SLD Ciptakan Media Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Virtual Reality
Sekelompok mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha yang menamai grupnya SLD (Susila Lan Dharma) menciptakan terobosan baru dalam dunia pendidikan melalui sebuah aplikasi mobile berbasis Virtual Reality (VR).
MANGUPURA, NusaBali
Tema Animals of Nusantara dipilih untuk mengajarkan Bahasa Inggris secara menyenangkan pada anak-anak usia sekolah dasar (SD) dan menengah pertama (SMP).
Ditemui saat acara soft opening sebuah coworking space di bilangan Jimbaran, Badung, Sabtu (9/2) lalu, grup yang terdiri dari Made Agus Mandala Putra, 21, I Dewa Ayu Ogik Vira Juspita Banjar, 21, dan I Komang Agus Putra Adi Permana, 20, mengaku bahwa timnya terbentuk atas dasar sebuah perlombaan tingkat internasional yang pernah diikuti.
“Tim ini terbentuk dari sebuah kompetisi yang informasinya disampaikan oleh Pak Hery (dosen), yaitu ajang SEAMEO Creative Camp 2018 yang diselenggarakan di online oleh Sekretariat SEAMEO yang berbasis di Bangkok, Thailand. Nah, salah satu sub lomba tersebut ada tentang pengembangan game dan pembelajaran menggunakan Virtual Reality (VR),” ungkap Mandala.
Sementara, dikonfirmasi via WhatsApp, Made Hery Santosa, 39, selaku salah satu dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan sekaligus pembimbing tim SLD, mengungkapkan kontribusinya dalam perkembangan tim SLD. “Saya hanya membantu memberi informasi dan mewadahi ide dan proses berkreasi adik-adik dan astungkara, setelah melalui berbagai pengalaman baru, produk VR ini terwujud dan sudah tersedia di Google Play Store. Perlu disampaikan bahwa kami semua bukan ahli dengan latar belakang IT, namun dengan tekad kuat dan bantuan banyak pihak dan sumber belajar, kami bisa menghasilkan suatu produk pembelajaran berbasis VR ini,” papar Hery.
Ide mengangkat tema Animals of Nusantara pun berangkat dari rasa prihatin terhadap binatang-binatang yang ada di Indonesia khususnya binatang yang dilindungi dan terancam punah, sehingga semakin jarang dilihat oleh anak-anak. Maka, SLD membawa kembali endemik tersebut ke dalam sebuah aplikasi mobile berbasis VR. Meski belum bisa meraih juara, namun perjalanan yang lebih panjang ternyata menanti ditapaki 3 sekawan ini.
Mandala yang juga dipercaya untuk mengoordinir grup SLD mengungkapkan bahwa media pembelajaran dengan sarana VR ini memiliki peluang yang cukup besar di Bali, terutama Singaraja yang menjadi titik awal perjalanan mereka. Sejauh ini, mereka pun mengklaim bahwa grupnya yang pertama mengenalkan VR di Bali Utara.
“Di Bali masih jarang yang menggunakan teknologi dalam media pembelajaran, dalam artian masih sebatas menggunakan CALL (Computer Asisted Language Learning), sedangkan sekarang sudah menggunakan MALL (Mobile Asisted Language Learning), yang mana siswa memanfaatkan ponsel pintar untuk belajar, dalam hal ini Bahasa Inggris,” sambung mahasiswa yang kini duduk di semester 8 itu.
Pengerjaan media pembelajaran VR dituturkan menghabiskan waktu selama 4 bulan, sejak September hingga Desember 2018, di samping mereka juga harus berkutat dengan tugas-tugas kuliah. Agus yang jago dalam bidang komputer mengerjakan coding dengan memadukan berbagai asset (keseluruhan komponen yang digunakan di dalam aplikasi). Sementara, Mandala dan Ogik konsen di bidang pengembangan desain materi (konten-konten yang ada dalam aplikasi).
“Cara menggunakan aplikasi ini yang pasti download dulu, sudah dapat dicari di Google Playstore. Lalu, kita menerbitkan buku juga yang berisi aktivitas yang bisa dilakukan dalam aplikasi, misalkan reasoning atau stick it. Selain ada strateginya, tutorialnya, dan lesson plannya juga ada. Jadi, orang-orang yang download aplikasi ini dan masih bingung cara memakainya, bisa dilihat di bukunya,” jelas Ogik yang juga mengurus bagian lesson plan.
Meski terbilang baru, produk VR ini cukup digandrungi di kalangan pendidik dan mahasiswa di Buleleng. Hal ini membuktikan bahwa produk ini tepat sasaran, bahkan VR juga telah dipesan oleh kalangan dosen, guru-guru sekolah swasta dan negeri, dan beberapa mahasiswa yang digunakan untuk praktek mengajar dan bimbingan belajar pribadi. Namun meski demikian, ada pula tantangan yang dihadapi oleh grup SLD ini.
“Mungkin tantangan yang paling utama dalam pembuatan aplikasi ini terletak di pemerogramannya dan coding-codingnya. Kita masih belajar, memang saya ada basic di komputer, tapi untuk coding-coding seperti ini yang menggunakan Unity, C Sharp, dan Microsoft.NET untuk frameworknya, jadi ya masih belajar karena itu lumayan susah,” timpal Agus, salah satu tim SLD.
