Karena Banyak Caleg Sekampung Saling Sikut
Punya Pemilih Terbanyak, Desa Mas Tak Pernah Loloskan Caleg
GIANYAR, NusaBali
Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar termasuk salah satu desa di Gumi Seni yang memiliki jumlah pemilih terbanyak. Dari 64 desa/kelurahan yang ada di Gianyar, Desa Mas menempati peringkat ketiga jumlah pemilih terbanyak, setelah Desa Batubulan (Kecamatan Sukawati) dan Kelurahan Gianyar (Kecamatan Gianyar). Ironisnya, sejak Pemilu era Reformasi 1999, belum ada satu pun caleg dari Desa Mas yang berhasil lolos ke kursi legislatif. Masalahnya, selalu muncul banyak caleg sekampung saling sikut berebut suara.
Berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang ditetapkan KPU Gianyar untuk Pileg/Pilpres 2019, jumlah pemilih terbanyak berada di Desa Batubulan mencapai 14.490 orang. Sedangkan jumlah pemilih terbanyak kedua di Kelurahan Gianyar, mencapai 9.663 orang. Sementara Desa Mas menempati peringkat ketiga dengan jumlah pemilih 9.438 orang. Disusul kemudian Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring di peringkat empat dengan jumlah pemilih 9.283 orang.
Pemilih di Desa Mas yang jumlahnya mencapai 9.438 orang itu tersebar di 12 banjar dinas, yakni Banjar Nyuh Kuning, Banjar Pengosekan Kaja, Banjar Pengosekan Kelod, Banjar Batanancak, Banjar Tegal Bingin, Banjar Juga, Banjar Tarukan, Banjar Kawan, Banjar Bangkilesan, Banjar Abianseka, Banjar Satria, dan Banjar Kumbuh.
Kenapa Desa Mas tidak pernah bisa meloloskan wakil rakyat ke DPRD Gianyar, meskipun memiliki jumlah pemilih terbanyak? Salah satu masalahnya, karena jumlah caleg asal Desa Mas yang bertarung ke Pileg selalu banyak. Maka, jika sebaran suara antar caleg merata, sulit meloloskan salah satunya ke kursi legislatif.
Sekadar catatan, dalam Pileg 2019 nanti, ada 10 caleg dari Desa Mas yang diusung parpol berbeda. Dari jumlah itu, hanya satu orang yang berebut kursi DPRD Bali, yakni Wayan Suamba, krama Banjar Tarukan yang maju dengan kendaraan Partai Perindo. Sedangkan 9 caleg asal Desa Mas lainnya tarung berebut kursi DPRD Gianyar.
Yang unik, dari 9 caleg asal Desa Mas untuk kursi DPRD Gianyar, 3 orang di antaranya maju lewat kendaraan Partai Berkarya. Bahkan, 2 dari 3 caleg Berkarya ini asal sebanjar di Banjar Satria, yakni AA Alit Darmayasa dan AA Bagus Yudiana. Satu caleg Berkarya lagi asal Banjar Juga, yaitu I Wayan Balik Sudarma.
Selain itu, juga ada 2 caleg dari Demokrat asal Desa Mas untuk kursi DPRD Gianyar di Pileg 2019, namun mereka tinggal di banjar berbeda. Mereka masing-masing Ni Nyoman Darini (asal Banjar Pengosekan Kaja) dam I Wayan Gede Arsania (dari Banjar Tarukan). Selengkapnya, lihat tabel.
Mantan Bendesa Pakraman Mas, I Wayan Muka, mengaku sangat berharap ada caleg dari desanya yang berhasil tembus ke kusri DPRD Gianyar, bahkan DPRD Bali. Apalagi, selama ini dari Desa Mas selalu muncul caleg andal, namun tak pernah bisa lolos ke kursi legislatif. Mereka rata-rata pengabdi di desa, berpendidikan tinggi, dan mapan secara ekonomi.
Hanya saja, kata Wayan Muka, setiapkali gelaran Pileg, mereka selalu rebutan suara pendukung. Masalahnya, caleg yang tarung di Desa Mas mencapai kisaran 8-10 orang dalam setiap Pemilu. Sudah begitu, suara pemilih di Desa Mas juga banyak direbut caleg dari luar berstatus incumbent yang telanjur berinvestasi politik dengan bansos.
