Kisah Dagang Jukut Habis Dagangan
BANYAK orang, tak terkecuali di Klungkung, mau makan serombotan. Tapi mereka tak tahu bagaimana kisah menu beragam sayur ini menjadi serombotan.
SEMARAPURA, NusaBali
Sebuah versi yang berkembang di tanah kelahirannya, Klungkung, serombotan berkisah dari pedagang masakan jenis sayur yang barang dagangannya hampir habis.
Berdasarkan cerita yang berkembang secara turun temurun di Klungkung, khususnya di wawidangan (wilayah) Kota Semarapura, pada mulanya tak ada orang yang mengenal jukut (masakan sayur) serombotan, meskipun pedagag jukut. Pedagang sayur awalnya menjual sayur, antara lain sayur klongkang, kangkung, bayam, terong, paya (pare), kacang panjang, dan jenis lainnya. Semuanya dihidangkan tersendiri dengan bumbu khas Klungkung, berupa sambal koples dan sambal nyuh (kelapa).
Serombotan dikenal saat bermula beberapa pedagang jukut yang dagangannnya hampir habis. Tersisa hanya beberapa jenis sayur. Di saat itu pula ada beberapa pembeli yang membeli sayur. Karena jenis sayur yang tersisa sedikit, maka pedagang menggabungkan semua sisa sayuran itu dengan dibumbui sambal koples ala Klungkung.
Ternyata, rasa sayur campur-campur ini malah luar biasa. Tastenya, sedap kuat dan tak menoton, lebih beda dari taste satu jenis sayur. Akhirnya, jenis sayur campur ini jadi idola warga dan terus berkembang, maka popular dengan nama jukut serombotan.
Pegiat budaya di Lingkungan Kemoning, Semarapura, Klungkung, I Dewa Gde Alit Saputra mengatakan, sayur serombotan dikenal sekitar tahun 1970an. Perintisnya, salah seorang pedagang jukut (sayur) bernama Mek (ibu) Tar. Pada masa itu sampai tahun 1990an masih sering ada pasar malam di Klungkung. Mek Tar yang sejatinya perantau dari Nusa Penida, Klungkung dan ngempi (menitip tinggal) di wawidangan (wilayah) milik Puri Klungkung, membidik peluang berdagang. Ia menggelar dagangan sarwa lebeng (makanan, kue Bali, dan minuman). Mulai dari penganan Bali seperti godoh, bikang, ketela rebus, sayur, plecing, cantok, minuman rujak gula merah, dan rujak bir.
Setelah Mek Tar meninggal, serombotan hasil kreativitas pencampuran jenis sayur ini tetap digandrungi masyarakat sekitar. Saudara Mek Tar, bernama Mek Galung dan Mek Norci, pelanjut penjual sarwa lebeng itu. Mek Galung fokus menjual serombotan, sedangkan Mek Norci menjual daluman. Pedagang serombotan ini kini ada di utara SDN 1 Semarapura Tengah, Klungkung, atau Mapolres Klungkung,’’ jelasnya. Ada juga, pedagang lain yang melestarikan serombotan Klungkung, yakni Sang Ayu Tut di Banjar Pekandelan, Semarapura Tengah. *lsa
Berdasarkan cerita yang berkembang secara turun temurun di Klungkung, khususnya di wawidangan (wilayah) Kota Semarapura, pada mulanya tak ada orang yang mengenal jukut (masakan sayur) serombotan, meskipun pedagag jukut. Pedagang sayur awalnya menjual sayur, antara lain sayur klongkang, kangkung, bayam, terong, paya (pare), kacang panjang, dan jenis lainnya. Semuanya dihidangkan tersendiri dengan bumbu khas Klungkung, berupa sambal koples dan sambal nyuh (kelapa).
Serombotan dikenal saat bermula beberapa pedagang jukut yang dagangannnya hampir habis. Tersisa hanya beberapa jenis sayur. Di saat itu pula ada beberapa pembeli yang membeli sayur. Karena jenis sayur yang tersisa sedikit, maka pedagang menggabungkan semua sisa sayuran itu dengan dibumbui sambal koples ala Klungkung.
Ternyata, rasa sayur campur-campur ini malah luar biasa. Tastenya, sedap kuat dan tak menoton, lebih beda dari taste satu jenis sayur. Akhirnya, jenis sayur campur ini jadi idola warga dan terus berkembang, maka popular dengan nama jukut serombotan.
Pegiat budaya di Lingkungan Kemoning, Semarapura, Klungkung, I Dewa Gde Alit Saputra mengatakan, sayur serombotan dikenal sekitar tahun 1970an. Perintisnya, salah seorang pedagang jukut (sayur) bernama Mek (ibu) Tar. Pada masa itu sampai tahun 1990an masih sering ada pasar malam di Klungkung. Mek Tar yang sejatinya perantau dari Nusa Penida, Klungkung dan ngempi (menitip tinggal) di wawidangan (wilayah) milik Puri Klungkung, membidik peluang berdagang. Ia menggelar dagangan sarwa lebeng (makanan, kue Bali, dan minuman). Mulai dari penganan Bali seperti godoh, bikang, ketela rebus, sayur, plecing, cantok, minuman rujak gula merah, dan rujak bir.
Setelah Mek Tar meninggal, serombotan hasil kreativitas pencampuran jenis sayur ini tetap digandrungi masyarakat sekitar. Saudara Mek Tar, bernama Mek Galung dan Mek Norci, pelanjut penjual sarwa lebeng itu. Mek Galung fokus menjual serombotan, sedangkan Mek Norci menjual daluman. Pedagang serombotan ini kini ada di utara SDN 1 Semarapura Tengah, Klungkung, atau Mapolres Klungkung,’’ jelasnya. Ada juga, pedagang lain yang melestarikan serombotan Klungkung, yakni Sang Ayu Tut di Banjar Pekandelan, Semarapura Tengah. *lsa
1
Komentar