Selebihnya, kehadiran investor dan orang-orang yang mahir dalam bidang desain 3D sangat diharapkan oleh tiga mahasiswa sevisi ini. Mereka juga berencana akan membuat aplikasi-aplikasi lainnya yang dapat menunjang perkembangan pendidikan yang tentunya memanfaat teknologi sebagai nyawa. *cr41
Tema Animals of Nusantara dipilih untuk mengajarkan Bahasa Inggris secara menyenangkan pada anak-anak usia sekolah dasar (SD) dan menengah pertama (SMP).
Ditemui saat acara soft opening sebuah coworking space di bilangan Jimbaran, Badung, Sabtu (9/2) lalu, grup yang terdiri dari Made Agus Mandala Putra, 21, I Dewa Ayu Ogik Vira Juspita Banjar, 21, dan I Komang Agus Putra Adi Permana, 20, mengaku bahwa timnya terbentuk atas dasar sebuah perlombaan tingkat internasional yang pernah diikuti.
“Tim ini terbentuk dari sebuah kompetisi yang informasinya disampaikan oleh Pak Hery (dosen), yaitu ajang SEAMEO Creative Camp 2018 yang diselenggarakan di online oleh Sekretariat SEAMEO yang berbasis di Bangkok, Thailand. Nah, salah satu sub lomba tersebut ada tentang pengembangan game dan pembelajaran menggunakan Virtual Reality (VR),” ungkap Mandala.
Sementara, dikonfirmasi via WhatsApp, Made Hery Santosa, 39, selaku salah satu dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan sekaligus pembimbing tim SLD, mengungkapkan kontribusinya dalam perkembangan tim SLD. “Saya hanya membantu memberi informasi dan mewadahi ide dan proses berkreasi adik-adik dan astungkara, setelah melalui berbagai pengalaman baru, produk VR ini terwujud dan sudah tersedia di Google Play Store. Perlu disampaikan bahwa kami semua bukan ahli dengan latar belakang IT, namun dengan tekad kuat dan bantuan banyak pihak dan sumber belajar, kami bisa menghasilkan suatu produk pembelajaran berbasis VR ini,” papar Hery.
Ide mengangkat tema Animals of Nusantara pun berangkat dari rasa prihatin terhadap binatang-binatang yang ada di Indonesia khususnya binatang yang dilindungi dan terancam punah, sehingga semakin jarang dilihat oleh anak-anak. Maka, SLD membawa kembali endemik tersebut ke dalam sebuah aplikasi mobile berbasis VR. Meski belum bisa meraih juara, namun perjalanan yang lebih panjang ternyata menanti ditapaki 3 sekawan ini.
Mandala yang juga dipercaya untuk mengoordinir grup SLD mengungkapkan bahwa media pembelajaran dengan sarana VR ini memiliki peluang yang cukup besar di Bali, terutama Singaraja yang menjadi titik awal perjalanan mereka. Sejauh ini, mereka pun mengklaim bahwa grupnya yang pertama mengenalkan VR di Bali Utara.
“Di Bali masih jarang yang menggunakan teknologi dalam media pembelajaran, dalam artian masih sebatas menggunakan CALL (Computer Asisted Language Learning), sedangkan sekarang sudah menggunakan MALL (Mobile Asisted Language Learning), yang mana siswa memanfaatkan ponsel pintar untuk belajar, dalam hal ini Bahasa Inggris,” sambung mahasiswa yang kini duduk di semester 8 itu.
Pengerjaan media pembelajaran VR dituturkan menghabiskan waktu selama 4 bulan, sejak September hingga Desember 2018, di samping mereka juga harus berkutat dengan tugas-tugas kuliah. Agus yang jago dalam bidang komputer mengerjakan coding dengan memadukan berbagai asset (keseluruhan komponen yang digunakan di dalam aplikasi). Sementara, Mandala dan Ogik konsen di bidang pengembangan desain materi (konten-konten yang ada dalam aplikasi).
“Cara menggunakan aplikasi ini yang pasti download dulu, sudah dapat dicari di Google Playstore. Lalu, kita menerbitkan buku juga yang berisi aktivitas yang bisa dilakukan dalam aplikasi, misalkan reasoning atau stick it. Selain ada strateginya, tutorialnya, dan lesson plannya juga ada. Jadi, orang-orang yang download aplikasi ini dan masih bingung cara memakainya, bisa dilihat di bukunya,” jelas Ogik yang juga mengurus bagian lesson plan.
Meski terbilang baru, produk VR ini cukup digandrungi di kalangan pendidik dan mahasiswa di Buleleng. Hal ini membuktikan bahwa produk ini tepat sasaran, bahkan VR juga telah dipesan oleh kalangan dosen, guru-guru sekolah swasta dan negeri, dan beberapa mahasiswa yang digunakan untuk praktek mengajar dan bimbingan belajar pribadi. Namun meski demikian, ada pula tantangan yang dihadapi oleh grup SLD ini.
“Mungkin tantangan yang paling utama dalam pembuatan aplikasi ini terletak di pemerogramannya dan coding-codingnya. Kita masih belajar, memang saya ada basic di komputer, tapi untuk coding-coding seperti ini yang menggunakan Unity, C Sharp, dan Microsoft.NET untuk frameworknya, jadi ya masih belajar karena itu lumayan susah,” timpal Agus, salah satu tim SLD.
Selebihnya, kehadiran investor dan orang-orang yang mahir dalam bidang desain 3D sangat diharapkan oleh tiga mahasiswa sevisi ini. Mereka juga berencana akan membuat aplikasi-aplikasi lainnya yang dapat menunjang perkembangan pendidikan yang tentunya memanfaat teknologi sebagai nyawa. *cr41
1
Komentar