Panggungan Pura Gunung Salak Terbakar Akibat Disambar Petir
Bangunan suci Bale Panggungan di Pura Parahyangan Agung Jagakartta Gunung Salak, Desa Warung Loa, Kecamatan Taman Sari, Bogor, Jawa Barat, terbakar akibat disambar petir, Kamis (28/2) sore sekitar pukul 15.30 WIB.
BOGOR, NusaBali
Musibah ini terjadi sesaat setelah hujan lebat mengguyur areal pura. Salah seorang pangempon Pura Parahyangan Agung Jagakartta Gunung Salak, I Nengah Surati Jaya, mengatakan sebelum petir menyambar atap Bale Pang-gungan, di lokasi sempat terjadi hujan lebat disertai sambaran petir berkali kali sejak pagi. "Saat Bale Panggungan terbakar, saya sedang tidak berada di pura, karena ada urusan di luar," ungkap Nengah Surati Jaya saat dikonfirmasi NusaBali per telepon di Bogor, Kamis malam.
Surati Jaya mengaku tahu informasi kebakaran di Pura Gunung Salak kemarin sore, setelah mendapat kiriman video melalui live streaming dari lokasi musibah. Menurut Surati Jaya, video kebakaran tersebut dikirimi oleh salah seorang pekerja pembuat tembok panyengker di Pura Gunung Salak.
"Saya terkejut sekali karena kobaran api begitu besar dan dengan cepat melalap Palinggih Panggungan," keluh krama Bali asal Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Karangasem yang kesehariannya menjadi dosen di Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.
Surati Jaya menyebutkan, Bale Panggungan di Pura Gunung Salak yang ter-bakar akibat disambar petir ini berukuran 3 meter x 3 meter. Bangunan suci ini gampang terbakar setelah disambar petir, karena atapnya berbahan ijuk. Selain itu, kayu rangka Bale Panggungan juga sudah kering, sehingga dengan mudah melahap bangunan.
“Api dengan cepat membesar karena ditiup angin kencang. Syukurnya, api tidak sampai menjalar ke bangunan-bangunan lainnya di Pura Gunung Salah. Pasalnya, jarak antara bangunan yang satu dengan lainnya agak berjaujam," tandas Surati Jaya.
Disebutkan, krama pangempon yang sedang berada di Pura Gunung Salak kemarin sore sudah berusaha keras memadamkan api secara manual, termasuk menggunakan air leding. Namun, karena kobaran api cukup besar, Bale Panggungan tetap hangus terbakar.
Pasca terbakar, Bale Panggungan tinggal menyisakan kayu saka dan lambang. Untuk penanganan lebih lanjut, kata Surati Jaya, pihaknya akan berkoordinasi dengan pengurus Yayasan Giri Taman Sari selaku mengelola Pura Gunung Salak. "Yang pasti, kami tentu nunas baos (mohon petunjuk) kepada manggla pura yang ada di Bali," jelas Surati Jaya.
Manggala pura yang dimaksud Surati Jaya adalah Ida Pedanda Gde Putra Tembau, sulinggih dari Griya Gede, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung. Nantinya, ada seksi bangunan ditugaskan ke Bali untuk menyelesaikan persoalan ini. Menurut Surati Jaya, kerugian akibat material kebakaran Palinggih Panggungan di Pura Gunung Salak mencapai sekitar Rp 100 juta. Bangunan Panggungan itu sendiri dulunga didatangkan dari Bali menjelang Karya Ngenteg Linggih di Pura Gunung Salak tahun 2005.
Bale Panggungan yang terbakar akibat disambar petir ini berfungsi sebagai salah satu tempat upacara ritual. Surati Jaya mengatakan, Bale Panggungan ini dipakai setahun sekali saat pujawali di Pura Gunung Salak. Karya pujawali di Pura Gunung Salak tahun ini akan dilaksanakan 14-15 Agustus 2019 mendatang.
Sementara itu, guna mengantisipasi tidak terulangnya musibah serupa, di areal Pura Gunun Salak yang dibangun di atas lahan seluas 3 hektare nantinya akan diperbanyak penangkal petir. Setahu Surati Jaya, di areal Pura Gunung Salak dan sekitarnya memang sering terjadi sambaran petir. Namun, baru kali ini sampai menyambar palingih pura hingga terbakar.
