Anak Ashram Mengadu ke DPD RI
Kuasa Hukum Laporkan Balik Arist Merdeka Sirait
DENPASAR, NusaBali
Perwakilan 27 anak Ashram Gandhi Puri Klungkung mendatangi Kantor DPD RI Perwakilan Bali di Jalan Tjok Agung Tresna, Denpasar, Kamis (21/2). Kedatangan mereka untuk mengadu dan meminta pendampingan terkait isu pedofilia yang dikaitkan dengan pembina Ashram Gandhi Puri. Kedatangan mereka juga untuk mengklarifikasi bahwa tidak pernah terjadi kasus pedofilia di tempat mereka saat ini.
Anak-anak ashram itu diterima langsung oleh anggota DPD RI Perwakilan Bali Gede Pasek Suardika. Koordinator Ashram Gandhi Puri, I Wayan Sari Dika menyampaikan kepada Pasek terkait kedatangannya bersama kuasa hukum I Nyoman Yudara, untuk meminta pendampingan serta klarifikasi terkait tuduhan yang dilakukan oleh oknum tertentu.
Dika mengaku, saat ini anak-anak di Ashram Gandhi Puri merasa tertekan psikologis dengan adanya isu tersebut. Apalagi, mereka masih menjalankan pendidikan yang dibiayai oleh Ashram. Dika mengaku, pihaknya hanya bisa melakukan puja terkait dengan isu tersebut. Namun, dengan bantuan hukum yang diberikan oleh Yudara, ia memberanikan diri untuk menghadap ke DPD RI untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Kata Dika, anak-anak lebih tertekan lagi karena adanya kunjungan Komisi Perlindungan Anak (PA) Arist Merdeka Sirait yang tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan. "Kami tertekan, apalagi kami tidak tahu apa-apa. Dan tidak pernah ada kejadian yang dituduhkan," ungkapnya.
Sementara I Wayan Wiasa selaku Pembina dan Instruktur Yoga di Ashram tersebut menambahkan, jika memang oknum-oknum yang memojokkan pihaknya peduli dengan anak-anak setidaknya mereka menggali informasi langsung ke ashram tempat mereka. Selama ini kata dia, oknum yang menuduh ashram menjadi tempat kasus pedofilia tidak pernah datang dan hanya bisa menekan lembaga-lembaga terkait untuk menyebarkan isu yang tidak ada kebenarannya.
Dikatakan Wiasa, ia yang dari tahun 2008 tinggal di ashram tersebut tidak pernah ada kasus seperti yang dituduhkan. Kendati, kasus kaburnya 12 anak dibenarkan oleh Wiasa, namun kata dia, kaburnya anak-anak tersebut bukan karena kasus pedofilia melainkan karena ada permasalahan pengelolaan ashram antara guru pembina dan salah satu warga negara asing (WNA) yang sempat ikut mengelola ashram selama dua tahun.
Saat itu, anak-anak diberi pilihan untuk ikut WNA itu atau menetap di ashram. Sebab, WNA tersebut memancing anak-anak dengan biaya sekolah yang akhirnya 12 anak tersebut memilih keluar ashram. "Kalau kejadiannya 2015 ya seperti itu. Jangan sampai ashram yang disangkutpautkan dengan permasalahan yang tidak benar," ujar pria asal Karangasem ini.
Wiasa mengaku, untuk kasus 2008, memang juga dikatakan ada yang keluar ashram. "Sekali lagi bukan karena kasus seperti itu. Anak-anak ashram tertekan. Karena tahun 2015 itu pembina kami lebih banyak beraktivitas di Ashram Denpasar dan ke India, yang saat itu mendampingi di Klungkung adalah WNA ini," jelasnya.
Dengan pernyataan itu, Kuasa Hukum Ashram Gandhi Puri I Nyoman Yudara mengaku akan melaporkan balik kasus tersebut. Pihakmya sudah mengumpulkan bukti-bukti agar bisa memperkuat pelaporan terutama Komisi PA yang langsung menuduh kasus itu benar adanya. "Kami akan melaporkan balik kasus ini terutama Sirait (Merdeka Sirait) yang datang ke ashram dan menyebarkan bahwa kasus tersebut memang terjadi melalui media yang datang saat itu," ungkapnya.
Mendengar penjelasan itu, Pasek Suardika mengaku siap mendampingi anak-anak Ashram Gandhi Puri. Pasek mengatakan jangan sampai kasus ini dipolitisir untuk melemahkan ashram di Bali. Yang perlu diselamatkan saat ini, kata dia, adalah masa depan dan psikologis anak yang ada di ashram. Jika memang ada bukti yang jelas, harusnya semua aktivis tersebut, terutama Arist Merdeka Sirait melaporkan hal itu, bukan malah menyebarkan isu yang belum tentu kebenarannya. "Saya ingatkan, sekarang saya yang siap mendampingi anak-anak. Jika mau menuduh tolong lengkapi dengan bukti dan laporkan. Jika sekali lagi Arist Sirait berani mengusik anak-anak ini di ashram, dia akan berhadapan dengan saya. Ini sudah jelas apa permasalahannya sekarang," tegas Pasek.
