ini menyangkut anak-anak. Selain itu pelakunya adalah orang-orang terdekat dengan korban. Orang terdekat itu misalnya adalah rumah, lingkungan sekolah, panti-panti, ataupun boarding school," pungkasnya. *po
Komentar