Cabor Khawatir Sanksi PB
Bahkan sanksi yang paling fatal yakni tidak boleh turun satu tim.
Soal Pembatasan Atlet ke PON 2020
DENPASAR, NusaBali
Pihak Pengprov cabang olahraga ternyata mengkhawatirkan adanya sanksi, jika KONI Bali benar-benar membatasi kuota. Soal atlet lolos lolos PON dengan peringkat 5 ke atas tidak dikirim ke PON Papua XX/2020. Sanksi itu dipastikan akan datang dari induk organisasinya.
"Kalau untuk cabor renang, yang dinyatakan lolos peringkat 1-8 mendapatkan tiket PON. Bahkan begitu lolos untuk cabor renang namanya langsung masuk entry by name begitu usai Pra PON. Jika kami tidak kirim karena langsung masuk sistem entry by name, sanksi sudah jelas menunggu," ucap Bidang Prestasi Pengprov PRSI Bali, Wayan Wiarta di Denpasar, Jumat (1/3).
Menurut Wiarta, bahkan sanksi yang paling fatal yakni tidak boleh turun satu tim. Itu artinya, berakibat fatal para atlet lainnya yang dikirim ke PON Papua dengan petingkat 1-5. Sebab, dari catatan yang ada, nanti ada saja lolos peringkat PON mulai 1-5. Begitu juga lolos PON mulai peringkat 6-8. Yang peringkat 5 keatas kan sudah jelas tidak dikirim.
"Yang tidak dikirim ini, sanksinya mengakibatkan atlet yang lolos dengan petingkat 1-5 tidak bisa main di PON. Karena penjatuhan sanksi yang dikenai adalah tim secara keseluruhan tidak boleh turun. Itu biasanya yang terjadi di cabor kami," tegas Wiarta.
Sebab, hitung-hitungan cabor renang 8 lintasan itu terpenuhi dengan 8 perenang sesuai hasil petingkat PON. Dan, teknisnya sekali turun biasanya langsung final.
"Bertanding sekali saat PON sudah langsung final diisi 8 perenang. Kalau kurang di lintasannya jumlah atlet kan bisa dibatalkan tidak bertanding," beber Wiarta.
Karena regulasi di renang, jika lolos PON dan tidak dikirim, berarti sejak awal Pra PON sudah harus mengembalikan kuota yang ada. Dengan pertimbangannya, atlet yang lolos PON namun tidak dikirim, bisa diserahkan atau diganti dengan daerah lainnya oleh PB PRSI. Sistemnya diganti dengan wild card. Artinya saat Pra PON kita sudah tidak ikut bertanding. Karena begitu ditetapkan masuk 8 besar sudah langsung masuk entry by name.
"Ini yang menyulitkan kami. Jika lolos PON dengan peringkat 5 ke atas dan potensial tidak dikirim ke PON Papua, berarti sejak usai Pra PON hari itu juga harus kami kembalikan ke PB PRSI. Ini agak sulit dan menjelimet. Kita dibuat sedikit tidak berkembang," terang Wiarta.
Meskipun dia sendiri paham dan sadar akan kondisi jauh di Papua. Memang membutuhkan pendanaan yang cukup banyak. Tapi dengan regulasi yang ada, jika renang lolos PON, diharapkan dikirim semuanya. Sebab, PB PRSI juga mensyaratkan wajib dikirim yang masuk 8 besar sesuai kuota renang. "Kecewa memang tetap ada. Karena tidak rasional. Belum lagi kami harus berurusan dengan PB PRSI jika lolos PON namun akhirnya tak dikirim. Yang jelas sanksinya itu tim. Bukan ke individu. Jadi, lebih baik tidak ikut Pra PON saja bagi atlet yang dinilai tak potensial masuk 5 besar," papar Wiarta. Ketimbang nanti lolos khusus yang peringkat 5 keatas, namun justru kena sanksi karena tidak dikirim ke ajang PON," papar Wiarta. *dek
1
Komentar