“Jujur saja, kami sangat kecewa. Kami punya suara terbanyak, tapi kenapa setiap Pileg tak berhasil mendudukkan seorang caleg dari desa sendiri? Jangankan untuk kursi DPR RI atau DPRD Bali, sekadar lolos ke DPRD Gianyar saja nggak bisa,” sesal Wayan Muka saat ditemui NusaBali di Desa Mas, beberapa hari lalu.
Menurut Wayan Muka, Desa Mas sempat punya wakil rakuyat di DPRD Gianyar sebelum era Reformasi. Mereka adalah AA Gde Rai Armanta (anggota Fraksi PDI DPRD Gianyar 1992-1997) dan AA Gede Rai Astawa (anggota Fraksi PDI DPRD Gianyar 1997-1999). Setelah itu, tak pernah lagi ada krama Desa Mas yang lolos ke kursi Dewan sejak Pemilu 1999 (pesta gong demokrasi pertama era Reformasi).
Karena ingin punya anggota Dewan dari desa sendiri, Wayan Muka bersama beberapa tokoh di Desa Mas pun sempat berembuk. Tujuanya, agar warga desa menyatukan suara untuk memenangkan satu-dua caleg. Namun, upaya itu tidak membuahkan hasil. “Warga Desa Mas sulit sekali kompak untuk memilih caleg dari desa sendiri. Apalagi untuk Pileg 2019 nanti, jumlah caleg untuk kursi DPRD Gianyar mencapai 9 orang. Suara sudah pasti pecah,” keluh Wayan Muka.
Sementara itu, Kepala Desa (Perbekel) Mas, I Gede Darmayuda, mengakui warganya sangat ingin punya anggota Dewan dari desa sendiri. Sebab, desanya punya jumlah pemilih terbanyak ketiga di Gianyar, namun tak kunjung bisa mendudukkan satu orang pun di DPRD Gianyar. Darmayuda sendiri prihatin atas kondisi ini.
Menurut Darmayuda, caleg dari Desa Mas sulit tembus ke kursi legislatif karena beberapa sebab. Selain suara terpecah karena banyaknya caleg dari desa sendiri, semangat juang caleg dari desa inii agak kendor. Masalahnya, masyakat setempat telanjur kena ‘serangan’ caleg incumbent dari luar desa.
“Caleg incumbent dari luar itu banyak menebar bansos ke Desa Mas, sehingga warga kami jadi ewuh pakewuh untuk tidak memilih mereka. Tapi, sekarang mudah-mudahan ada caleg dari Desa Mas bisa lolos,’’ harap Darmayuda.
Darmayuda mengatakan, dengan semangat dan usaha keras, satu bahkan dua caleg dari Desa Mas potensial lolos ke kursi DPRD Gianyar. “Saya lihat di Desa Mas ada dua caleg yang gencar turun ke bawah. Saya optimis salah satu atau kedua-duanya bisa lolos ke DPRD Gianyar,” tandas Darmayuda.
Sebagai Perbekel Mas, Darmayuda dilarang berpolitik praktis, termasuk membuat komitmen untuk meloloskan caleg dari desanya ke kursi legislatif. Namun, setahu Darmayuda, masyarakat punya keinginan kuat agar memiliki anggota Dewan. Darmayuda pun sangat yakin, sepanjang dengan tekad dan semangat tinggi, caleg dari Desa Mas bisa lolos, meskipun banyak warga telanjur menikmati bansos caleg incumbent asal luar desa.
Kondisi di Desa Mas sungguh beda dengan Desa Batubulan (Kecamatan Sukawati) dan Kelurahan Gianyar (Kecamatan Gianyar), dua kawasan yang memiliki jumlah pemilih terbanyak. Desa Batubulan tanpa terputus punya wakil di DPRD Gianyar sejak Pileg 2004. Berdasarkan hasil Pileg 2014. bahkan Desa Batubulan meloloskan dua caleg ke DPRD Gianyar, yakni Cokorda Putra Indrayana (Fraksi Golkar) dan Made Wirasila (Fraksi Gerindra).
