Ritual Memilih Godel untuk Upacara Tawur Kasanga
Bagi krama yang godelnya dipilih sebagai sarana upacara Tawur Kasanga, pantang untuk menolak. Mereka justru bersyukur, karena diyakini membawa berkah dan kesejahteraan
Krama Desa Pakraman Susut-Payangan Gelar Tradisi Ritual Maedeng di Setra
GIANYAR, NusaBali
Krama Desa Pakraman Susut, Desa Buahan, Kecamatan Payangan, Gianyar menggelar tradisi ritual Maedeng di setra setempat pada Radite Kliwon Medangkungan, Minggu (24/2). Tradisi ini berupa ritual memilih godel (anak sapi) yang bakal digunakan sebagai sarana Tawur Kasangan dalam rangka Nyepi Tahun Baru Saka 1941, yang jatuh pada 6 Maret 2019 mendatang.
Dalam tradisi riual Medaeng di Setra Desa Pakraman Susut, Minggu kemarin, seluruh krama yang memiliki godel betina maupun godel jantan wajib membawanya ke setra. Sesuai namanya, tradisi Maedeng ini berarti memperlihatkan godel peliharaan krama. Dari ritual ini, dipilih godel yang terbaik untuk dijadikan sarana upacara Tawur Agung Kasanga. Krama setempat sangat yakin jika godel peliharaannya terpilih, maka akan membawa berkah dan kesejahteraan.
Bendesa Pakraman Susut, I Wayan Sudarsa, mengatakan menjelang digelarnya tradisi ritual Maedeng, selutuh krama pantang untuk menjual godelnya. Krama setempat juga percaya jika pantangan tersebut dilanggar, akan berdampak buruk. “Pantangan menjual godel jelang ritual Maedeng ini sangat ditaati seluruh krama,” ungkap Sudarsa kepada NusaBali dis ela ritual Maedeng di Pura Dalem areal Setra Desa Pakraman Susut, Minggu kematin.
Karena itu, seluruh krama yang memiliki godel berduyun-duyun membawa ternak peliharaannya itu ke areal Setra Desa Pakraman Susut, Minggu kema-rin. Pantauan NusaBali, krama mulai berdatangan menuntun godelnya, sejak pagi pukul 07.00 Wita.
Jumlah godel yang dibawa krama ke setra untuk ritual Maedeng mencapai ratusan ekor. Begitu seluruh godel telah terkumpul, parajuru adat langsung melakukan pemilihan yang terbaik di antara rarusan anak sapi tersebut. Pada akhirnya, terpilih dua ekor godel, masing-masing milik I Nyoman Sarihana (godel jantan) dan I Wayan Sarda (godel betina). Kedua godel inilah yang akan disembelih untuk sarana upacara Tawur Kasanga nanti.
Menurut Bendesa Wayan Sudarsa, tradisi Maedeng ini telah dilaksanakan secara turun temurun. Tujuannya, memilih dua godel, masing-masing jantan dan betina, untuk dijadikan sarana upacara Tawur Kasanga sehari sebelum Nyepi pada Anggara Wage Matal, Selasa, 5 Maret 2019 mendatang.
Godel yang terpilih haruslan mulus alias tanpa cacat sedikit pun. Bagi krama yang godelnya terpilih, pantang untuk menolak. Mereka justru bersyukur godelnya terpilih sebagai sarana upacar Tawur Kasanga, karena diyakini membawa berkah dan kesejahteraan. “Pantang bagi krma untuk menolak jika godelnya dipilih, karena khawatir juga terkena sanksi niskala,” papar Sudarsa.
Sudarsa menyebutkan, dua godel (jantan dan betina) yang terpilih melalui tradisi ritual Maedeng ini nantinya akan menjadi ulam untuk upacara Tawur Kasanga. Ulam godel jantan akan dihaturkan di Catus Pata (Perempatan Agung) Desa Pakraman Susut, sementara ulam godel betina akan dihaturkan di Pura Dalem Desa Pakraman Susut. Ritual membuat olahan ulam dilakukan di areal Pura Dalem.
Menurut Sudarsa, persembahan sepasang godel (jantan dan betina) untuk ulam Tawur Kasanga sehari sebelum Nyepi Tahun Baru Saka ini diyakini sebagai sebuah sesangi (kaul) desa. Sesuai cerita leluhur yang diwarisi secara turun temurun, pada masa lampau Desa Pakraman Susut sempat diserang wabah penyakit mematikan dan dilanda gering (paceklik) berkepanjangan.
Situasi tersebut membuat krama setempat kebingunan. Nah, di tengah kebingungannya itu kemudian muncul sebuah pawisik (petunjuk niskala) agar krama mempersembahkan sepasang godel dalam setiap upacara Tawur Kesanga. “Sesuai pawisik, godel jantan harus dihaturkan di Catus Pata Desa, sementara godel betina dihaturkan di Pura Dalem,” papar Sudarsa.
Sementara itu, seluruh krama Desa Pakraman Susut yang godelnya diikutkan dalam tradisi ritual Maedeng di setra, Minggu kemaruin, mengaku bangga dan bersyukur. Lebih bersyukur lagi jika godelnya yang mendapat kehormatan terpilih sebagai sarana upacara Tawur Kasanga.
Salah seorang krama Desa Pakraman Susut, Wayan Sudia, mengatakan sesuai dengan keyakinan setempat, godel pantang untuk dijual sebelum mengikuti tradisi ritual Maedeng. Jika pantangan ini dilanggar, dipercaya bisa mendapatkan musibah.
“Kalaupun tidak dijual dan tetap dipelihara, juga diyakini akan mengalami musibah, jika dodel tak diikutkan ritual Maedeng. Jadi, saya dengan bangga mengikutkan godel saya dalam ritual ini,” ungkap Wayan Sudia. Menurut Sudia, bagi krama yang godelnya terpilih sebagai sarana upacara Tawur Kasanga, mereka dapat kompensasi dari desa pakraman yakni diberikan anak sapi pengganti, yang besarnya disesuaikan dengan harga pasaran. *nvi
Komentar