Cok Ace: Pariwisata Halal Tidak Sesuai Potensi dan Branding Bali
Ketua BPD Persatuan Hotel dan Restoran Indnonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace, menyatakan konsep ‘parwisata halal’ yang disuarakan Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 02, Sandiaga Uno, tidak cocok dikembangkan di Bali.
DENPASAR, NusaBali
Masalahnya, konsep ini tidak sesuai dengan potensi, karakter, dan branding pariwisata Bali yang telah mendunia. Menurut Cok Ace, jika konsep pariwisata halal tersebut dipaksakan di Bali, justru akan menyebabkan kemunduran pariwisata Pulau Dewata. “Karena itulah, semua pelaku pariwisata di Bali menolak konsep pariwisata halal tersebut,” tandas Cok Ace dalam keterangan persnya di Denpasar, Senin (25/2) malam.
Cok Ace menegaskan, konsep pariwisata halal cocok dikembangkan di destinasi-destinasi wisata yang memiliki kedekatan kultur dengan kebudayaan Timur Tengah dan memiliki potensi untuk menarik kedatangan pelawat dari kawasan tersebut. “Potensi wisatawan Timur Tengah bagi Bali sangat kecil, sehingga secara pertimbangan ekonomi, tidak masuk akal melakukan investasi besar-besaran membangun pariwisata halal di Bali,” tegas tokoh pariwisata asal Puri Agung Ubud, Gianyar yang juga Wakil Gubernur Bali 2018-2023 ini.
Merujuk data pariwisata Bali, kata Cok Ace, dalam beberapa tahun terakhir penyumbang wisatawan terbanyak bagi Pulau Dewata adalah negara-negara Asia seperti China, Jepang, Korea, Taiwan, dan India, serta negara-negara Barat semisal Australia, Inggris, Jerman, Prancis, Belanda, dan Amerika Serikat. “Inilah potensi pasar yang harus terus menerus kita jaga dan kembangkan,” papar Cok Ace yang notabene mantan Bupati Gianyar 2008-2013.
Menariknya, lanjut Cok Ace, negara-negara pasar terbesar itu mencerminkan hubungan yang erat dengan karakter pariwisata Bali. “Karakter pariwisata kita adalah pariwisata budaya, sebuah model pembangunan pariwisata yang bersifat kerakyatan dan berkelanjutan. Pariwisata budaya ini dijiwai oleh kearifan lokal masyarakat Bali dan secara filosofis dilandasi oleh ajaran Hindu,” tandas tokoh pariwisaya yang juga dikenal sebagai pragina (penari) calonarang ini.
Cok Ace memaparkan, wisatawan dari negara-negara Barat datang ke Bali karena tertarik dengan keunikan kebudayaan Bali. Sedangkan wisatawan dari negara-negara Asia berkunjung ke Bali, karena mereka merasakan adanya hubungan kultural yang dekat dengan Pulau Dewaya.
“Contohnya, China dan India. Kedua negara ini sudah memiliki hubungan kebudayaan dan ikatan emosional dengan Bali sejak berabad-abad lampau,” sebut Cok Ace. “Kebijakan pengembangan pariwisata Bali sudah tepat. Karena kita pariwisata budaya, tentunya yang kita kembangkan adalah pasar yang wisatawannya tertarik dan peduli dengan kebudayaan Bali.”
Selain itu, kata Cok Ace, konsep pariwisata budaya ini telah menjadi branding yang sangat kuat di tingkat global dan telah terbukti membawa kemakmuran bagi para pelaku industri pariwisata serta masyarakat Bali. Di tataran global, branding itu membuat Bali dikenal sebagai The Last Paradise, surga terakhir yang dihuni oleh pemeluk Hindu yang selalu menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan Pencipta dan alam-nya.
“Branding ini bisa rusak jika kita mengembangkan konsep pariwisata yang tidak cocok dengan keunikan dan karakter budaya Bali, misalnya konsep pariwisata halal itu,” tegas Cok Ace.
Statemen Cok Ace ini sekaligus menanggapi pernyataan Sandiaga Uno, Cawapres nomor urut 02 yang sebelumnya mengatakan ingin Bali mengembangkan pariwisata halal. Menurut Sandiaga, banyak pasar wisatawan asing untuk pariwisata halal di Bali.
"Prabowo-Sandi fokus untuk memberdayakan UMKM, meningkatkan kewirausahaan dan di Bali sendiri pariwisata kita harapkan pariwisata akan lebih baik dan multiplayer-nya banyak sekali kepada UMKM. Salah satunya juga pariwisata halal, banyak potensinya, dan sekarang banyak diambil oleh Bangkok, Thailand," kata Sandiaga dilansir detikcom di Hotel Alkyfa, Jalan Pura Demak Pemecutan Kelod, Denpasar Barat, Minggu (24/2) lalu.
