Buleleng Rugi Rp 4 Miliar Akibat Bencana Alam 2019
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng, Bali, mengalami kerugian hingga Rp4 miliar akibat bencana alam yang terjadi selama bulan Januari hingga awal Februari 2019.
SINGARAJA, NusaBali
"Kami mencatat dampak bencana sejak Januari 2019 itu menimbulkan kerugiaan materiil mencapai Rp4 miliar, karena itu kami mengajukan permohonan bantuan ke BPBD Provinsi Bali dan BNPB Pusat," kata Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Ida Bagus Suadnyana belum lama ini.
Suadnyana mengatakan, pertimbangan mengusulkan penanganan pascabencana ke provinsi dan pusat, karena anggaran murni APBD Buleleng belum mencukupi untuk menuntaskan penanganan pasca-bencana.
Kebutuhan anggaran itu, kata Suadnyana, dikoordinasikan secara berjenjang dan pihaknya meyakini Pemerintah Provinsi dan pusat memiliki tanggung jawab untuk membantu percepatan penanganan pascabencana di daerah.
"Sifatnya ini laporan dan sekaligus kita minta bantuan, yang mana saja bisa ditangani oleh Pemerintah Provinsi dan pusat. Kami di daerah juga menangani dan disesuaikan dengan kondisi keuangan di daerah," katanya.
Ia menambahkan bencana alam mulai melanda Buleleng sejak pertengahan Januari akibat hujan yang terjadi dengan intensitas tinggi yang menimbulkan banjir di beberapa lokasi di Kota Singaraja. Selain itu, cuaca ekstrem memicu gelombang pasang mulai dari kawasan pantai Kecamatan Banjar, Buleleng, Sawan, dan Kecamatan Kubutambahan.
Hal itu merusak perahu dan peralatan tangkap nelayan, hempasan gelombang tinggi juga menimbulkan kerusakan beton pengaman pantai di depan Pura Segara kelurahan Banyuasri, Singaraja. Bahkan, ganasnya terjangan ombak setinggi lebih dari 4 meter itu mengakibatkan sebuah kapal rescue milik BPBD Buleleng hancur dan nyaris tidak bisa diperbaiki kembali.
"Bencana tidak terhenti sampai di situ saja, juga terjadi tanah longsor yang menimbun satu rumah semi permanen di Dusun Sangker, Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan yang menelan empat korban jiwa sekaligus yang merupakan sastu keluarga," katanya.
Bencana serupa juga terjadi di Dusun Kemuning, Desa Pucaksari, Senderan Sanggah Merajan sepanjang 13 meter dengan tinggi sekitar 5 meter pun ambruk. Bongkahan baton, batu kali, dan beberapa potongan pelinggih menimbun dapur yang menjadi satu dengan kamar mandi milik warga di bawahnya. "Selain kerusakan berat, bencana tanah longsor dan pohon tumbang juga menimbulkan kerusakan ringan dan sedang," kata Suadnyana. *ant
"Kami mencatat dampak bencana sejak Januari 2019 itu menimbulkan kerugiaan materiil mencapai Rp4 miliar, karena itu kami mengajukan permohonan bantuan ke BPBD Provinsi Bali dan BNPB Pusat," kata Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Ida Bagus Suadnyana belum lama ini.
Suadnyana mengatakan, pertimbangan mengusulkan penanganan pascabencana ke provinsi dan pusat, karena anggaran murni APBD Buleleng belum mencukupi untuk menuntaskan penanganan pasca-bencana.
Kebutuhan anggaran itu, kata Suadnyana, dikoordinasikan secara berjenjang dan pihaknya meyakini Pemerintah Provinsi dan pusat memiliki tanggung jawab untuk membantu percepatan penanganan pascabencana di daerah.
"Sifatnya ini laporan dan sekaligus kita minta bantuan, yang mana saja bisa ditangani oleh Pemerintah Provinsi dan pusat. Kami di daerah juga menangani dan disesuaikan dengan kondisi keuangan di daerah," katanya.
Ia menambahkan bencana alam mulai melanda Buleleng sejak pertengahan Januari akibat hujan yang terjadi dengan intensitas tinggi yang menimbulkan banjir di beberapa lokasi di Kota Singaraja. Selain itu, cuaca ekstrem memicu gelombang pasang mulai dari kawasan pantai Kecamatan Banjar, Buleleng, Sawan, dan Kecamatan Kubutambahan.
Hal itu merusak perahu dan peralatan tangkap nelayan, hempasan gelombang tinggi juga menimbulkan kerusakan beton pengaman pantai di depan Pura Segara kelurahan Banyuasri, Singaraja. Bahkan, ganasnya terjangan ombak setinggi lebih dari 4 meter itu mengakibatkan sebuah kapal rescue milik BPBD Buleleng hancur dan nyaris tidak bisa diperbaiki kembali.
"Bencana tidak terhenti sampai di situ saja, juga terjadi tanah longsor yang menimbun satu rumah semi permanen di Dusun Sangker, Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan yang menelan empat korban jiwa sekaligus yang merupakan sastu keluarga," katanya.
Bencana serupa juga terjadi di Dusun Kemuning, Desa Pucaksari, Senderan Sanggah Merajan sepanjang 13 meter dengan tinggi sekitar 5 meter pun ambruk. Bongkahan baton, batu kali, dan beberapa potongan pelinggih menimbun dapur yang menjadi satu dengan kamar mandi milik warga di bawahnya. "Selain kerusakan berat, bencana tanah longsor dan pohon tumbang juga menimbulkan kerusakan ringan dan sedang," kata Suadnyana. *ant
Komentar