Angkat Cerita Asmara Jaya Pangus dan Kang Cing We
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana dan Konsul Jenderal Tiongkok, Gou Haodong, ikut menyaksikan pentas seni akulturasi budaya Bali dan budaya China di Gedung Kesenian Gde Manik Singaraja, tadi malam
Buleleng dan Thiongkok Kolaborasi Satukan Barong Ket dan Barong Sai
SINGARAJA, NusaBali
Pemkab Buleleng dan pemerintah Tiongkok berkolaborasi tampilkan karya seni akulturasi budaya Bali dan budaya China di Gedung Kesenian Gde Manik, Jalan Udayana Singaraja, Rabu (20/2) malam. Pentas seni kolaborasi yang satukan Barong Ket dan Barong Sai ini mengangkat kisah asmara Raja Sri Aji Jaya Pangus dengan Kang Cing We, istrinya asal China.
Pentas seni kolaborasi di gedung Kesenian Gde Manik Singaraja tadi malam disaksikan langsung Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana dan Konsulat Jenderal Tiongkok di Denpasar, Gou Haodong. Dalam pentas kolaborasi tadi malam, ditampilkan Barong Ket sebagai bagian budaya Bali dan Barong Ket sbagai budaya Tiongkok. Ada diselipkan cerita asmara Raja Jaya Pangus yang menikahi Kang Cing We, dengan simbol Barong Landung.
Garapan kolaborasi ini tampil sangat apik, dengan keselarasan gerak dan tabuh yang mencirikan budaya masing-masing. Pertunjukan seni kolaborasi yang ditampilkan setelah Tari Teruna Jaya (sebagai tarian pembuka khas Buleleng) ini mampu menghipnotis ribuan penonton yang memadati Gedung Kesenian Gde Manik.
Pertunjukan seni ini menggambarkan akulturasi budaya Bali dan Tiongkok yang saling berdampingan sejak dahulu kala. Bahkan, hingga kini umat Hindu di Bali masih menganut paham Siwa-Budha. Raja Jaya Pangus adalah peguasa Bali Dwipa saat istana kerajaan berada di kawasan yang kini menjadi Pura Dalem Balingkang, Desa Pakraman Pinggan, Kecamatan Kintamani, Bangli.
Raja Jaya Pangus mempersunting putri cantik asal China, Kang Cing We, tahun 1187. Makanya, di Pura Dalem Balingkang terdapat Palinggih Ratu Ayu Subandar, yang merupakan stana dari Kang Cing We. Wujud bakti kepada Ratu Kang Cing We juga masih dilakukan hingga sekarang dengan penggunaan pis bolong (uang kepeng) sebagai sarana upacara.
Kadis Kebudayaan Buleleng, Gede Komang, menyebutkan pagelaran seni kolaborasi bermula saat kunjungan Konsulat Jenderal Tiongkok di Denpasar ke Singaraja, akhir Januari 2019 lalu. Saat itu, mereka sempat menyaksikan pertunjukan Barong Ket dan Topeng di Sasana Budaya Singaraja. Dari situ kemudian muncul gagasan bikin pentas seni kolaborasi serangkaian perayaan Tahun Baru Imlek 2570. Walhasil, pentas seni akulturasi budaya Bali dan budaya Tiongkok diwujudkan di Singaraja, tadi malam.
“Persiapannya hanya lima hari. Kami Dinas Kebudayaan dan Konsulat Tiongkok menyiapkan kolaborasi ini, karena ada sejumlah kesamaan unsur kebudayaan. Makanya, cepat klik. Kami juga sepakat mengakat kisah Raja Jaya Pangus dan Kang Cing We, sebagai salah satu persatuan kebudayaan Bali dengan Tiongkok yang sudah terjalin sejak dahulu kala,” jelas Gede Komang kepada NusaBali.
