Puluhan Kilometer Pantai Tejakula Abrasi
Ancaman bencana abrasi di pesisir pantai nampaknya terjadi di seluruh wilayah, tak terkecuali pesisir Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.
SINGARAJA, NusaBali
Hingga kini tercatat sepanjang 25,75 kilometer pesisir di Tejakula mengalami abrasi dari total 27,23 kilometer. Jumlah yang cukup besar itu tak hanya memakan pantai tetapi mulai menggerogoti kebun warga setempat.
Camat Tejakula, Nyoman Widiartha, dihubungi Minggu (24/2) kemarin mengatakan bencana abrasi yang melanda pesisir wilayah Tejakula memang meluas setiap tahunnya. Hingga kini tercatat 25,75 kilometer pantai hampir di seluruh desa di Tejakula tergerus.
“Hampir di seluruh Pantai Tejakula dari Pacung sampai Tembok itu terjadi abrasi. Kecuali Madenan yang memang satu-satunya desa di wilayah kami yang tak memiliki pantai,” kata Widiartha. Ia pun tak dapat mengelakkan bencana yang terjadi hampir di seluruh daerah yang memiliki pantai, akibat dari pemanasan global.
Penanggulangan masalah abrasi selama ini sebenarnya sudah dilakukan pemerintah dengan memasang revetment atau tanggul batu di sepanjang pantai. Hanya saja sejauh ini, dari sejumlah pantai yang mengalami abrasi belum semuanya terpasang revetment. Tanggul batu itu baru terpasang di sejumlah titik seperti Desa Tejakula, Bondalem, Les, Julah dan Sambirenteng. Sedangkan di desa lainnya seperti Desa Sembiran dan Bondalem belum ada lampu hijau persersetujuan proposal pembangunan revetment.
Widiartha mengaku sudah mengirimkan proposal pembangunan revetment untuk pantai di Desa Sembiran dan Bondalem di tahun 2018 lalu. Hanya saja hingga kini belum mendapat kepastian dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida. Pihaknya pun berharap proposal itu dapat direalisasi tahun ini, sehingga abrasi tak meluas mencaplok tanah dan tegalan milik warganya. “Sedang kami inventarisasi juga usulan dari desa yang mengalami kerusakan karena abrasi, mudah-mudahan tahun ini dua desa yang sudah sempat kami ajukan segera terealisasi,” harap dia. *k23
Camat Tejakula, Nyoman Widiartha, dihubungi Minggu (24/2) kemarin mengatakan bencana abrasi yang melanda pesisir wilayah Tejakula memang meluas setiap tahunnya. Hingga kini tercatat 25,75 kilometer pantai hampir di seluruh desa di Tejakula tergerus.
“Hampir di seluruh Pantai Tejakula dari Pacung sampai Tembok itu terjadi abrasi. Kecuali Madenan yang memang satu-satunya desa di wilayah kami yang tak memiliki pantai,” kata Widiartha. Ia pun tak dapat mengelakkan bencana yang terjadi hampir di seluruh daerah yang memiliki pantai, akibat dari pemanasan global.
Penanggulangan masalah abrasi selama ini sebenarnya sudah dilakukan pemerintah dengan memasang revetment atau tanggul batu di sepanjang pantai. Hanya saja sejauh ini, dari sejumlah pantai yang mengalami abrasi belum semuanya terpasang revetment. Tanggul batu itu baru terpasang di sejumlah titik seperti Desa Tejakula, Bondalem, Les, Julah dan Sambirenteng. Sedangkan di desa lainnya seperti Desa Sembiran dan Bondalem belum ada lampu hijau persersetujuan proposal pembangunan revetment.
Widiartha mengaku sudah mengirimkan proposal pembangunan revetment untuk pantai di Desa Sembiran dan Bondalem di tahun 2018 lalu. Hanya saja hingga kini belum mendapat kepastian dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida. Pihaknya pun berharap proposal itu dapat direalisasi tahun ini, sehingga abrasi tak meluas mencaplok tanah dan tegalan milik warganya. “Sedang kami inventarisasi juga usulan dari desa yang mengalami kerusakan karena abrasi, mudah-mudahan tahun ini dua desa yang sudah sempat kami ajukan segera terealisasi,” harap dia. *k23
1
Komentar