Wabah Penyakit Tak Bisa Diprediksi, RSUP Sanglah Gelar Simulasi
RSUP Sanglah Denpasar, Kamis (21/2) menerima pasien yang diduga (suspect) flu burung.
DENPASAR, NusaBali
Namun pasien itu ditahan oleh penyanggra di depan IGD ketika ambulans membawanya ke IGD. Sebab, ketika seorang pasien dengan diagnosa suspect flu burung atau penyakit menular, maka harus segera dikomunikasikan ke petugas di Ruang Nusa Indah. Di RSUP Sanglah, pasien wabah akan langsung diarahkan ke Ruang Nusa Indah tanpa melalui IGD lagi.
Setelah petugas di Ruang Nusa Indah coba dihubungi, ternyata kondisi kamar rawat untuk pasien yang mengalami penyakit menular sudah penuh. “Penyanggra sudah melakukan skrening suspect dan diketahui pasien ini suspect flu burung,” ujar petugas saat itu. Ini adalah skenario dalam rangkaian simulasi yang dilakukan oleh RSUP Sanglah, kemarin.
Petugas pun mencari alternatif lain untuk memindahkan pasien. Pasien dipindahkan ke Triage Bedah untuk penanganan sembari menunggu kamar di Ruang Nusa Indah disiapkan untuk pasien tersebut. Sementara itu, pintu utara dan barat IGD ditutup agar tidak ada pergerakan pengunjung ke IGD. “Pintu utara yang di barat ditutup, supaya tidak ada pergerakan orang dari poliklinik. Lalu petugas menghubungi bidang pelayanan, penunjang Lab Radiologi. Memberitahu bahwa ada pasien suspect,” katanya.
Beberapa menit kemudian, pasien tersebut dibawa ke Ruang Nusa Indah dengan ambulans. Satpam dan petugas lainnya sigap memindahkan dan mengamankan akses pasien masuk ke ruang isolasi. Setelah dirawat beberapa jam, ternyata pasien dinyatakan meninggal dunia. Petugas lalu melakukan penanganan jenazah pasien penyakit menular dengan piranti wajib menggunakan APD (alat pelindung diri) seperti masker, handscoon, baju khusus dan scup kepala.
Ketua Komite K3RS RSUP Sanglah, dr Ken Wirasandi mengatakan, simulasi ini untuk untuk menjaga keterampilan serta keselamatan petugas dan masyarakat. Sekaligus juga menjadi edukasi kepada perujuk agar memahami ketika pasien berpenyakit menular penanganannya tidak melalui IGD, melainkan langsung di Ruang Nusa Indah. Namun seringkali pihaknya mencemaskan perujuk yang belum memahami rute tersebut, sehingga seringkali pasien penyakit menular dibawa ke IGD atau Wing dan rawat jalan. “Ini yang kita takutkan. Kalau ada yang seperti itu, kalau tidak ditangani dengan baik di IGD, kalau tidak ditangani dengan baik di Wing atau rawat jalan, dikhawatirkan akan menimbulkan penyebaran kuman. Ini sekarang kita simulasikan. Bagaimana penerimaan pasien yang nyelonong ke IGD, supaya petugas kami aman, orang yang ditangani di IGD aman, yang merujuk juga aman,” ungkap dr Ken.
Ia menambahkan, wabah penyakit bisa terjadi kapanpun dan dimanapun. Kedatangannya pun tidak bisa diprediksi. Beberapa wilayah di Indonesia pernah terjangkit wabah penyakit menular seperti flu burung dan flu babi. Tanggung jawab komite adalah tersedianya fasilitas yang baik dan aman di RSUP Sanglah. Sementara itu, sumber daya manusianya juga harus sehat dalam melayani masyarakat. “Saya berharap simulasi ini memberikan kita kesiagaan serta mengasah keterampilan penanganan. Seluruh stake holder sudah kami persiapkan dengan matang yang tentunya dalam kondisi waspada bencana” imbuhnya. *ind
Setelah petugas di Ruang Nusa Indah coba dihubungi, ternyata kondisi kamar rawat untuk pasien yang mengalami penyakit menular sudah penuh. “Penyanggra sudah melakukan skrening suspect dan diketahui pasien ini suspect flu burung,” ujar petugas saat itu. Ini adalah skenario dalam rangkaian simulasi yang dilakukan oleh RSUP Sanglah, kemarin.
Petugas pun mencari alternatif lain untuk memindahkan pasien. Pasien dipindahkan ke Triage Bedah untuk penanganan sembari menunggu kamar di Ruang Nusa Indah disiapkan untuk pasien tersebut. Sementara itu, pintu utara dan barat IGD ditutup agar tidak ada pergerakan pengunjung ke IGD. “Pintu utara yang di barat ditutup, supaya tidak ada pergerakan orang dari poliklinik. Lalu petugas menghubungi bidang pelayanan, penunjang Lab Radiologi. Memberitahu bahwa ada pasien suspect,” katanya.
Beberapa menit kemudian, pasien tersebut dibawa ke Ruang Nusa Indah dengan ambulans. Satpam dan petugas lainnya sigap memindahkan dan mengamankan akses pasien masuk ke ruang isolasi. Setelah dirawat beberapa jam, ternyata pasien dinyatakan meninggal dunia. Petugas lalu melakukan penanganan jenazah pasien penyakit menular dengan piranti wajib menggunakan APD (alat pelindung diri) seperti masker, handscoon, baju khusus dan scup kepala.
Ketua Komite K3RS RSUP Sanglah, dr Ken Wirasandi mengatakan, simulasi ini untuk untuk menjaga keterampilan serta keselamatan petugas dan masyarakat. Sekaligus juga menjadi edukasi kepada perujuk agar memahami ketika pasien berpenyakit menular penanganannya tidak melalui IGD, melainkan langsung di Ruang Nusa Indah. Namun seringkali pihaknya mencemaskan perujuk yang belum memahami rute tersebut, sehingga seringkali pasien penyakit menular dibawa ke IGD atau Wing dan rawat jalan. “Ini yang kita takutkan. Kalau ada yang seperti itu, kalau tidak ditangani dengan baik di IGD, kalau tidak ditangani dengan baik di Wing atau rawat jalan, dikhawatirkan akan menimbulkan penyebaran kuman. Ini sekarang kita simulasikan. Bagaimana penerimaan pasien yang nyelonong ke IGD, supaya petugas kami aman, orang yang ditangani di IGD aman, yang merujuk juga aman,” ungkap dr Ken.
Ia menambahkan, wabah penyakit bisa terjadi kapanpun dan dimanapun. Kedatangannya pun tidak bisa diprediksi. Beberapa wilayah di Indonesia pernah terjangkit wabah penyakit menular seperti flu burung dan flu babi. Tanggung jawab komite adalah tersedianya fasilitas yang baik dan aman di RSUP Sanglah. Sementara itu, sumber daya manusianya juga harus sehat dalam melayani masyarakat. “Saya berharap simulasi ini memberikan kita kesiagaan serta mengasah keterampilan penanganan. Seluruh stake holder sudah kami persiapkan dengan matang yang tentunya dalam kondisi waspada bencana” imbuhnya. *ind
1
Komentar