Dalam pertunjukan semalam, Pemkab Buleleng juga menampilkan Tari Teruna Jaya, tarian khas Gumi Panji Sakti yang dibawakan 7 penari. Sedangkan dari Konsulat Tiongkok yang melibatkan puluhan kru, membawakan sejumlah kesenian khas China. Misalnya, Tari Minnan yang merupakan tari panen raya masyarakat Tiongkok. Pertunjukan semakin seru dengan atraksi seni keterampilan gunting kertas, sulap, serta kolaborasi manusia dan boneka wayang golek yang dapat berubah wajah.
Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan kerjasama pagelaran kesenian dengan pemerintah Tiongkok ini diharapkan bisa berkesinambungan. Sewaktu-waktu, tim kesenian dari Buleleng juga harus tampil di Tiongkok membawakan kesenian khasnya. Menurut Agus Suradnyana, pentas seni kolaborasi ini merupakan kesempatan untuk berpromosi dan meningkatkan kunjungan wisatawan Tiongkok ke Buleleng.
“Sesuai dengan perkembangan jangka panjang, kalau short cut selesai dibangun, ada harapan baru menambah kunjungan wisata ke Buleleng,” ujar Bupati asal Desa Banyuati, Kecamatan Banjar yang juga Ketua DPC PDIP Buleleng ini. Agus Suradnyana meegaskan, ke depannya akan dibuat MoU kerjasama bidang ekonomi, pariwisata, dan kebudayaan dengan pemerintah Tiongkok.
Sementara, Konsul Jenderal Tiongkok, Gou Haodong, mengapresiasi pentas seni kolaborasi Buleleng dan China melalui Barong Ket dan Barong Sai, dengan tempelan cerita Raja Jaya Pangus dna Kang Cing We. Menurut Gou, ini pertunjukan paling bagus. Gou pun menyampaikan terimakasih kepada Pemkab Buleleng yang sudah menerima kerjasama melalaui pertunjukan seni.
“Saya harap teman media di sini maupun dari Tiongkok banyak menulis tentang acara ini. Sepulang dari sini, banyak kenalkan kebudyaan Indonesia ke teman-teman untuk mendorong wisata ke Bali Utara. Karena saya pikir Bali Utara punya banyak spot wisata yang mensupport pariwisatanya,” kata Gou saat memberikan sambutan yang diterjemahkan oleh transleter. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Pemkab Buleleng dan pemerintah Tiongkok berkolaborasi tampilkan karya seni akulturasi budaya Bali dan budaya China di Gedung Kesenian Gde Manik, Jalan Udayana Singaraja, Rabu (20/2) malam. Pentas seni kolaborasi yang satukan Barong Ket dan Barong Sai ini mengangkat kisah asmara Raja Sri Aji Jaya Pangus dengan Kang Cing We, istrinya asal China.
Pentas seni kolaborasi di gedung Kesenian Gde Manik Singaraja tadi malam disaksikan langsung Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana dan Konsulat Jenderal Tiongkok di Denpasar, Gou Haodong. Dalam pentas kolaborasi tadi malam, ditampilkan Barong Ket sebagai bagian budaya Bali dan Barong Ket sbagai budaya Tiongkok. Ada diselipkan cerita asmara Raja Jaya Pangus yang menikahi Kang Cing We, dengan simbol Barong Landung.
Garapan kolaborasi ini tampil sangat apik, dengan keselarasan gerak dan tabuh yang mencirikan budaya masing-masing. Pertunjukan seni kolaborasi yang ditampilkan setelah Tari Teruna Jaya (sebagai tarian pembuka khas Buleleng) ini mampu menghipnotis ribuan penonton yang memadati Gedung Kesenian Gde Manik.
Pertunjukan seni ini menggambarkan akulturasi budaya Bali dan Tiongkok yang saling berdampingan sejak dahulu kala. Bahkan, hingga kini umat Hindu di Bali masih menganut paham Siwa-Budha. Raja Jaya Pangus adalah peguasa Bali Dwipa saat istana kerajaan berada di kawasan yang kini menjadi Pura Dalem Balingkang, Desa Pakraman Pinggan, Kecamatan Kintamani, Bangli.
