SDN 7 Gianyar Berduka
Setelah bel sekolah berbunyi, kabar mengejutkan datang dari salah satu siswinya. Anak periang dan aktif dalam kegiatan sekolah itu dikabarkan tewas dipatuk ular.
Siswinya Tewas Dipatuk Ular
GIANYAR, NusaBali
SDN 7 Gianyar tempat Ismi Nursaubah, 12, menuntut ilmu dirundung duka. Korban tewas dipatuk ular ini dikenal lincah, periang dan bertanggungjawab. Kepala SDN 7 Gianyar, Pudji Winarni SPd MPd mengaku shock ketika mendengar kabar duka meninggalnya murid kelas V tersebut. "Anaknya lincah, ikut ekskul silat dan panjat tebing. Dia juga sangat hormat sama guru. Makanya kami seluruh warga sekolah sangat sedih mendengar berita duka ini," jelasnya ditemui di ruang kerjanya, Kamis (28/2).
Sekolah mengetahui kejadian tersebut pada Rabu (27/2) setelah bel masuk kelas. "Ada keluarga yang lapor ke sekolah, dibilang Ismi meninggal digigit ular," ungkapnya didampingi wali kelas Budi Sutrisno
Seketika itu pula, pihaknya mengabarkan berita duka tersebut kepada anak didik. Hingga murid dan guru-guru secara spontanitas, mengumpulkan sumbangan sekitar Rp 1,3 juta. Saat itu juga, pihaknya mengaku langsung ke rumah Ismi yang tinggal di warung makan Taliwang sebelah timur RS Family Husada. "Kami ikut sampai prosesi di masjid, tapi tidak ikut ke Melaya tempat Ismi dimakamkan," jelasnya soal siswi yang berasal dari wilayah Perancak, Desa Air Kuning, Negara Jembrana.
Ismi beserta ayahnya Nasuki, ibu dan seorang adiknya masih balita usia 3 tahun merupakan warga perantauan asal Jembrana yang tinggal dan membuka usaha rumah makan Taliwang di Gianyar. Bocah 12 tahun ini meregang nyawa setelah digigit ular, Rabu (27/2) dini hari sekitar pukul 03.00 WITA. Korban digigit pada sela-sela jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan ketika sedang terlelap tidur dalam kamarnya di belakang rumah makan Taliwang, Kelurahan Samplangan. Rumah semi permanen yang ditinggali oleh korban beserta keluarganya memang dekat semak belukar.
Menurut penuturan paman korban, Ibrahim, 25, teriakan Ismi saat digigit ular sempat membangunkan satu keluarga. " Katanya digigit dua kali," jelasnya. Saat itu juga, Ibrahim dan orangtua korban berusaha mencari keberadaan ular seukuran telunjuk dengan panjang sekitar 50 centimeter itu di sekitar rumah. "Akhirnya ular ketemu, kami tangkap lalu masukkan dalam botol," jelas Ibrahim saat ditemui, Rabu siang.
Ular warna hitam tersebut tidak langsung dibunuh. Melainkan dibuang bersama botol ke bawah jembatan aliran Tukad Pakerisan. "Botol berisi ular itu kami sepakati untuk dilepas saja, tidak dibunuh," ungkapnya. Setelah digigit, korban Ismi katanya tidak mengeluh sakit. Bahkan masih bisa bermain dengan anak Ibrahim.
Ibrahim dan keluarga awalnya menyangka itu hanya gigitan ular biasa. Namun sekitar pukul 05.30 Wita, kondisi keponakannya mengatakan tidak enak badan. Setelah itu, merekapun membawa korban ke rumah sakit swasta terdekat, yakni RS Family Husada. Diduga racun ular sudah menjalar dalam tubuhnya, Ismi pun dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 08.00 WITA. *nvi
GIANYAR, NusaBali
SDN 7 Gianyar tempat Ismi Nursaubah, 12, menuntut ilmu dirundung duka. Korban tewas dipatuk ular ini dikenal lincah, periang dan bertanggungjawab. Kepala SDN 7 Gianyar, Pudji Winarni SPd MPd mengaku shock ketika mendengar kabar duka meninggalnya murid kelas V tersebut. "Anaknya lincah, ikut ekskul silat dan panjat tebing. Dia juga sangat hormat sama guru. Makanya kami seluruh warga sekolah sangat sedih mendengar berita duka ini," jelasnya ditemui di ruang kerjanya, Kamis (28/2).
Sekolah mengetahui kejadian tersebut pada Rabu (27/2) setelah bel masuk kelas. "Ada keluarga yang lapor ke sekolah, dibilang Ismi meninggal digigit ular," ungkapnya didampingi wali kelas Budi Sutrisno
Seketika itu pula, pihaknya mengabarkan berita duka tersebut kepada anak didik. Hingga murid dan guru-guru secara spontanitas, mengumpulkan sumbangan sekitar Rp 1,3 juta. Saat itu juga, pihaknya mengaku langsung ke rumah Ismi yang tinggal di warung makan Taliwang sebelah timur RS Family Husada. "Kami ikut sampai prosesi di masjid, tapi tidak ikut ke Melaya tempat Ismi dimakamkan," jelasnya soal siswi yang berasal dari wilayah Perancak, Desa Air Kuning, Negara Jembrana.
Ismi beserta ayahnya Nasuki, ibu dan seorang adiknya masih balita usia 3 tahun merupakan warga perantauan asal Jembrana yang tinggal dan membuka usaha rumah makan Taliwang di Gianyar. Bocah 12 tahun ini meregang nyawa setelah digigit ular, Rabu (27/2) dini hari sekitar pukul 03.00 WITA. Korban digigit pada sela-sela jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan ketika sedang terlelap tidur dalam kamarnya di belakang rumah makan Taliwang, Kelurahan Samplangan. Rumah semi permanen yang ditinggali oleh korban beserta keluarganya memang dekat semak belukar.
Menurut penuturan paman korban, Ibrahim, 25, teriakan Ismi saat digigit ular sempat membangunkan satu keluarga. " Katanya digigit dua kali," jelasnya. Saat itu juga, Ibrahim dan orangtua korban berusaha mencari keberadaan ular seukuran telunjuk dengan panjang sekitar 50 centimeter itu di sekitar rumah. "Akhirnya ular ketemu, kami tangkap lalu masukkan dalam botol," jelas Ibrahim saat ditemui, Rabu siang.
Ular warna hitam tersebut tidak langsung dibunuh. Melainkan dibuang bersama botol ke bawah jembatan aliran Tukad Pakerisan. "Botol berisi ular itu kami sepakati untuk dilepas saja, tidak dibunuh," ungkapnya. Setelah digigit, korban Ismi katanya tidak mengeluh sakit. Bahkan masih bisa bermain dengan anak Ibrahim.
Ibrahim dan keluarga awalnya menyangka itu hanya gigitan ular biasa. Namun sekitar pukul 05.30 Wita, kondisi keponakannya mengatakan tidak enak badan. Setelah itu, merekapun membawa korban ke rumah sakit swasta terdekat, yakni RS Family Husada. Diduga racun ular sudah menjalar dalam tubuhnya, Ismi pun dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 08.00 WITA. *nvi
1
Komentar