Ratusan Siswa Diajak Ngelawar, Bikin Sate, dan Banten Prani
Ratusan siswa SMP se-Kota Denpasar mengikuti lomba membut lawar, sate renteng dan banten prani di halaman Kantor Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Denpasar, Jumat (22/2).
DENPASAR, NusaBali
Kadis Kebudayaan Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Bagus Mataram saat mengatakan, lomba ini dilaksanakan serangkaian HUT ke-231 Kota Denpasa dan Hari Suci Nyepi Tahun Caka 1941. “Selain itu pelaksanaan ini sebagai langkah pelestarian seni kebudayaan di Kota Denpasar,” ujarnya.
Dijelaskannya, dalam lomba ini masing-masing sekolah sebelum mengikuti lomba sudah diberikan pelatihan untuk mempersiapkan diri dalam kompetisi. Dengan mereka dilatih dan diikutkan dalam lomba, kedepannya bisa diterapkan dalam lingkungan mereka setiap kali ada kegiatan keagamaan.
Salah satu tim juri, I Gede Anom Ranuara mengatakan ngelawar, meprani dan membuat sate renteng merupakan salah satu kearifan lokal di Bali. Dimana, hal ini merupakan sarana upakara yang diatur dalam tattwa agama, sehingga eksistensinya harus terus dijaga sebagai salah satu sektor ekonomi kreatif. “Dengan demikian, lomba ini bukanlah semata-mata untuk mencari juara, tapi bagaimana kita mensosialisasikan tata cara ngelawar, membuat sate rentang dan membuat prani yang sesuai dengan tattwa agama Hindu,” ujar Anom Ranuara.
Salah satu peserta lomba membuat sate renteng, I Ketut Yudiantara dari SMP Widya Sakti Denpasar mengatakan, persiapan sudah dilakukan timnya sejak pukul 06.00 Wita dengan menyiapkan bumbu serta alat-alat membuat sate renteng. “Tingkat kesulitannya mungkin saat memotong bagian per bagian daging sebagai bahan baku utama sate renteng. Mengikuti lomba ini saja sudah membanggakan bagi kami, apalagi setelahnya kami dinyatakan meraih juara I untuk kategori lomba membuat sate renteng tentu sangat senang rasanya," jelas yang berharap, lomba ini dapat terus dilaksanakan untuk terus menjaga kelestarian adat tradisi serta budaya di Kota Denpasar. “Kami sebagai generasi muda siap berperan untuk turut serta di dalamnya,” imbuhnya. *mi
Dijelaskannya, dalam lomba ini masing-masing sekolah sebelum mengikuti lomba sudah diberikan pelatihan untuk mempersiapkan diri dalam kompetisi. Dengan mereka dilatih dan diikutkan dalam lomba, kedepannya bisa diterapkan dalam lingkungan mereka setiap kali ada kegiatan keagamaan.
Salah satu tim juri, I Gede Anom Ranuara mengatakan ngelawar, meprani dan membuat sate renteng merupakan salah satu kearifan lokal di Bali. Dimana, hal ini merupakan sarana upakara yang diatur dalam tattwa agama, sehingga eksistensinya harus terus dijaga sebagai salah satu sektor ekonomi kreatif. “Dengan demikian, lomba ini bukanlah semata-mata untuk mencari juara, tapi bagaimana kita mensosialisasikan tata cara ngelawar, membuat sate rentang dan membuat prani yang sesuai dengan tattwa agama Hindu,” ujar Anom Ranuara.
Salah satu peserta lomba membuat sate renteng, I Ketut Yudiantara dari SMP Widya Sakti Denpasar mengatakan, persiapan sudah dilakukan timnya sejak pukul 06.00 Wita dengan menyiapkan bumbu serta alat-alat membuat sate renteng. “Tingkat kesulitannya mungkin saat memotong bagian per bagian daging sebagai bahan baku utama sate renteng. Mengikuti lomba ini saja sudah membanggakan bagi kami, apalagi setelahnya kami dinyatakan meraih juara I untuk kategori lomba membuat sate renteng tentu sangat senang rasanya," jelas yang berharap, lomba ini dapat terus dilaksanakan untuk terus menjaga kelestarian adat tradisi serta budaya di Kota Denpasar. “Kami sebagai generasi muda siap berperan untuk turut serta di dalamnya,” imbuhnya. *mi
Komentar