Raja Jaya Pangus mempersunting putri cantik asal China, Kang Cing We, tahun 1187. Makanya, di Pura Dalem Balingkang terdapat Palinggih Ratu Ayu Subandar, yang merupakan stana dari Kang Cing We. Wujud bakti kepada Ratu Kang Cing We juga masih dilakukan hingga sekarang dengan penggunaan pis bolong (uang kepeng) sebagai sarana upacara.
Kadis Kebudayaan Buleleng, Gede Komang, menyebutkan pagelaran seni kolaborasi bermula saat kunjungan Konsulat Jenderal Tiongkok di Denpasar ke Singaraja, akhir Januari 2019 lalu. Saat itu, mereka sempat menyaksikan pertunjukan Barong Ket dan Topeng di Sasana Budaya Singaraja. Dari situ kemudian muncul gagasan bikin pentas seni kolaborasi serangkaian perayaan Tahun Baru Imlek 2570. Walhasil, pentas seni akulturasi budaya Bali dan budaya Tiongkok diwujudkan di Singaraja, tadi malam.
“Persiapannya hanya lima hari. Kami Dinas Kebudayaan dan Konsulat Tiongkok menyiapkan kolaborasi ini, karena ada sejumlah kesamaan unsur kebudayaan. Makanya, cepat klik. Kami juga sepakat mengakat kisah Raja Jaya Pangus dan Kang Cing We, sebagai salah satu persatuan kebudayaan Bali dengan Tiongkok yang sudah terjalin sejak dahulu kala,” jelas Gede Komang kepada NusaBali.
Dalam pertunjukan semalam, Pemkab Buleleng juga menampilkan Tari Teruna Jaya, tarian khas Gumi Panji Sakti yang dibawakan 7 penari. Sedangkan dari Konsulat Tiongkok yang melibatkan puluhan kru, membawakan sejumlah kesenian khas China. Misalnya, Tari Minnan yang merupakan tari panen raya masyarakat Tiongkok. Pertunjukan semakin seru dengan atraksi seni keterampilan gunting kertas, sulap, serta kolaborasi manusia dan boneka wayang golek yang dapat berubah wajah.
Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan kerjasama pagelaran kesenian dengan pemerintah Tiongkok ini diharapkan bisa berkesinambungan. Sewaktu-waktu, tim kesenian dari Buleleng juga harus tampil di Tiongkok membawakan kesenian khasnya. Menurut Agus Suradnyana, pentas seni kolaborasi ini merupakan kesempatan untuk berpromosi dan meningkatkan kunjungan wisatawan Tiongkok ke Buleleng.
“Sesuai dengan perkembangan jangka panjang, kalau short cut selesai dibangun, ada harapan baru menambah kunjungan wisata ke Buleleng,” ujar Bupati asal Desa Banyuati, Kecamatan Banjar yang juga Ketua DPC PDIP Buleleng ini. Agus Suradnyana meegaskan, ke depannya akan dibuat MoU kerjasama bidang ekonomi, pariwisata, dan kebudayaan dengan pemerintah Tiongkok.
Sementara, Konsul Jenderal Tiongkok, Gou Haodong, mengapresiasi pentas seni kolaborasi Buleleng dan China melalui Barong Ket dan Barong Sai, dengan tempelan cerita Raja Jaya Pangus dna Kang Cing We. Menurut Gou, ini pertunjukan paling bagus. Gou pun menyampaikan terimakasih kepada Pemkab Buleleng yang sudah menerima kerjasama melalaui pertunjukan seni.
“Saya harap teman media di sini maupun dari Tiongkok banyak menulis tentang acara ini. Sepulang dari sini, banyak kenalkan kebudyaan Indonesia ke teman-teman untuk mendorong wisata ke Bali Utara. Karena saya pikir Bali Utara punya banyak spot wisata yang mensupport pariwisatanya,” kata Gou saat memberikan sambutan yang diterjemahkan oleh transleter. *k23
Komentar