Permudiksa Buat Ogoh-ogoh Bawi Srenggi
Perhimpunan Muda Mudi Hindu Tigaraksa (Permudiksa) dari banjar Tigaraksa, Tangerang, Banten mendapat amanah membuat ogoh-ogoh untuk upacara Tawur Agung provinsi Banten yang berlangsung pada 6 Maret di Pura Eka Wira Anantha, Serang.
JAKARTA, NusaBali
Mereka menamakan ogoh-ogoh tersebut Bawi Srenggi. Proses pembuatan sudah mencapai 50 persen.
"Kami menargetkan akhir Februari atau awal Maret selesai," ujar Pengayom Permudiksa Nengah Yuliawan kepada NusaBali, Jumat (15/2).
Menurut Nengah Yuliawan, pembuatan mereka lakukan saat libur dan pulang kerja atau selesai sekolah.
Oleh karena itu, mereka tidak merasa keberatan ketika mendapat amanah membuat ogoh-ogoh untuk keperluan upacara Tawur Agung. "Untuk ngayah kami tidak merasa berat, justru kami senang lantaran kreativitas anak muda dapat disalurkan," imbuhnya.
Bawi Srenggi sendiri merupakan abdi surga. Namun karena suatu hal ia dihukum turun ke dunia. Di dunia ia jatuh cinta dan mengejar Dewi Sri hingga memunculkan angkara murka dari Bhatara Rambut Sedana hingga di kutuk menjadi hama yang mengganggu lahan pertanian.
Setelah diketahui penyebabnya diadakan upacara Yadnya Nangluk Merana untuk mengembalikan fungsi Bawi Srenggi.
"Kami mengambil cerita itu, karena simpel dan waktu pembuatannya mepet hanya satu bulan lantaran kebentur dengan kesibukan kerja," jelas Nengah Yuliawan.
Mengenai bahan, Permudiksa tidak kesulitan. Sebab ogoh-ogoh terbuat dari seterofoam dan besi. Berdasarkan rencana ogoh-ogoh diusung oleh 30 orang. Mereka berasal dari enam banjar di provinsi Banten. Masing-masing banjar mengirimkan lima orang.
Sementara bleganjur yang mengiringi ogoh-ogoh berasal dari banjar Tangerang, karena mereka adalah panitia perayaan hari raya Nyepi provinsi Banten tahun baru Saka 1941. "Seminggu sebelum upacara Tawur Agung, kami akan latihan bersama," kata Nengah Yuliawan. *k22
"Kami menargetkan akhir Februari atau awal Maret selesai," ujar Pengayom Permudiksa Nengah Yuliawan kepada NusaBali, Jumat (15/2).
Menurut Nengah Yuliawan, pembuatan mereka lakukan saat libur dan pulang kerja atau selesai sekolah.
Oleh karena itu, mereka tidak merasa keberatan ketika mendapat amanah membuat ogoh-ogoh untuk keperluan upacara Tawur Agung. "Untuk ngayah kami tidak merasa berat, justru kami senang lantaran kreativitas anak muda dapat disalurkan," imbuhnya.
Bawi Srenggi sendiri merupakan abdi surga. Namun karena suatu hal ia dihukum turun ke dunia. Di dunia ia jatuh cinta dan mengejar Dewi Sri hingga memunculkan angkara murka dari Bhatara Rambut Sedana hingga di kutuk menjadi hama yang mengganggu lahan pertanian.
Setelah diketahui penyebabnya diadakan upacara Yadnya Nangluk Merana untuk mengembalikan fungsi Bawi Srenggi.
"Kami mengambil cerita itu, karena simpel dan waktu pembuatannya mepet hanya satu bulan lantaran kebentur dengan kesibukan kerja," jelas Nengah Yuliawan.
Mengenai bahan, Permudiksa tidak kesulitan. Sebab ogoh-ogoh terbuat dari seterofoam dan besi. Berdasarkan rencana ogoh-ogoh diusung oleh 30 orang. Mereka berasal dari enam banjar di provinsi Banten. Masing-masing banjar mengirimkan lima orang.
Sementara bleganjur yang mengiringi ogoh-ogoh berasal dari banjar Tangerang, karena mereka adalah panitia perayaan hari raya Nyepi provinsi Banten tahun baru Saka 1941. "Seminggu sebelum upacara Tawur Agung, kami akan latihan bersama," kata Nengah Yuliawan. *k22
Komentar