Itu sebabnya, selama ini sudah dipasang 10 unit penangkal petir di areal Pura Gunung Salak. "Ya, saat ini, sudah ada 10 penangkal petir di areal Pura Gu-nung Salak. Kelak kami akan memperbanyak penangkal petir di titik-titik paling rawan,” katanya. *lsa,k22
Surati Jaya mengaku tahu informasi kebakaran di Pura Gunung Salak kemarin sore, setelah mendapat kiriman video melalui live streaming dari lokasi musibah. Menurut Surati Jaya, video kebakaran tersebut dikirimi oleh salah seorang pekerja pembuat tembok panyengker di Pura Gunung Salak.
"Saya terkejut sekali karena kobaran api begitu besar dan dengan cepat melalap Palinggih Panggungan," keluh krama Bali asal Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Karangasem yang kesehariannya menjadi dosen di Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.
Surati Jaya menyebutkan, Bale Panggungan di Pura Gunung Salak yang ter-bakar akibat disambar petir ini berukuran 3 meter x 3 meter. Bangunan suci ini gampang terbakar setelah disambar petir, karena atapnya berbahan ijuk. Selain itu, kayu rangka Bale Panggungan juga sudah kering, sehingga dengan mudah melahap bangunan.
“Api dengan cepat membesar karena ditiup angin kencang. Syukurnya, api tidak sampai menjalar ke bangunan-bangunan lainnya di Pura Gunung Salah. Pasalnya, jarak antara bangunan yang satu dengan lainnya agak berjaujam," tandas Surati Jaya.
Disebutkan, krama pangempon yang sedang berada di Pura Gunung Salak kemarin sore sudah berusaha keras memadamkan api secara manual, termasuk menggunakan air leding. Namun, karena kobaran api cukup besar, Bale Panggungan tetap hangus terbakar.
Pasca terbakar, Bale Panggungan tinggal menyisakan kayu saka dan lambang. Untuk penanganan lebih lanjut, kata Surati Jaya, pihaknya akan berkoordinasi dengan pengurus Yayasan Giri Taman Sari selaku mengelola Pura Gunung Salak. "Yang pasti, kami tentu nunas baos (mohon petunjuk) kepada manggla pura yang ada di Bali," jelas Surati Jaya.
Manggala pura yang dimaksud Surati Jaya adalah Ida Pedanda Gde Putra Tembau, sulinggih dari Griya Gede, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung. Nantinya, ada seksi bangunan ditugaskan ke Bali untuk menyelesaikan persoalan ini. Menurut Surati Jaya, kerugian akibat material kebakaran Palinggih Panggungan di Pura Gunung Salak mencapai sekitar Rp 100 juta. Bangunan Panggungan itu sendiri dulunga didatangkan dari Bali menjelang Karya Ngenteg Linggih di Pura Gunung Salak tahun 2005.
Bale Panggungan yang terbakar akibat disambar petir ini berfungsi sebagai salah satu tempat upacara ritual. Surati Jaya mengatakan, Bale Panggungan ini dipakai setahun sekali saat pujawali di Pura Gunung Salak. Karya pujawali di Pura Gunung Salak tahun ini akan dilaksanakan 14-15 Agustus 2019 mendatang.
Sementara itu, guna mengantisipasi tidak terulangnya musibah serupa, di areal Pura Gunun Salak yang dibangun di atas lahan seluas 3 hektare nantinya akan diperbanyak penangkal petir. Setahu Surati Jaya, di areal Pura Gunung Salak dan sekitarnya memang sering terjadi sambaran petir. Namun, baru kali ini sampai menyambar palingih pura hingga terbakar.
Itu sebabnya, selama ini sudah dipasang 10 unit penangkal petir di areal Pura Gunung Salak. "Ya, saat ini, sudah ada 10 penangkal petir di areal Pura Gu-nung Salak. Kelak kami akan memperbanyak penangkal petir di titik-titik paling rawan,” katanya. *lsa,k22
1
Komentar