Marak Jelang Nyepi, Ogoh-ogoh Mini Masih Pakai Gabus
Pedagang ogoh-ogoh mini musiman mulai ramai berjualan jelang perayaan Nyepi Tahun Saka 1941.
GIANYAR, NusaBali
Namun, imbauan tentang pengurangan penggunaan styrofoam nampaknya belum sepenuhnya direspon positif. Sebab, sebagian besar ogoh-ogoh mini yang dijual masih berbahan styrofoam dan gabus (spon).
Berbeda dengan semangat para pemuda yang mulai antusias membuat ogoh-ogoh berbahan alami, seperti ulatan bambu dan pemanfaatan bahan alami lainnya. Pantauan NusaBali di kawasan Sukawati, Blahbatuh dan Gianyar, sejumlah pedagang ogoh-ogoh musiman tampak ramai di pinggiran jalan memanfaatkan mobil pick up.
Terkait kondisi ini, Ketua Trash Hero Indonesia, I Wayan Aksara ketika dikonfirmasi, Selasa (26/2) mengaku turut prihatin. Pihaknya berharap pemerintah memberikan pelatihan pada para perajin ogoh-ogoh ini, supaya program Bali bebas sampah berbahaya bisa terwujud. Namun di sisi lain, agar mata pencarian para pedagang kecil ini tidak hilang.
"Mereka perlu diberikan pembinaan dan pelatihan. Tidak saja para pengrajin ogoh-ogoh, pembinaan juga perlu menyasar pembuat dekorasi. Sebab masih banyak pengusaha dekorasi yang menggunakan bahan styrofoam," ujarnya.
Wayan Aksara pun menegaskan agar pemerintah serius menawarkan solusi alternatif, sehingga tidak memutus rezeki para pedagang kecil. "Misalnya membina mereka untuk membuat ogoh-ogoh ataupun dekorasi yang ramah lingkungan. Baik dari anyaman bambu, daun kelapa dan sebagainya. Namun dengan catatan, pemerintah harus memberikan kesempatan pada mereka untuk berkembang,” ujar Aksara.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gianyar, Wayan Kujus Pawitra mengaku akan menindaklanjuti kondisi tersebut. Sebagai langkah awal, pihaknya akan mengimbau para pengrajin ogoh-ogoh mini agar lebih kreatif memanfaatkan bahan-bahan alami. “Seperti halnya ogoh-ogoh yang dibuat para pemuda berbahan alami, kami imbau ogoh-ogoh mini juga alangkah baiknya menggunakan bahan-bahan alami,” ujarnya.
Sementara seorang penjual ogoh-ogoh mini, I Nyoman L, 59, mengaku setiap menjelang Nyepi selalu jualan ogoh-ogoh mini. Ia mengaku hampir semua ogoh-ogoh yang dibuatnya menggunakan styrofoam dan spon. Dia sendiri menyadari, saat ini pemerintah tengah gencar mensosialisasikan pembuatan ogoh-ogoh ramah lingkungan.
Namun ia meyakini, ogoh-ogoh mini yang ukurannya tak lebih dari satu meter ini, tidak akan berdampak pada kerusakan lingkungan. “Kalau membuat ogoh-ogoh kecil, tidak begitu merusak lingkungan dan tidak berpengaruh pada pencemaran lingkungan. Paling (ogoh-ogoh saya) dipakai pajangan. Tapi saya juga mengimbau ke pembeli, kalau bosen jangan dibuang sembarangan,” ujarnya. *nvi
Berbeda dengan semangat para pemuda yang mulai antusias membuat ogoh-ogoh berbahan alami, seperti ulatan bambu dan pemanfaatan bahan alami lainnya. Pantauan NusaBali di kawasan Sukawati, Blahbatuh dan Gianyar, sejumlah pedagang ogoh-ogoh musiman tampak ramai di pinggiran jalan memanfaatkan mobil pick up.
Terkait kondisi ini, Ketua Trash Hero Indonesia, I Wayan Aksara ketika dikonfirmasi, Selasa (26/2) mengaku turut prihatin. Pihaknya berharap pemerintah memberikan pelatihan pada para perajin ogoh-ogoh ini, supaya program Bali bebas sampah berbahaya bisa terwujud. Namun di sisi lain, agar mata pencarian para pedagang kecil ini tidak hilang.
"Mereka perlu diberikan pembinaan dan pelatihan. Tidak saja para pengrajin ogoh-ogoh, pembinaan juga perlu menyasar pembuat dekorasi. Sebab masih banyak pengusaha dekorasi yang menggunakan bahan styrofoam," ujarnya.
Wayan Aksara pun menegaskan agar pemerintah serius menawarkan solusi alternatif, sehingga tidak memutus rezeki para pedagang kecil. "Misalnya membina mereka untuk membuat ogoh-ogoh ataupun dekorasi yang ramah lingkungan. Baik dari anyaman bambu, daun kelapa dan sebagainya. Namun dengan catatan, pemerintah harus memberikan kesempatan pada mereka untuk berkembang,” ujar Aksara.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gianyar, Wayan Kujus Pawitra mengaku akan menindaklanjuti kondisi tersebut. Sebagai langkah awal, pihaknya akan mengimbau para pengrajin ogoh-ogoh mini agar lebih kreatif memanfaatkan bahan-bahan alami. “Seperti halnya ogoh-ogoh yang dibuat para pemuda berbahan alami, kami imbau ogoh-ogoh mini juga alangkah baiknya menggunakan bahan-bahan alami,” ujarnya.
Sementara seorang penjual ogoh-ogoh mini, I Nyoman L, 59, mengaku setiap menjelang Nyepi selalu jualan ogoh-ogoh mini. Ia mengaku hampir semua ogoh-ogoh yang dibuatnya menggunakan styrofoam dan spon. Dia sendiri menyadari, saat ini pemerintah tengah gencar mensosialisasikan pembuatan ogoh-ogoh ramah lingkungan.
Namun ia meyakini, ogoh-ogoh mini yang ukurannya tak lebih dari satu meter ini, tidak akan berdampak pada kerusakan lingkungan. “Kalau membuat ogoh-ogoh kecil, tidak begitu merusak lingkungan dan tidak berpengaruh pada pencemaran lingkungan. Paling (ogoh-ogoh saya) dipakai pajangan. Tapi saya juga mengimbau ke pembeli, kalau bosen jangan dibuang sembarangan,” ujarnya. *nvi
Komentar