Hal serupa juga terjadi di Kelurahan Gianyar, di mana sejak Pemilu 1999 selalu berhasil meloloskan wakilnya ke kursi DPRD Gianyar. Berdasarkan hasil Pileg 2014, Keluraha Gianyar sukses meloloskan dua calegnya ke kursi DPRD Gianyar 2014-2019, masing-masing Ida Bagus Nyoman Rai (Fraksi Gerindra) dan Ngakan Ketut Putra (dari PKPI). *lsa
Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar termasuk salah satu desa di Gumi Seni yang memiliki jumlah pemilih terbanyak. Dari 64 desa/kelurahan yang ada di Gianyar, Desa Mas menempati peringkat ketiga jumlah pemilih terbanyak, setelah Desa Batubulan (Kecamatan Sukawati) dan Kelurahan Gianyar (Kecamatan Gianyar). Ironisnya, sejak Pemilu era Reformasi 1999, belum ada satu pun caleg dari Desa Mas yang berhasil lolos ke kursi legislatif. Masalahnya, selalu muncul banyak caleg sekampung saling sikut berebut suara.
Berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang ditetapkan KPU Gianyar untuk Pileg/Pilpres 2019, jumlah pemilih terbanyak berada di Desa Batubulan mencapai 14.490 orang. Sedangkan jumlah pemilih terbanyak kedua di Kelurahan Gianyar, mencapai 9.663 orang. Sementara Desa Mas menempati peringkat ketiga dengan jumlah pemilih 9.438 orang. Disusul kemudian Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring di peringkat empat dengan jumlah pemilih 9.283 orang.
Pemilih di Desa Mas yang jumlahnya mencapai 9.438 orang itu tersebar di 12 banjar dinas, yakni Banjar Nyuh Kuning, Banjar Pengosekan Kaja, Banjar Pengosekan Kelod, Banjar Batanancak, Banjar Tegal Bingin, Banjar Juga, Banjar Tarukan, Banjar Kawan, Banjar Bangkilesan, Banjar Abianseka, Banjar Satria, dan Banjar Kumbuh.
Kenapa Desa Mas tidak pernah bisa meloloskan wakil rakyat ke DPRD Gianyar, meskipun memiliki jumlah pemilih terbanyak? Salah satu masalahnya, karena jumlah caleg asal Desa Mas yang bertarung ke Pileg selalu banyak. Maka, jika sebaran suara antar caleg merata, sulit meloloskan salah satunya ke kursi legislatif.
Sekadar catatan, dalam Pileg 2019 nanti, ada 10 caleg dari Desa Mas yang diusung parpol berbeda. Dari jumlah itu, hanya satu orang yang berebut kursi DPRD Bali, yakni Wayan Suamba, krama Banjar Tarukan yang maju dengan kendaraan Partai Perindo. Sedangkan 9 caleg asal Desa Mas lainnya tarung berebut kursi DPRD Gianyar.
Yang unik, dari 9 caleg asal Desa Mas untuk kursi DPRD Gianyar, 3 orang di antaranya maju lewat kendaraan Partai Berkarya. Bahkan, 2 dari 3 caleg Berkarya ini asal sebanjar di Banjar Satria, yakni AA Alit Darmayasa dan AA Bagus Yudiana. Satu caleg Berkarya lagi asal Banjar Juga, yaitu I Wayan Balik Sudarma.
Selain itu, juga ada 2 caleg dari Demokrat asal Desa Mas untuk kursi DPRD Gianyar di Pileg 2019, namun mereka tinggal di banjar berbeda. Mereka masing-masing Ni Nyoman Darini (asal Banjar Pengosekan Kaja) dam I Wayan Gede Arsania (dari Banjar Tarukan). Selengkapnya, lihat tabel.
Mantan Bendesa Pakraman Mas, I Wayan Muka, mengaku sangat berharap ada caleg dari desanya yang berhasil tembus ke kusri DPRD Gianyar, bahkan DPRD Bali. Apalagi, selama ini dari Desa Mas selalu muncul caleg andal, namun tak pernah bisa lolos ke kursi legislatif. Mereka rata-rata pengabdi di desa, berpendidikan tinggi, dan mapan secara ekonomi.
Hanya saja, kata Wayan Muka, setiapkali gelaran Pileg, mereka selalu rebutan suara pendukung. Masalahnya, caleg yang tarung di Desa Mas mencapai kisaran 8-10 orang dalam setiap Pemilu. Sudah begitu, suara pemilih di Desa Mas juga banyak direbut caleg dari luar berstatus incumbent yang telanjur berinvestasi politik dengan bansos.
