AP I Wacanakan Bandara Ngurah Rai Jadi Penghubung dan Pengumpul
Angkasa Pura I berencana menjadikan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kecamatan Kuta, Badung sebagai penghubung dan pengumpul (hub and spoke) bagi pesawat udara.
MANGUPURA, NusaBali
Wacana ini sebagai tindak lanjut atas target pemerintah yang menargetkan wisatawan yang datang ke Indonesia mencapai 20 juta, dan 40 persen dari target itu melalui Bandara Ngurah Rai.
General Manager Angkasa Pura I Yanus Suprayogi, mengungkapkan target pemerintah pusat mendatangkan 20 juta wisatawan pada tahun 2019 ini menjadi tantangan tersendiri bagi pengelola Bandara Internasional Ngurah Rai. Pasalnya, dari total target itu, Bandara Ngurah Rai diharapkan bisa mencapi 40 persen dari akumulasi keseluruhan wisatawan. Sehingga, AP I selaku pengelola Bandara Ngurah Rai saat ini sedang gencar-gencarnya membuka slot penerbangan dari luar negeri.
“Pada dasarnya Bandara Ngurah Rai ada tren kapasitas naik, kami berharap konektivitas flight sangat tinggi. Contoh domestik ke internasional maupun sebaliknya,” jelasnya, Minggu (24/2).
Yanus mengatakan, guna mencapai target itu, Bandara Ngurah Rai saat ini mewacanakan sebagai bandara penghubung dan pengumpul. Untuk mencapai wacana itu, tentu memiliki parameter yakni jumlah trafik maskapai dan connecting flight. Dengan memiliki dua kategori itu, diharapkan bisa mendorong Bandara Ngurah Rai untuk menjadi penghubung dan pengumpul.
“Bandara Ngurah Rai memang memiliki jalur connecting flight. Sehingga kita harus memanfaatkan itu, tentu salah satunya dengan mendahulukan slot pesawat internasional dahulu. Dengan demikian, wacana penghubung dan pengumpul ini bisa terjadi dan berimbas pada wisatawan yang datang ke Bali,” ujarnya.
Target mendatangkan 40 persen dari total 20 juta wisatawan ke Indonesia memang ditindaklanjuti pembangunan berbagai infrastruktur di bandara. Sehingga pada tahun ini dilakukan kajian awal untuk pengembangan Bandara Ngurah Rai baik pada sisi terminal, runway, taxiway, apron, dan sisi darat dalam pemenuhan masterplan yang telah ditetapkan untuk mencapai kapasitas hingga 37,6 juta penumpang pada tahun 2023.
“Rencana pengembangan ini sejalan dengan business plan dari beberapa maskapai penerbangan yang menetapkan bandar udara kebanggaan masyarakat Pulau Dewata ini sebagai penghubung dan pengumpul (hub and spoke). Dengan demikian, ke depannya bisa mencapai target itu,” tutur Yanus.
Untuk diketahui, sebagaimana dilansir mhfajrin.wordpress.com, sistem hub and spoke merupakan sistem tradisional dalam pengembangan rute-rute penerbangan. Sistem ini membagi bandara ke dalam dua klasifikasi. Ada yang disebut hub dan ada pula yang disebut spoke. Hub adalah sebuah bandara besar yang menjadi pusat dari sebuah kawasan atau regional. Sedangkan spoke adalah bandara-bandara selain hub yang berada di satu kawasan. Regional satu ke regional lain akan dihubungkan melalui penerbangan dari hub ke hub. Semua penerbangan antar-spoke akan melewati hub terlebih dahulu.
Sebagai contoh, Bandara Soekarno Hatta (CGK) dijadikan hub oleh maskapai AAA. Akibatnya, apabila seseorang yang ingin bepergian dengan maskapai AAA dari Bandara Sepinggan (BPN) Balikpapan ke Bandara Minangkabau (PDG) Padang harus transit terlebih dahulu di CGK.
Sistem jaringan rute penerbangan ini biasanya diterapkan oleh maskapai yang tergolong ke dalam full service airlines, semisal Garuda Indonesia. *dar
General Manager Angkasa Pura I Yanus Suprayogi, mengungkapkan target pemerintah pusat mendatangkan 20 juta wisatawan pada tahun 2019 ini menjadi tantangan tersendiri bagi pengelola Bandara Internasional Ngurah Rai. Pasalnya, dari total target itu, Bandara Ngurah Rai diharapkan bisa mencapi 40 persen dari akumulasi keseluruhan wisatawan. Sehingga, AP I selaku pengelola Bandara Ngurah Rai saat ini sedang gencar-gencarnya membuka slot penerbangan dari luar negeri.
“Pada dasarnya Bandara Ngurah Rai ada tren kapasitas naik, kami berharap konektivitas flight sangat tinggi. Contoh domestik ke internasional maupun sebaliknya,” jelasnya, Minggu (24/2).
Yanus mengatakan, guna mencapai target itu, Bandara Ngurah Rai saat ini mewacanakan sebagai bandara penghubung dan pengumpul. Untuk mencapai wacana itu, tentu memiliki parameter yakni jumlah trafik maskapai dan connecting flight. Dengan memiliki dua kategori itu, diharapkan bisa mendorong Bandara Ngurah Rai untuk menjadi penghubung dan pengumpul.
“Bandara Ngurah Rai memang memiliki jalur connecting flight. Sehingga kita harus memanfaatkan itu, tentu salah satunya dengan mendahulukan slot pesawat internasional dahulu. Dengan demikian, wacana penghubung dan pengumpul ini bisa terjadi dan berimbas pada wisatawan yang datang ke Bali,” ujarnya.
Target mendatangkan 40 persen dari total 20 juta wisatawan ke Indonesia memang ditindaklanjuti pembangunan berbagai infrastruktur di bandara. Sehingga pada tahun ini dilakukan kajian awal untuk pengembangan Bandara Ngurah Rai baik pada sisi terminal, runway, taxiway, apron, dan sisi darat dalam pemenuhan masterplan yang telah ditetapkan untuk mencapai kapasitas hingga 37,6 juta penumpang pada tahun 2023.
“Rencana pengembangan ini sejalan dengan business plan dari beberapa maskapai penerbangan yang menetapkan bandar udara kebanggaan masyarakat Pulau Dewata ini sebagai penghubung dan pengumpul (hub and spoke). Dengan demikian, ke depannya bisa mencapai target itu,” tutur Yanus.
Untuk diketahui, sebagaimana dilansir mhfajrin.wordpress.com, sistem hub and spoke merupakan sistem tradisional dalam pengembangan rute-rute penerbangan. Sistem ini membagi bandara ke dalam dua klasifikasi. Ada yang disebut hub dan ada pula yang disebut spoke. Hub adalah sebuah bandara besar yang menjadi pusat dari sebuah kawasan atau regional. Sedangkan spoke adalah bandara-bandara selain hub yang berada di satu kawasan. Regional satu ke regional lain akan dihubungkan melalui penerbangan dari hub ke hub. Semua penerbangan antar-spoke akan melewati hub terlebih dahulu.
Sebagai contoh, Bandara Soekarno Hatta (CGK) dijadikan hub oleh maskapai AAA. Akibatnya, apabila seseorang yang ingin bepergian dengan maskapai AAA dari Bandara Sepinggan (BPN) Balikpapan ke Bandara Minangkabau (PDG) Padang harus transit terlebih dahulu di CGK.
Sistem jaringan rute penerbangan ini biasanya diterapkan oleh maskapai yang tergolong ke dalam full service airlines, semisal Garuda Indonesia. *dar
Komentar