Sandiaga mengatakan, Indonesia potensial dikembangkan menjadi daerah pariwisata halal. Apalagi, ceruk pasar pariwisata halal disebut-sebut bisa mencapai ribuan triliun. "Kita ingin Bali, Indonesia secara umum juga ngambil potensi pariwisata halal yang konon kabarnya di atas Rp 3.000 triliun potensinya. Ini sangat luar biasa potensinya kalau bisa kita ambil untuk gerakan ekonomi di Bali." *
Cok Ace menegaskan, konsep pariwisata halal cocok dikembangkan di destinasi-destinasi wisata yang memiliki kedekatan kultur dengan kebudayaan Timur Tengah dan memiliki potensi untuk menarik kedatangan pelawat dari kawasan tersebut. “Potensi wisatawan Timur Tengah bagi Bali sangat kecil, sehingga secara pertimbangan ekonomi, tidak masuk akal melakukan investasi besar-besaran membangun pariwisata halal di Bali,” tegas tokoh pariwisata asal Puri Agung Ubud, Gianyar yang juga Wakil Gubernur Bali 2018-2023 ini.
Merujuk data pariwisata Bali, kata Cok Ace, dalam beberapa tahun terakhir penyumbang wisatawan terbanyak bagi Pulau Dewata adalah negara-negara Asia seperti China, Jepang, Korea, Taiwan, dan India, serta negara-negara Barat semisal Australia, Inggris, Jerman, Prancis, Belanda, dan Amerika Serikat. “Inilah potensi pasar yang harus terus menerus kita jaga dan kembangkan,” papar Cok Ace yang notabene mantan Bupati Gianyar 2008-2013.
Menariknya, lanjut Cok Ace, negara-negara pasar terbesar itu mencerminkan hubungan yang erat dengan karakter pariwisata Bali. “Karakter pariwisata kita adalah pariwisata budaya, sebuah model pembangunan pariwisata yang bersifat kerakyatan dan berkelanjutan. Pariwisata budaya ini dijiwai oleh kearifan lokal masyarakat Bali dan secara filosofis dilandasi oleh ajaran Hindu,” tandas tokoh pariwisaya yang juga dikenal sebagai pragina (penari) calonarang ini.
Cok Ace memaparkan, wisatawan dari negara-negara Barat datang ke Bali karena tertarik dengan keunikan kebudayaan Bali. Sedangkan wisatawan dari negara-negara Asia berkunjung ke Bali, karena mereka merasakan adanya hubungan kultural yang dekat dengan Pulau Dewaya.
“Contohnya, China dan India. Kedua negara ini sudah memiliki hubungan kebudayaan dan ikatan emosional dengan Bali sejak berabad-abad lampau,” sebut Cok Ace. “Kebijakan pengembangan pariwisata Bali sudah tepat. Karena kita pariwisata budaya, tentunya yang kita kembangkan adalah pasar yang wisatawannya tertarik dan peduli dengan kebudayaan Bali.”
Selain itu, kata Cok Ace, konsep pariwisata budaya ini telah menjadi branding yang sangat kuat di tingkat global dan telah terbukti membawa kemakmuran bagi para pelaku industri pariwisata serta masyarakat Bali. Di tataran global, branding itu membuat Bali dikenal sebagai The Last Paradise, surga terakhir yang dihuni oleh pemeluk Hindu yang selalu menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan Pencipta dan alam-nya.
“Branding ini bisa rusak jika kita mengembangkan konsep pariwisata yang tidak cocok dengan keunikan dan karakter budaya Bali, misalnya konsep pariwisata halal itu,” tegas Cok Ace.
Statemen Cok Ace ini sekaligus menanggapi pernyataan Sandiaga Uno, Cawapres nomor urut 02 yang sebelumnya mengatakan ingin Bali mengembangkan pariwisata halal. Menurut Sandiaga, banyak pasar wisatawan asing untuk pariwisata halal di Bali.
"Prabowo-Sandi fokus untuk memberdayakan UMKM, meningkatkan kewirausahaan dan di Bali sendiri pariwisata kita harapkan pariwisata akan lebih baik dan multiplayer-nya banyak sekali kepada UMKM. Salah satunya juga pariwisata halal, banyak potensinya, dan sekarang banyak diambil oleh Bangkok, Thailand," kata Sandiaga dilansir detikcom di Hotel Alkyfa, Jalan Pura Demak Pemecutan Kelod, Denpasar Barat, Minggu (24/2) lalu.
Sandiaga mengatakan, Indonesia potensial dikembangkan menjadi daerah pariwisata halal. Apalagi, ceruk pasar pariwisata halal disebut-sebut bisa mencapai ribuan triliun. "Kita ingin Bali, Indonesia secara umum juga ngambil potensi pariwisata halal yang konon kabarnya di atas Rp 3.000 triliun potensinya. Ini sangat luar biasa potensinya kalau bisa kita ambil untuk gerakan ekonomi di Bali." *
Komentar