Hindari Gesekan, Parade Ogoh-ogoh Sepekan Lebih Awal
Sekaa Teruna di Desa Pakraman Singakerta, Kecamatan Ubud, Gianyar telah mendahului menggelar parade ogoh-ogoh serangkaian Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1941, Jumat (1/3) sore.
GIANYAR, NusaBali
Parade ogoh-ogoh digelar mendahului hampir sepekan dari seharinya pada Pangrupukan Nyepi, Rabu (6/2) nanti, untuk menghindari terjadinya gesekan.
Parade ogoh-ogoh Sekaa Teruna se-Desa Pakraman Singakerta, Jumat sore, mengambil start di areal parkit Pasar Ubud II di Desa Singakerta. Parade digelar mulai sore pukul 16.00 Wita. Peserta diberikan kesempatan masing-masing selama 20 menit untuk beratraksi sejauh 100 meter.
Menurut Kepala Desa (Perbekel) Singakerta, I Ketut Murja, parade kali ini diikuti 10 ogoh-ogoh dari 10 banjar adat. Sebetulnya, ada 14 banjar adat di Desa Pakraman Singakerta. Namun, Sekaa Teruna dari 4 banjar putuskan tidak ikut parade ogoh-ogoh, dengan alasan waktunya benturan dengan piodalan di Pura Melanting banjarnya dan upacara lainnya.
Perbekel Ketut Murja menyebutkan, ini untuk kedua kalinya digelar parade ogoh-ogoh sepekan lebih awal dari pelaksanaan Nyepi Tahun Baru Saka. Gelaran pertama dilaksanakan saat Nyepi Tahun Baru Saka 1940 setahun lalu. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya, pengarakan ogoh-ogoh selalu dilaksanakan saat malam Pangrupukan Nyepi atau sehari sebelum Nyepi Tahun Baru Saka.
Ada beberapa pertimbangan, kenapa parade ogoh-ogoh diajukan lebih awal hingga hampir sepekan sebelum Pangrupukan Nyepi. Berdasarkan evaluasi, jika dilaksanakan saat Pangrupukan Nyepi, rawan terjadi gesekan. Selain itu, pelaksanaan saat Pangrupukan Nyepi juga tidak terfokus, karena krama sudah sibuk dengan upacara di banjarnya masing-masing.
“Sesuai usulan masing-masing Sekaa Teruna dan Kelihan Banjar, akirnya diputuskan untuk menggelar parade ogoh-ogoh pada H-7 Nyepi,” ungkap Ketut Murja di sela kegiatan parade ogoh-ogoh, Jumat sore.
Menurut Ketut Murja, parade ogoh-ogoh yang diajukan seminggu lebih awal ini dilakukan untuk meminimalkan gesekan dan mempererat rasa kebersamaan antar banjar, dengan menuangkan kreasi seni dan budaya. Awalnya, ide untuk menggelar parade ogoh-ogoh lebih awal ini sempa menuai penoolakan. Namun, akhirnya bisa dilaksanakan dengan lancar mulai tahun 2018 lalu.
Saat poarade ogoh-ogoh rangkaian Nyepi Tahun Baru Saka 1940 setahun lalu, kata Ketut Murja, Sekaa Teruna masing-masing banjar diberi bantuan sebesar Rp 7,5 juta. Sedangkan untuk parade ogoh-ogoh tahun ini, Sekaa Teruna masing-masing banjar dibantu sebesar Rp 10 juta. “Bantuan itu diambilkan dari dana desa,” papar Murja.
Sementara itu, Sekaa Teruna masing-masing banjar diberikan kebebasan untuk memperlakukan lebih lanjut ogoh-ogoh mereka seusai parade kemarin sore. Jika mau langsung dipralina (dimusmnahkan dengan cara dibakar), dipersilakan. Sebaliknya, kalau mau diarak kembali di lingkungan banjarnya saat malam Pangrupukan Nyepi, juga tak masalah. *nvi
Parade ogoh-ogoh Sekaa Teruna se-Desa Pakraman Singakerta, Jumat sore, mengambil start di areal parkit Pasar Ubud II di Desa Singakerta. Parade digelar mulai sore pukul 16.00 Wita. Peserta diberikan kesempatan masing-masing selama 20 menit untuk beratraksi sejauh 100 meter.
Menurut Kepala Desa (Perbekel) Singakerta, I Ketut Murja, parade kali ini diikuti 10 ogoh-ogoh dari 10 banjar adat. Sebetulnya, ada 14 banjar adat di Desa Pakraman Singakerta. Namun, Sekaa Teruna dari 4 banjar putuskan tidak ikut parade ogoh-ogoh, dengan alasan waktunya benturan dengan piodalan di Pura Melanting banjarnya dan upacara lainnya.
Perbekel Ketut Murja menyebutkan, ini untuk kedua kalinya digelar parade ogoh-ogoh sepekan lebih awal dari pelaksanaan Nyepi Tahun Baru Saka. Gelaran pertama dilaksanakan saat Nyepi Tahun Baru Saka 1940 setahun lalu. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya, pengarakan ogoh-ogoh selalu dilaksanakan saat malam Pangrupukan Nyepi atau sehari sebelum Nyepi Tahun Baru Saka.
Ada beberapa pertimbangan, kenapa parade ogoh-ogoh diajukan lebih awal hingga hampir sepekan sebelum Pangrupukan Nyepi. Berdasarkan evaluasi, jika dilaksanakan saat Pangrupukan Nyepi, rawan terjadi gesekan. Selain itu, pelaksanaan saat Pangrupukan Nyepi juga tidak terfokus, karena krama sudah sibuk dengan upacara di banjarnya masing-masing.
“Sesuai usulan masing-masing Sekaa Teruna dan Kelihan Banjar, akirnya diputuskan untuk menggelar parade ogoh-ogoh pada H-7 Nyepi,” ungkap Ketut Murja di sela kegiatan parade ogoh-ogoh, Jumat sore.
Menurut Ketut Murja, parade ogoh-ogoh yang diajukan seminggu lebih awal ini dilakukan untuk meminimalkan gesekan dan mempererat rasa kebersamaan antar banjar, dengan menuangkan kreasi seni dan budaya. Awalnya, ide untuk menggelar parade ogoh-ogoh lebih awal ini sempa menuai penoolakan. Namun, akhirnya bisa dilaksanakan dengan lancar mulai tahun 2018 lalu.
Saat poarade ogoh-ogoh rangkaian Nyepi Tahun Baru Saka 1940 setahun lalu, kata Ketut Murja, Sekaa Teruna masing-masing banjar diberi bantuan sebesar Rp 7,5 juta. Sedangkan untuk parade ogoh-ogoh tahun ini, Sekaa Teruna masing-masing banjar dibantu sebesar Rp 10 juta. “Bantuan itu diambilkan dari dana desa,” papar Murja.
Sementara itu, Sekaa Teruna masing-masing banjar diberikan kebebasan untuk memperlakukan lebih lanjut ogoh-ogoh mereka seusai parade kemarin sore. Jika mau langsung dipralina (dimusmnahkan dengan cara dibakar), dipersilakan. Sebaliknya, kalau mau diarak kembali di lingkungan banjarnya saat malam Pangrupukan Nyepi, juga tak masalah. *nvi
Komentar