Bikin Geger, Puri Agung Singaraja Pasang Pintu Besi
Dipasang di Areal Kantor Disbud
SINGARAJA, NusaBali
Sebuah pintu besi berwarna hitam terpasang dan menutup akses jalan menuju Puri Agung Singaraja, bagian belakang yang merupakan aset dari Anak Agung Djlantik. Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) Buleleng pun geram dan keberatan, karena pintu pagar besi itu dipasang di areal milik Disbud Pemkab Buleleng.
Pintu besi itu disebut baru dipasang pada Minggu (24/2) lalu di akses jalan bersama menuju Puri Agung Singaraja milik AA Djlantik dan juga akses staf Disbud ke gedung utama. Akses jalan itu berada di antara gedung utama Disbud dengan Gedung Museum Buleleng dan ruang bidang lainnya yang ada di bagian Timur. Pemasangan itu pun disebut tak lazim, karena pintu pagar besi berada di areal Dinas Kebudayaan.
Awalnya pihak Puri Agung Buleleng dalam hal ini AA Djlantik, lebih dulu menutup pintu masuk garasi mobil Disbud Buleleng yang berada di belakang gedung Museum Buleleng sekitar tiga pekan yang lalu. Pihak puri pun beralasan merasa terganggu dengan adanya mobil dinas yang lalu-lalang menginjak pakarangan puri tak lebih dua meter di ujung Utara, sebelum masuk ke garasi. Sehingga pintu masuk ke garasi itu ditembok permanen oleh pihak puri.
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng, Gede Komang, Kamis (28/2) kemarin menjelaskan, jika pihaknya sempat mengirim surat keberatan terkait penembokan pintu masuk ke garasi mobil yang baru direnovasi tahun 2018 lalu. Pihak puri dalam hal ini AA Djlantik yang menetap di Jakarta pun melalui suratnya tertanggal 22 Februari 2019, mengaku melakukan penembokan dan penutupan pintu gerbang garase untuk menjaga privasi puri.
“Sesungguhnya kami sangat keberatan. Padahal akses jalan di depannya sesuai aset dan sertifikat milik Pemkab Buleleng. Tapi kami masih flesksibel dan akan membobol salah satu tembok pagar agar staf yang berkantor di sebelah Timur ada akses jalan lagi ke gedung utama. Yang kami tidak paham dan tidak mengerti pemasangan pintu pagar besi di wilayah kami ini,” kata Gede Komang.
Ia pun menyebutkan sesuai dengan sertifikat sebenarnya tidak ada akses jalan menuju puri yang berada di antara gedung Museum Buleleng dan Gedung Utama Disbud. Hanya saja dulu konon ada perjanjian Puri dengan Bupati Wirata Sindhu menggunakan sebagian areal Disbud untuk jalan ke Puri. “Sebetulnya kalau mau keukeh kami bisa menutup akses jalan menuju puri, kalau ditutup puri mau lewat mana, tetapi kami masih fleksibel, masih cari solusi terbaik, untuk menghindari konflik sosial,” tegas Gede Komang.
Ia pun mengaku sedang membuat kajian yang akan disodorkan ke Bupati Buleleng untuk langkah selanjutnya terkait kondisi ini. “Hubungan kami dengan puri sebenarnya tak ada persoalan, apalagi di Maret nanti Sasana Budaya mau dipakai untuk Ultah Puri, kami bantu, tapi satu sisi saya kok dibeginikan kan aneh, tapi kami masih sabar saja,” keluhnya.
Sementara itu pihak Puri Agung Singaraja dalam hal ini AA Djlantik, belum dapat dikonfirmasi karena tinggal di Jakarta. Namun pengelingsir Puri Agung Singaraja, Anak Agung Ngurah Ugrasena, dikonfirmasi terpisah melalui pesan singkat, mengaku tidak tahu menahu terkait dengan pemasangan pintu tersebut. Menurutnya, pemasangan pintu itu dilakukan bukan oleh Puri Agung Singaraja, melainkan dilakukan secara pribadi oleh AA Djlantik yang tidak lain adalah pamannya.
Menurutnya, Anak Agung Djelantik selama ini menetap di Jakarta dan jarang pulang ke Singaraja. Pamannya memang menempati bagian Puri paling Utara, tepat di Sebelah Selatan kantor Dinas Kebudayaan. Hanya saja, bagian utara itu bukanlah bagian Puri Agung, karena menurut Ugrasena, yang di maksud dengan Puri Agung itu Puri dulu digunakan untuk tempat tinggal Raja-Raja di Buleleng.