“Jujur saja, kami sangat kecewa. Kami punya suara terbanyak, tapi kenapa setiap Pileg tak berhasil mendudukkan seorang caleg dari desa sendiri? Jangankan untuk kursi DPR RI atau DPRD Bali, sekadar lolos ke DPRD Gianyar saja nggak bisa,” sesal Wayan Muka saat ditemui NusaBali di Desa Mas, beberapa hari lalu.
Menurut Wayan Muka, Desa Mas sempat punya wakil rakuyat di DPRD Gianyar sebelum era Reformasi. Mereka adalah AA Gde Rai Armanta (anggota Fraksi PDI DPRD Gianyar 1992-1997) dan AA Gede Rai Astawa (anggota Fraksi PDI DPRD Gianyar 1997-1999). Setelah itu, tak pernah lagi ada krama Desa Mas yang lolos ke kursi Dewan sejak Pemilu 1999 (pesta gong demokrasi pertama era Reformasi).
Karena ingin punya anggota Dewan dari desa sendiri, Wayan Muka bersama beberapa tokoh di Desa Mas pun sempat berembuk. Tujuanya, agar warga desa menyatukan suara untuk memenangkan satu-dua caleg. Namun, upaya itu tidak membuahkan hasil. “Warga Desa Mas sulit sekali kompak untuk memilih caleg dari desa sendiri. Apalagi untuk Pileg 2019 nanti, jumlah caleg untuk kursi DPRD Gianyar mencapai 9 orang. Suara sudah pasti pecah,” keluh Wayan Muka.
Sementara itu, Kepala Desa (Perbekel) Mas, I Gede Darmayuda, mengakui warganya sangat ingin punya anggota Dewan dari desa sendiri. Sebab, desanya punya jumlah pemilih terbanyak ketiga di Gianyar, namun tak kunjung bisa mendudukkan satu orang pun di DPRD Gianyar. Darmayuda sendiri prihatin atas kondisi ini.
Menurut Darmayuda, caleg dari Desa Mas sulit tembus ke kursi legislatif karena beberapa sebab. Selain suara terpecah karena banyaknya caleg dari desa sendiri, semangat juang caleg dari desa inii agak kendor. Masalahnya, masyakat setempat telanjur kena ‘serangan’ caleg incumbent dari luar desa.
“Caleg incumbent dari luar itu banyak menebar bansos ke Desa Mas, sehingga warga kami jadi ewuh pakewuh untuk tidak memilih mereka. Tapi, sekarang mudah-mudahan ada caleg dari Desa Mas bisa lolos,’’ harap Darmayuda.
Darmayuda mengatakan, dengan semangat dan usaha keras, satu bahkan dua caleg dari Desa Mas potensial lolos ke kursi DPRD Gianyar. “Saya lihat di Desa Mas ada dua caleg yang gencar turun ke bawah. Saya optimis salah satu atau kedua-duanya bisa lolos ke DPRD Gianyar,” tandas Darmayuda.
Sebagai Perbekel Mas, Darmayuda dilarang berpolitik praktis, termasuk membuat komitmen untuk meloloskan caleg dari desanya ke kursi legislatif. Namun, setahu Darmayuda, masyarakat punya keinginan kuat agar memiliki anggota Dewan. Darmayuda pun sangat yakin, sepanjang dengan tekad dan semangat tinggi, caleg dari Desa Mas bisa lolos, meskipun banyak warga telanjur menikmati bansos caleg incumbent asal luar desa.
Kondisi di Desa Mas sungguh beda dengan Desa Batubulan (Kecamatan Sukawati) dan Kelurahan Gianyar (Kecamatan Gianyar), dua kawasan yang memiliki jumlah pemilih terbanyak. Desa Batubulan tanpa terputus punya wakil di DPRD Gianyar sejak Pileg 2004. Berdasarkan hasil Pileg 2014. bahkan Desa Batubulan meloloskan dua caleg ke DPRD Gianyar, yakni Cokorda Putra Indrayana (Fraksi Golkar) dan Made Wirasila (Fraksi Gerindra).
Hal serupa juga terjadi di Kelurahan Gianyar, di mana sejak Pemilu 1999 selalu berhasil meloloskan wakilnya ke kursi DPRD Gianyar. Berdasarkan hasil Pileg 2014, Keluraha Gianyar sukses meloloskan dua calegnya ke kursi DPRD Gianyar 2014-2019, masing-masing Ida Bagus Nyoman Rai (Fraksi Gerindra) dan Ngakan Ketut Putra (dari PKPI). *lsa
1
Komentar