Stunting Harus Dicegah Sejak Bayi Dalam Kandungan
Dinas Kesehatan Provinsi Bali gelar rapat koordinasi penanganan stunting dengan pendekatan ‘Germas Hidup Sehat’ di Taman Prakerti Bhuana, Gianyar, Kamis (28/2).
GIANYAR, NusaBali
Rakor mencari solusi pencegahan dan penanganan stunting ini akan berlangsung hingga Jumat (1/3) hari ini. Kegiatan dibuka oleh Bupati Gianyar diwakili Asisten Administrasi. Dihadiri ratusan peserta dari kalangan OPD Pemkab Gianyar, unsur Kecamatan, kader Posyandu, tokoh pemuda dan pihak terkait.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr I Ketut Suarjaya MPPM mengatakan, rakor ini sebagai upaya sosialisasi tentang stunting dan gizi pada umumnya. "Salah satu masalah gizi adalah stunting. Yang secara nasional angkanya memang cukup tinggi yakni 30,7%. Sementara di Bali, 19,8%," jelasnya.
Sebaran stunting di setiap kabupaten pun berbeda-beda. Bahkan, ada 4 kabupaten tercatat angka stunting-nya diatas 20%, yakni Jembrana, Buleleng, Bangli, dan Karangasem. Sedangkan Gianyar, kondisinya fluktuatif. "Gianyar kami catat, tahun 2013 lalu angka stunting-nya tertinggi sampai 40%. Dan kami apresiasi upaya Dinkes-nya untuk menurunkan angka itu sehingga tahun 2015 menjadi hanya 15%. Tapi setelah itu naik turun lagi," ujarnya.
Sebagai upaya pencegahan, pemenuhan kecukupan gizi harus dilakukan sejak bayi dalam kandungan. Sebab, stunting atau anak dengan pendek tidak terjadi secara tiba-tiba. "Anak lebih pendek dari anak seusianya, akibat tidak terpenuhinya gizi saat si ibu hamil. Karena stunting ini terjadi dari hulu, pasti ada masalah saat dalam kandungan," ujarnya.
Dikatakan, ibu hamil yang kekurangan gizi kemungkinan akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Hal ini, menjadi salah satu faktor penyebab stunting. "Maka itu perlu dilakukan intervenasi 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Makan dan gizi cukup sejak hamil, pemberian asi eksklusif, pemberian makanan tambahan pendamping ASI, imunisasi lengkap, pola asuh dan intervensi sanitasi yang baik," pintanya.
Secara sederhana, pemenuhan gizi pada anak-anak bisa dimulai dari penyajian porsi makanan. "Dalam satu piring, bagi empat. Setengahnya berisi nasi dan lauk, setengahnya lagi isikan buah dan sayur," terangnya.
Selain itu, sanitasi lingkungan juga harus diperhatikan terutama kualitas air minum. Sebab, air minum yang tidak bersih bisa menyebabkan anak mengalami diare, cacingan yang otomatis menyebbkan kekurangan gizi. "Sekarang tinggal komitmen bersama mencegah stunting. Karena stunting berpengaruh pada tumbuh kembang dan masa depan anak," jelasnya. *nvi
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr I Ketut Suarjaya MPPM mengatakan, rakor ini sebagai upaya sosialisasi tentang stunting dan gizi pada umumnya. "Salah satu masalah gizi adalah stunting. Yang secara nasional angkanya memang cukup tinggi yakni 30,7%. Sementara di Bali, 19,8%," jelasnya.
Sebaran stunting di setiap kabupaten pun berbeda-beda. Bahkan, ada 4 kabupaten tercatat angka stunting-nya diatas 20%, yakni Jembrana, Buleleng, Bangli, dan Karangasem. Sedangkan Gianyar, kondisinya fluktuatif. "Gianyar kami catat, tahun 2013 lalu angka stunting-nya tertinggi sampai 40%. Dan kami apresiasi upaya Dinkes-nya untuk menurunkan angka itu sehingga tahun 2015 menjadi hanya 15%. Tapi setelah itu naik turun lagi," ujarnya.
Sebagai upaya pencegahan, pemenuhan kecukupan gizi harus dilakukan sejak bayi dalam kandungan. Sebab, stunting atau anak dengan pendek tidak terjadi secara tiba-tiba. "Anak lebih pendek dari anak seusianya, akibat tidak terpenuhinya gizi saat si ibu hamil. Karena stunting ini terjadi dari hulu, pasti ada masalah saat dalam kandungan," ujarnya.
Dikatakan, ibu hamil yang kekurangan gizi kemungkinan akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Hal ini, menjadi salah satu faktor penyebab stunting. "Maka itu perlu dilakukan intervenasi 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Makan dan gizi cukup sejak hamil, pemberian asi eksklusif, pemberian makanan tambahan pendamping ASI, imunisasi lengkap, pola asuh dan intervensi sanitasi yang baik," pintanya.
Secara sederhana, pemenuhan gizi pada anak-anak bisa dimulai dari penyajian porsi makanan. "Dalam satu piring, bagi empat. Setengahnya berisi nasi dan lauk, setengahnya lagi isikan buah dan sayur," terangnya.
Selain itu, sanitasi lingkungan juga harus diperhatikan terutama kualitas air minum. Sebab, air minum yang tidak bersih bisa menyebabkan anak mengalami diare, cacingan yang otomatis menyebbkan kekurangan gizi. "Sekarang tinggal komitmen bersama mencegah stunting. Karena stunting berpengaruh pada tumbuh kembang dan masa depan anak," jelasnya. *nvi
1
Komentar