“Yang nembok dan masang pintu besi itu paman yang tinggal di Jakarta. Paman yang kurang paham dengan situasi dan kondisi Puri Agung Singaraja, dan saya tidak tahu menahu dan tidak ada pemberitahuan ke saya,” ujar Ugrasena. Ia pun menegaskan tidak ingin hal tersebut menjadi masalah dan polemik, sehingga besok (hari ini) pintu pagar besi akan di bongkar. *k23
Pintu besi itu disebut baru dipasang pada Minggu (24/2) lalu di akses jalan bersama menuju Puri Agung Singaraja milik AA Djlantik dan juga akses staf Disbud ke gedung utama. Akses jalan itu berada di antara gedung utama Disbud dengan Gedung Museum Buleleng dan ruang bidang lainnya yang ada di bagian Timur. Pemasangan itu pun disebut tak lazim, karena pintu pagar besi berada di areal Dinas Kebudayaan.
Awalnya pihak Puri Agung Buleleng dalam hal ini AA Djlantik, lebih dulu menutup pintu masuk garasi mobil Disbud Buleleng yang berada di belakang gedung Museum Buleleng sekitar tiga pekan yang lalu. Pihak puri pun beralasan merasa terganggu dengan adanya mobil dinas yang lalu-lalang menginjak pakarangan puri tak lebih dua meter di ujung Utara, sebelum masuk ke garasi. Sehingga pintu masuk ke garasi itu ditembok permanen oleh pihak puri.
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng, Gede Komang, Kamis (28/2) kemarin menjelaskan, jika pihaknya sempat mengirim surat keberatan terkait penembokan pintu masuk ke garasi mobil yang baru direnovasi tahun 2018 lalu. Pihak puri dalam hal ini AA Djlantik yang menetap di Jakarta pun melalui suratnya tertanggal 22 Februari 2019, mengaku melakukan penembokan dan penutupan pintu gerbang garase untuk menjaga privasi puri.
“Sesungguhnya kami sangat keberatan. Padahal akses jalan di depannya sesuai aset dan sertifikat milik Pemkab Buleleng. Tapi kami masih flesksibel dan akan membobol salah satu tembok pagar agar staf yang berkantor di sebelah Timur ada akses jalan lagi ke gedung utama. Yang kami tidak paham dan tidak mengerti pemasangan pintu pagar besi di wilayah kami ini,” kata Gede Komang.
Ia pun menyebutkan sesuai dengan sertifikat sebenarnya tidak ada akses jalan menuju puri yang berada di antara gedung Museum Buleleng dan Gedung Utama Disbud. Hanya saja dulu konon ada perjanjian Puri dengan Bupati Wirata Sindhu menggunakan sebagian areal Disbud untuk jalan ke Puri. “Sebetulnya kalau mau keukeh kami bisa menutup akses jalan menuju puri, kalau ditutup puri mau lewat mana, tetapi kami masih fleksibel, masih cari solusi terbaik, untuk menghindari konflik sosial,” tegas Gede Komang.
Ia pun mengaku sedang membuat kajian yang akan disodorkan ke Bupati Buleleng untuk langkah selanjutnya terkait kondisi ini. “Hubungan kami dengan puri sebenarnya tak ada persoalan, apalagi di Maret nanti Sasana Budaya mau dipakai untuk Ultah Puri, kami bantu, tapi satu sisi saya kok dibeginikan kan aneh, tapi kami masih sabar saja,” keluhnya.
Sementara itu pihak Puri Agung Singaraja dalam hal ini AA Djlantik, belum dapat dikonfirmasi karena tinggal di Jakarta. Namun pengelingsir Puri Agung Singaraja, Anak Agung Ngurah Ugrasena, dikonfirmasi terpisah melalui pesan singkat, mengaku tidak tahu menahu terkait dengan pemasangan pintu tersebut. Menurutnya, pemasangan pintu itu dilakukan bukan oleh Puri Agung Singaraja, melainkan dilakukan secara pribadi oleh AA Djlantik yang tidak lain adalah pamannya.
Menurutnya, Anak Agung Djelantik selama ini menetap di Jakarta dan jarang pulang ke Singaraja. Pamannya memang menempati bagian Puri paling Utara, tepat di Sebelah Selatan kantor Dinas Kebudayaan. Hanya saja, bagian utara itu bukanlah bagian Puri Agung, karena menurut Ugrasena, yang di maksud dengan Puri Agung itu Puri dulu digunakan untuk tempat tinggal Raja-Raja di Buleleng.
“Yang nembok dan masang pintu besi itu paman yang tinggal di Jakarta. Paman yang kurang paham dengan situasi dan kondisi Puri Agung Singaraja, dan saya tidak tahu menahu dan tidak ada pemberitahuan ke saya,” ujar Ugrasena. Ia pun menegaskan tidak ingin hal tersebut menjadi masalah dan polemik, sehingga besok (hari ini) pintu pagar besi akan di bongkar. *k23
Komentar