Majukut, Petani Tersambar Petir di Sawah
Pasutri I Wayan Sumartana dan Ni Luh Suratiani sedang membersihkan rumput di sawah ketika hujan turun disertai petir. Sumartana tidak mengalami luka bakar, tetapi dia merasa sekujur tubuhnya kesemutan.
TABANAN, NusaBali
Seorang petani, I Wayan Sumartana, 50, tersambar petir di sawah Subak Kumpi, Banjar Sembung Kumpi, Desa Sembung Gede, Kecamatan Kerambitan, Tabanan pada Kamis (28/2). Beruntung nyawanya masih bisa ditolong meskipun saat ini korban sedang dirawat intensif di BRSUD Tabanan karena seluruh tubuh korban kesemutan.
Pantauan di BRSUD Tabanan, korban Sumartana warga Banjar Sembung Meranggi, Desa Sembung Gede, Kecamatan Kerambitan, sedang diberikan pertolongan di UGD BRSUD Tabanan. Seluruh keluarga tampak menjaga dan memijit menggunakan minyak di seluruh tubuh korban. Terlihat korban sedang dipasangi infus dan kondisinya berangsur membaik meskipun masih merasakan tegang/shock dan kesemutan.
Berdasarkan keterangan istri korban, Ni Luh Suratiani, bahwa saat kejadian dia bersama dengan suami sedang membersihkan rumput di tengah sawah yang biasa disebut majukut. Sekitar pukul 14.00 Wita, turun hujan disertai petir. Karena takut Suratiani pun memutuskan untuk pulang sembari mengajak suaminya.
Selang beberapa menit petir kembali menggelegar hingga mengakibatkan Sumartana yang sedang berada di pematang sawah sebelah barat Suratiani mendadak jatuh dan lemas. Suratiani pun panik dan berteriak minta tolong kepada warga sekitar yang kebetulan saat itu sedang di sawah.
“Saya lihat suami saya mendadak jatuh, kondisinya lemas. Saya panik dan teriak-teriak minta tolong,” ujarnya.
Dalam keadaan panik, seluruh warga yang ada di sawah langsung menggotong Sumartana untuk dibawa ke rumah sakit. Sebagian besar yang menolong korban basah kuyup dan penuh lumpur mengingat medan yang ditempuh cukup sulit. “Tidak nyangka, kejadian mendadak sekali karena suara petir saya dengar sangat keras,” imbuh Suratiani.
Suratiani menjelaskan, bahwa dia ke sawah beserta suami berangkat sekitar pukul 13.30 Wita. Bahkan belum banyak dapat membersihkan rumput. Karena hujan disertai petir, mereka memutuskan pulang. Dan saat itu suaminya memang membawa HP yang ditaruh di tas depan. Hal itu karena korban Sumartana juga memiliki jasa menyewakan babi jantan. “Belum banyak saya dapat bersihkan rumput, baru sedikit karena takut ada petir, kami pulang,” jelasnya sembari memijit suaminya yang merasa sekujur tubuhnya kesemutan.
Saudara korban, Putu Gede Yogi Hermana Putra, 25, menambahkan saat korban dalam keadaan lemas di sawah tersebut kondisinya memprihatinkan. Karena ketika diberikan air minum selalu dikeluarkan, bahkan lidah Sumartana terlihat putih. “Kami beramai-ramai menolong dari sawah dan langsung dibawa ke sini (BRSUD Tabanan),” kata Putra.
Dan diakui setelah mendapat perawatan di UGD, kondisi Sumartana mulai membaik. Yang awalnya tidak bisa bicara jelas, sekarang sudah bisa memberikan keterangan. Namun masih dirasakan kesemutan seperti orang kesetrum listrik. “Semua shock saat menolong karena korban sempat pingsan dan badannya kaku,” jelas Putra seraya menyebutkan bahwa Sumartana memiliki dua putra kembar.
