Pencari Batu Sikat Dilatih Membuat Tas
Pencari batu sikat di Pantai Watu Klotok, Desa Tojan, Kecamatan Klungkung, Klungkung, mendapat pelatihan membuat kerajinan tas dari benang kaos.
SEMARAPURA, NusaBali
Pelatihan digelar oleh Pemkab Klungkung bersama Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Klungkung, di ruang rapat Bhineka Guna Praja, Kantor Camat Klungkung, Jumat (1/3) pagi.
Pantauan NusaBali, 10 perwakilan pencari batu sikat yang ikut pelatihan yakini dari Desa Tojan, Desa Gelgel dan Desa Satra. Bahkan seorang WNA asal Skotlandia yang mempelajari tekstil di Indonesia juga ikut pelatihan tersebut. Mereka dipandu langsung oleh instruktur dari luar Bali, Flamingo Yarn. Hasil karya tersebut ke depannya siap difasilitasi untuk pemasaran.
“Setelah praktik langsung dipandu instruktur, nanti akan kami berikan juga tutorial secara online,” ujar owner Flamingo Yarn, Araneta Halim, 29, di sela-sela memberi pelatihan tersebut.
Bahan baku yang digunakan untuk membuat kerajinan tersebut merupakan benang rajut dari bahan daur ulang yang tidak terpakai pabrik. Jika tidak dimanfaatkan ini menjadi limbah tekstil, padahal banyak kegunaan salah satunya untuk membuat tas macramé. Karena ini merupakan benang ini lokal asli indonesia. Dengan pelatihan ini maka akan bisa dikembangkan lagi kepada petani batu sikat lainnya.
Pelatihan tersebut merupakan salah satu solusi yang diberikan Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta kepada para pencari batu sikat di Pantai Watu Klotok. Karena pencarian batu sikat ini akan dihentikan terutama pencarian dalam jumlah besar. Mengingat berdampak terhadap abrasi dan berbahaya bagi pencari batu sikat itu sendiri terutama saat ombak pasang.
Penghentian pencarian batu sikat ini ditegaskan Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta saat menggelar tatap muka dengan pencari batu sikat di Wantilan Pura Watu Klotok, Rabu (13/2). Pencarian batu sikat dalam skala besar atau menggunakan kampil (karung plastik) dihentikan. Bupati membatasi pengambilan secara keseluruhan hingga akhir tahun 2019. *wan
Pantauan NusaBali, 10 perwakilan pencari batu sikat yang ikut pelatihan yakini dari Desa Tojan, Desa Gelgel dan Desa Satra. Bahkan seorang WNA asal Skotlandia yang mempelajari tekstil di Indonesia juga ikut pelatihan tersebut. Mereka dipandu langsung oleh instruktur dari luar Bali, Flamingo Yarn. Hasil karya tersebut ke depannya siap difasilitasi untuk pemasaran.
“Setelah praktik langsung dipandu instruktur, nanti akan kami berikan juga tutorial secara online,” ujar owner Flamingo Yarn, Araneta Halim, 29, di sela-sela memberi pelatihan tersebut.
Bahan baku yang digunakan untuk membuat kerajinan tersebut merupakan benang rajut dari bahan daur ulang yang tidak terpakai pabrik. Jika tidak dimanfaatkan ini menjadi limbah tekstil, padahal banyak kegunaan salah satunya untuk membuat tas macramé. Karena ini merupakan benang ini lokal asli indonesia. Dengan pelatihan ini maka akan bisa dikembangkan lagi kepada petani batu sikat lainnya.
Pelatihan tersebut merupakan salah satu solusi yang diberikan Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta kepada para pencari batu sikat di Pantai Watu Klotok. Karena pencarian batu sikat ini akan dihentikan terutama pencarian dalam jumlah besar. Mengingat berdampak terhadap abrasi dan berbahaya bagi pencari batu sikat itu sendiri terutama saat ombak pasang.
Penghentian pencarian batu sikat ini ditegaskan Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta saat menggelar tatap muka dengan pencari batu sikat di Wantilan Pura Watu Klotok, Rabu (13/2). Pencarian batu sikat dalam skala besar atau menggunakan kampil (karung plastik) dihentikan. Bupati membatasi pengambilan secara keseluruhan hingga akhir tahun 2019. *wan
Komentar