Sebelumnya, Kapolda Bali, Irjen Pol Petrus Reinhard Golose juga meminta kepada semua pihak untuk tidak mempolitisasi dugaan kasus pedofilia yang terjadi di Ashram Gandhi Puri. Kapolda mengatakan hingga saat ini tidak ada saksi ataupun korban yang melapor sehingga pihaknya tidak akan melakukan penyelidikan maupun penyidikan. *mi
Anak-anak ashram itu diterima langsung oleh anggota DPD RI Perwakilan Bali Gede Pasek Suardika. Koordinator Ashram Gandhi Puri, I Wayan Sari Dika menyampaikan kepada Pasek terkait kedatangannya bersama kuasa hukum I Nyoman Yudara, untuk meminta pendampingan serta klarifikasi terkait tuduhan yang dilakukan oleh oknum tertentu.
Dika mengaku, saat ini anak-anak di Ashram Gandhi Puri merasa tertekan psikologis dengan adanya isu tersebut. Apalagi, mereka masih menjalankan pendidikan yang dibiayai oleh Ashram. Dika mengaku, pihaknya hanya bisa melakukan puja terkait dengan isu tersebut. Namun, dengan bantuan hukum yang diberikan oleh Yudara, ia memberanikan diri untuk menghadap ke DPD RI untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Kata Dika, anak-anak lebih tertekan lagi karena adanya kunjungan Komisi Perlindungan Anak (PA) Arist Merdeka Sirait yang tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan. "Kami tertekan, apalagi kami tidak tahu apa-apa. Dan tidak pernah ada kejadian yang dituduhkan," ungkapnya.
Sementara I Wayan Wiasa selaku Pembina dan Instruktur Yoga di Ashram tersebut menambahkan, jika memang oknum-oknum yang memojokkan pihaknya peduli dengan anak-anak setidaknya mereka menggali informasi langsung ke ashram tempat mereka. Selama ini kata dia, oknum yang menuduh ashram menjadi tempat kasus pedofilia tidak pernah datang dan hanya bisa menekan lembaga-lembaga terkait untuk menyebarkan isu yang tidak ada kebenarannya.
Dikatakan Wiasa, ia yang dari tahun 2008 tinggal di ashram tersebut tidak pernah ada kasus seperti yang dituduhkan. Kendati, kasus kaburnya 12 anak dibenarkan oleh Wiasa, namun kata dia, kaburnya anak-anak tersebut bukan karena kasus pedofilia melainkan karena ada permasalahan pengelolaan ashram antara guru pembina dan salah satu warga negara asing (WNA) yang sempat ikut mengelola ashram selama dua tahun.
Saat itu, anak-anak diberi pilihan untuk ikut WNA itu atau menetap di ashram. Sebab, WNA tersebut memancing anak-anak dengan biaya sekolah yang akhirnya 12 anak tersebut memilih keluar ashram. "Kalau kejadiannya 2015 ya seperti itu. Jangan sampai ashram yang disangkutpautkan dengan permasalahan yang tidak benar," ujar pria asal Karangasem ini.
Wiasa mengaku, untuk kasus 2008, memang juga dikatakan ada yang keluar ashram. "Sekali lagi bukan karena kasus seperti itu. Anak-anak ashram tertekan. Karena tahun 2015 itu pembina kami lebih banyak beraktivitas di Ashram Denpasar dan ke India, yang saat itu mendampingi di Klungkung adalah WNA ini," jelasnya.
Dengan pernyataan itu, Kuasa Hukum Ashram Gandhi Puri I Nyoman Yudara mengaku akan melaporkan balik kasus tersebut. Pihakmya sudah mengumpulkan bukti-bukti agar bisa memperkuat pelaporan terutama Komisi PA yang langsung menuduh kasus itu benar adanya. "Kami akan melaporkan balik kasus ini terutama Sirait (Merdeka Sirait) yang datang ke ashram dan menyebarkan bahwa kasus tersebut memang terjadi melalui media yang datang saat itu," ungkapnya.
Mendengar penjelasan itu, Pasek Suardika mengaku siap mendampingi anak-anak Ashram Gandhi Puri. Pasek mengatakan jangan sampai kasus ini dipolitisir untuk melemahkan ashram di Bali. Yang perlu diselamatkan saat ini, kata dia, adalah masa depan dan psikologis anak yang ada di ashram. Jika memang ada bukti yang jelas, harusnya semua aktivis tersebut, terutama Arist Merdeka Sirait melaporkan hal itu, bukan malah menyebarkan isu yang belum tentu kebenarannya. "Saya ingatkan, sekarang saya yang siap mendampingi anak-anak. Jika mau menuduh tolong lengkapi dengan bukti dan laporkan. Jika sekali lagi Arist Sirait berani mengusik anak-anak ini di ashram, dia akan berhadapan dengan saya. Ini sudah jelas apa permasalahannya sekarang," tegas Pasek.
Sebelumnya, Kapolda Bali, Irjen Pol Petrus Reinhard Golose juga meminta kepada semua pihak untuk tidak mempolitisasi dugaan kasus pedofilia yang terjadi di Ashram Gandhi Puri. Kapolda mengatakan hingga saat ini tidak ada saksi ataupun korban yang melapor sehingga pihaknya tidak akan melakukan penyelidikan maupun penyidikan. *mi
1
Komentar