Puluhan Umat Tri Dharma Ikuti Upacara Tolak Bala
Klenteng Seng Hong Bio di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, Buleleng, kembali ramai pasca dua minggu perayaan tahun baru Imlek 2570.
SINGARAJA, NusaBali
Puluhan umat Tri Dharma mengikuti upacara Ciswak atau upacara penolak bala, di sela-sela persembahyangan Cap Go Meh, Selasa (19/2). Upacara ini serangkaian penutup perayaan Tahun Baru Imlek.
Puluhan umat Tri Dharma dipandu rohaniawan saat melakukan persembahyangan bersama dan ritual. Mulai dari meminum air suci, pemotongan rambut secara simbolis, melemparkan lima jenis kacang, hingga melepaskan hewan ke alam liar. Menurut rohaniawan Klenteng Seng Hong Bio Hartono Herlim, upacara Ciswak biasanya diikuti oleh umat yang mengalami chiong (kemalangan) di tahun ini.
“Ciswak itu upacara tolak bala, keyakinan kami setiap datang tahun baru, seperti tahun sekarang masuk Sio Babi. Menurut kepercayaan, chiong atau yang apes besar adalah yang lahir pada tahun ular dan yang chiong kecil kelahiran tahun babi dan monyet. Melalui upacara Ciswak ini dipercaya dapat menghilangkan segala kesialan,” ungkap Hartono.
Ia mengatakan upacara tolak bala dilakukan secara massal bertepatan dengan sembahyang Cap Go Meh. Hartono menjelaskan, pada hari itu, tiga dewa penguasa Langit, Bumi dan Air sedang berulang tahun dan memberikan banyak rezeki. Sehingga sangat tepat untuk mengambil kesempatan tolak bala. Terkait dengan sejumlah sarana yang digunakan dalam pelaksanaan Ciswak, jelas dia, memiliki simbol tersendiri. Seperti lima jenis kacang yang dilemparkan sambil berjalan mengitari tempat upacara, menyimbolkan lima unsur utama dalam tubuh manusia. Melalui simbol itu diharapkan organ inti manusia selalu sehat dan terhindar dari mara bahaya. Selanjutnya, pemotongan rambut secara simbolis merupakan simbol untuk menghilangkan kesialan selama ini. Begitu juga dengan tahapan meminum air suci yang diberikan oleh rohaniawan sebagai wujud penerimaan berkah dari para dewa.
Prosesi terakhir ditutup dengan pelepasan hewan jenis burung, kura-kura, dan ikan, ke alam liar. Sesuai kepercayaan, pelepasliaran hewan ini bertujuan agar setelah upacara tolak bala, segala usaha dan cita-cita selalu diberikan jalan yang baik.
Seorang peserta Ciswak, Nova Andari,32, mengaku jika dirinya mengikuti upacara Ciswak untuk menghilangkan kesialan. Ia mengaku lahir di tahun Ular yang merupakan chiong besar di tahun Babi sehingga menempuh upaya antisipasi dari hal-hal yang tidak baik. “Tahun ini saya ikut, kebetulan sedang chiong besar, biasanya diumumkan oleh rohaniawan sebelumnya. Ya, ikut Ciswak biar buang sial aja,” kata Nova. *k23
Puluhan umat Tri Dharma dipandu rohaniawan saat melakukan persembahyangan bersama dan ritual. Mulai dari meminum air suci, pemotongan rambut secara simbolis, melemparkan lima jenis kacang, hingga melepaskan hewan ke alam liar. Menurut rohaniawan Klenteng Seng Hong Bio Hartono Herlim, upacara Ciswak biasanya diikuti oleh umat yang mengalami chiong (kemalangan) di tahun ini.
“Ciswak itu upacara tolak bala, keyakinan kami setiap datang tahun baru, seperti tahun sekarang masuk Sio Babi. Menurut kepercayaan, chiong atau yang apes besar adalah yang lahir pada tahun ular dan yang chiong kecil kelahiran tahun babi dan monyet. Melalui upacara Ciswak ini dipercaya dapat menghilangkan segala kesialan,” ungkap Hartono.
Ia mengatakan upacara tolak bala dilakukan secara massal bertepatan dengan sembahyang Cap Go Meh. Hartono menjelaskan, pada hari itu, tiga dewa penguasa Langit, Bumi dan Air sedang berulang tahun dan memberikan banyak rezeki. Sehingga sangat tepat untuk mengambil kesempatan tolak bala. Terkait dengan sejumlah sarana yang digunakan dalam pelaksanaan Ciswak, jelas dia, memiliki simbol tersendiri. Seperti lima jenis kacang yang dilemparkan sambil berjalan mengitari tempat upacara, menyimbolkan lima unsur utama dalam tubuh manusia. Melalui simbol itu diharapkan organ inti manusia selalu sehat dan terhindar dari mara bahaya. Selanjutnya, pemotongan rambut secara simbolis merupakan simbol untuk menghilangkan kesialan selama ini. Begitu juga dengan tahapan meminum air suci yang diberikan oleh rohaniawan sebagai wujud penerimaan berkah dari para dewa.
Prosesi terakhir ditutup dengan pelepasan hewan jenis burung, kura-kura, dan ikan, ke alam liar. Sesuai kepercayaan, pelepasliaran hewan ini bertujuan agar setelah upacara tolak bala, segala usaha dan cita-cita selalu diberikan jalan yang baik.
Seorang peserta Ciswak, Nova Andari,32, mengaku jika dirinya mengikuti upacara Ciswak untuk menghilangkan kesialan. Ia mengaku lahir di tahun Ular yang merupakan chiong besar di tahun Babi sehingga menempuh upaya antisipasi dari hal-hal yang tidak baik. “Tahun ini saya ikut, kebetulan sedang chiong besar, biasanya diumumkan oleh rohaniawan sebelumnya. Ya, ikut Ciswak biar buang sial aja,” kata Nova. *k23
1
Komentar