Badan PMD Minta Desa Anggarkan Penanganan Stunting
Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Gianyar meminta 64 desa di Gianyar menganggarkan dana untuk menangani stunting atau masalah gizi pada anak.
GIANYAR, NusaBali
Terlebih setiap tahunnya, Dana Desa yang dikucurkan pemerintah terus meningkat. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Gianyar Dewa Ngakan Ngurah Adi mengatakan, tahun 2019, Dana Desa yang turun di Gianyar sekitar Rp 350 milyar lebih. “Di bagi 64 desa, per desa kurang lebih mengelola dana Rp 5,5 miliar. Kalau sampai di desa tidak anggarkan untuk penanganan stunting, itu keliru. Sebab instruksi Menteri Desa sudah jelas, dana desa tersebut bisa digunakan untuk pemberdayaan masyarakat, khususnya stunting,” jelasnya saat menjadi pembicara dalam rapat koordinasi penanganan stunting dengan pendekatan Germas Hidup Sehat di Taman Prakerti Bhuana, Kelurahan Beng, Gianyar, Jumat (1/3).
Dikatakan, dari dana Rp 5,5 miliar per desa itu, 30 persen digunakan untuk operasional kantor desa dan 70 persen untuk infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat. “Dengan demikian, saya juga sudah sampaikan ke masing-masing desa. Agar dianggarkan khusus pada posyandu untuk menangani stunting ini,” jelasnya. Besaran anggarannya katanya tentu berbeda per desa. Tergantung jumlah posyandu setiap desa. “Semisal Desa Bresela, Kecamatan Payangan, hanya ada 3 posyandu kira-kira dananya Rp 20 juta. Berbeda dengan Desa Batubulan ada sekitar 20 posyandu, itu bisa anggarannya sekitar Rp 120 juta,” ungkapnya.
Tidak saja dalam mengawal anggaran dana, upaya penanganan stunting sudah dilakukan dengan merekrut tenaga pendamping posyandu. “Mereka punya latar belakang ilmu kesehatan, sekarang sedang bergerak melakukan pendataan. Berapa sebenarnya yang kena stunting, siapa dan dimana. Setelah dapat data, kami akan segera bergerak prioritaskan posyandu yang tercatat ada stunting,” ujarnya. Selain itu, perang terhadap stunting ini perlu didukung dari keluarga. “Keluarga yang harus dikuatkan, sehingga otomatis desa kuat. Sekarang di keluarga, kalau ada kena stunting artinya masih lemah. Lemah dari sisi ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Maka inilah tugas PMD untuk menguatkan dan memberdayakan masyarakat,” ujarnya.
Terlebih setiap tahunnya, Dana Desa yang dikucurkan pemerintah terus meningkat. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Gianyar Dewa Ngakan Ngurah Adi mengatakan, tahun 2019, Dana Desa yang turun di Gianyar sekitar Rp 350 milyar lebih. “Di bagi 64 desa, per desa kurang lebih mengelola dana Rp 5,5 miliar. Kalau sampai di desa tidak anggarkan untuk penanganan stunting, itu keliru. Sebab instruksi Menteri Desa sudah jelas, dana desa tersebut bisa digunakan untuk pemberdayaan masyarakat, khususnya stunting,” jelasnya saat menjadi pembicara dalam rapat koordinasi penanganan stunting dengan pendekatan Germas Hidup Sehat di Taman Prakerti Bhuana, Kelurahan Beng, Gianyar, Jumat (1/3).
Dikatakan, dari dana Rp 5,5 miliar per desa itu, 30 persen digunakan untuk operasional kantor desa dan 70 persen untuk infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat. “Dengan demikian, saya juga sudah sampaikan ke masing-masing desa. Agar dianggarkan khusus pada posyandu untuk menangani stunting ini,” jelasnya. Besaran anggarannya katanya tentu berbeda per desa. Tergantung jumlah posyandu setiap desa. “Semisal Desa Bresela, Kecamatan Payangan, hanya ada 3 posyandu kira-kira dananya Rp 20 juta. Berbeda dengan Desa Batubulan ada sekitar 20 posyandu, itu bisa anggarannya sekitar Rp 120 juta,” ungkapnya.
Tidak saja dalam mengawal anggaran dana, upaya penanganan stunting sudah dilakukan dengan merekrut tenaga pendamping posyandu. “Mereka punya latar belakang ilmu kesehatan, sekarang sedang bergerak melakukan pendataan. Berapa sebenarnya yang kena stunting, siapa dan dimana. Setelah dapat data, kami akan segera bergerak prioritaskan posyandu yang tercatat ada stunting,” ujarnya. Selain itu, perang terhadap stunting ini perlu didukung dari keluarga. “Keluarga yang harus dikuatkan, sehingga otomatis desa kuat. Sekarang di keluarga, kalau ada kena stunting artinya masih lemah. Lemah dari sisi ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Maka inilah tugas PMD untuk menguatkan dan memberdayakan masyarakat,” ujarnya.
Senada dengan Badan PMD Gianyar Ketua TP PKK Kabupaten Gianyar Ny IA Adnyani Mahayastra mengatakan Posyandu adalah garda terdepan untuk mencegah stunting. Menurutnya, stunting termasuk masalah gizi yang kronis. Yang jika tidak ditangani dengan baik, bisa menjadi masalah dalam jangka waktu lama. “Stunting terjadi ketika bayi masih dalam kandungan. Maka disinilah peran dan fungsi posyandu untuk mendeteksi dini,” jelasnya. Posyandu per banjar diminta untuk ikut memperhatikan asupan gizi para ibu hamil, vitamin, dan penambah darah. Sebab ketika bayi dalam kandungan tidak cukup gizi, maka tumbuh kembangnya tidak bagus. “Saat usia 2 tahun biasanya mulai terlihat dampaknya. Anak yang stunting lebih pendek dari anak seusianya. Dari tingkat intelegensinya juga kurang,” jelasnya. Salah satu cara sederhana yang bisa dilakukan setiap keluarga guna mencegah stunting adalah menjaga pola makan seimbang.
“Contohnya, dengan piringku ini. Selain ada karbohidrat, juga harus diporsikan lauk, ikan, sayur dan buah-buahan,” jelasn ya. Pihaknya pun meminta para ibu agar berinovasi dalam menyajikan makanan sehat untuk buah hati. Termasuk para kader posyandu, agar berinovasi menyajikan pemberian makanan tambahan. “Jangan melulu cuma kacang hijau dan telor. Sesekali berinovasi dengan makanan olahan berbahan umbi-umbian,” pintanya. *nvi
1
Komentar