Di sisi lain, Manager On Duty (MOD) BRSUD Tabanan dr Gede Hary Kurnia Prawedana, menjelaskan korban tiba di BRSUD Tabanan sekitar pukul 14.30 Wita dalam kondisi sadar. Tidak ada tanda luka bakar di sekujur tubuh, tetapi tubuh korban masih merasakan kesemutan. “Kondisi sudah stabil namun perlu dilakukan perawatan secara intensif,” tuturnya. *de
Seorang petani, I Wayan Sumartana, 50, tersambar petir di sawah Subak Kumpi, Banjar Sembung Kumpi, Desa Sembung Gede, Kecamatan Kerambitan, Tabanan pada Kamis (28/2). Beruntung nyawanya masih bisa ditolong meskipun saat ini korban sedang dirawat intensif di BRSUD Tabanan karena seluruh tubuh korban kesemutan.
Pantauan di BRSUD Tabanan, korban Sumartana warga Banjar Sembung Meranggi, Desa Sembung Gede, Kecamatan Kerambitan, sedang diberikan pertolongan di UGD BRSUD Tabanan. Seluruh keluarga tampak menjaga dan memijit menggunakan minyak di seluruh tubuh korban. Terlihat korban sedang dipasangi infus dan kondisinya berangsur membaik meskipun masih merasakan tegang/shock dan kesemutan.
Berdasarkan keterangan istri korban, Ni Luh Suratiani, bahwa saat kejadian dia bersama dengan suami sedang membersihkan rumput di tengah sawah yang biasa disebut majukut. Sekitar pukul 14.00 Wita, turun hujan disertai petir. Karena takut Suratiani pun memutuskan untuk pulang sembari mengajak suaminya.
Selang beberapa menit petir kembali menggelegar hingga mengakibatkan Sumartana yang sedang berada di pematang sawah sebelah barat Suratiani mendadak jatuh dan lemas. Suratiani pun panik dan berteriak minta tolong kepada warga sekitar yang kebetulan saat itu sedang di sawah.
“Saya lihat suami saya mendadak jatuh, kondisinya lemas. Saya panik dan teriak-teriak minta tolong,” ujarnya.
Dalam keadaan panik, seluruh warga yang ada di sawah langsung menggotong Sumartana untuk dibawa ke rumah sakit. Sebagian besar yang menolong korban basah kuyup dan penuh lumpur mengingat medan yang ditempuh cukup sulit. “Tidak nyangka, kejadian mendadak sekali karena suara petir saya dengar sangat keras,” imbuh Suratiani.
Suratiani menjelaskan, bahwa dia ke sawah beserta suami berangkat sekitar pukul 13.30 Wita. Bahkan belum banyak dapat membersihkan rumput. Karena hujan disertai petir, mereka memutuskan pulang. Dan saat itu suaminya memang membawa HP yang ditaruh di tas depan. Hal itu karena korban Sumartana juga memiliki jasa menyewakan babi jantan. “Belum banyak saya dapat bersihkan rumput, baru sedikit karena takut ada petir, kami pulang,” jelasnya sembari memijit suaminya yang merasa sekujur tubuhnya kesemutan.
Saudara korban, Putu Gede Yogi Hermana Putra, 25, menambahkan saat korban dalam keadaan lemas di sawah tersebut kondisinya memprihatinkan. Karena ketika diberikan air minum selalu dikeluarkan, bahkan lidah Sumartana terlihat putih. “Kami beramai-ramai menolong dari sawah dan langsung dibawa ke sini (BRSUD Tabanan),” kata Putra.
Dan diakui setelah mendapat perawatan di UGD, kondisi Sumartana mulai membaik. Yang awalnya tidak bisa bicara jelas, sekarang sudah bisa memberikan keterangan. Namun masih dirasakan kesemutan seperti orang kesetrum listrik. “Semua shock saat menolong karena korban sempat pingsan dan badannya kaku,” jelas Putra seraya menyebutkan bahwa Sumartana memiliki dua putra kembar.
Di sisi lain, Manager On Duty (MOD) BRSUD Tabanan dr Gede Hary Kurnia Prawedana, menjelaskan korban tiba di BRSUD Tabanan sekitar pukul 14.30 Wita dalam kondisi sadar. Tidak ada tanda luka bakar di sekujur tubuh, tetapi tubuh korban masih merasakan kesemutan. “Kondisi sudah stabil namun perlu dilakukan perawatan secara intensif,” tuturnya. *de
Komentar