Parade Ogoh-ogoh Klungkung Bius Penonton
Lomba dan Parade Ogoh-ogoh Kabupaten Klungkung terkait Nyepi Tahun Baru Saka 1941 telah digelar di depan Monumen Puputan Klungkung di Semarapura, Minggu (3/3) petang.
SEMARAPURA, NusaBali
Atraksi yang menampilkan 7 ogoh-ogoh perwakilan dari 4 kecamatan se-Ka-bupaten Klungkung ini, menjadi tontonan menarik ribuan masyarakat yang menyaksikannya. Dari 4 kecamatan di Klungkung, hanya Kecamatan Nusa Penida yang cuma menampilkan 1 ogoh-ogoh, sementara wilayah lainnya masing-masing tampilkan 2 ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh yang mewakili Kecamatan Nusa Penida itu dipersemabhan Sekaa Teruna dari Desa Pejukutan. Mereka memngusung ogoh-ogoh Detya Nila Sura.
Sedangkan Kecamatan Banjarangkan menampilan 2 ogoh-ogoh yang masing-masing dipersembahkan Sekaa Teruna Saraswati dari Desa Takmung dan Sekaa Teruna Kencana Giri dari Desa Aan. Sementara 2 ogoh-ogoh dari Kecamatan Klungkung dipersembahkan Karang Taruna Desa Kamasan dan Sekaa Teruna Desa Akah. Sebaliknya, 2 ogoh-ogoh dari Kecamatan Dawan dipersembahkan ST Satya Dharma Desa Dawan Kelod dan Sekaa Teruna Desa Besan.
Pantauan NusaBali, Lomba Ogoh-ogoh digelar mulai petang pukul 18.00 Wita hingga malam pukul 21.00 Wita. Meski demikian, penonton banyak yang sudah berdatangan ke lokasi sejak sore pukul 15.00 Wita. Ribuan penonton dengan setia menyaksikan atraksi sampai tuntas, pukul 21.00 Wita.
Atraksi yang disaksikan langsung Bupati Klungkung Nyoman Suwirta ini dilaksanakan malam hari, karena peserta memang mengininkan suasana malam. Pasalnya, peserta ingin menampilkan variasi cahaya dari ogoh-ogoh yang dilombakan saat pentas, hingga menarik di mata penonton.
“Kalau tahun-tahun sebelumnya, lomba ogoh-ogoh selalu digelar mulai sore sekitar pukul 15.00 Wita. Namun, karena peserta meminta suasana malam agar cahaya lampu pada ogoh-ogoh kelihatan, maka untuk kali ini digelar mulai pukul 18.00 Wita sampai malam,” ujar Kabid Kesenian Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disbupora) Klungkung, I Komang Sukarya, kepada NusaBali.
Setiap ogoh-ogoh perwakilan kecamatan diberikan kesempatan untuk beratraksi selama 12-15 menit, dengan diitringi parade seni dan tabuh. Mereka mengambil start dari depan Lapangan Puputan Klungkung, bergerak ke arah timur hingga di Monumen Puputan Klungkung.
Kadis Budpora Klungkung, I Nyoman Mudarta, menjelaskan ogoh-ogoh yang ikut lomba mewakili kecamatan, kriteria secara umum dibatasi. Bentuk ogoh-ogoh haruslah sosok butha kala, raksasa, bisaca, denawa, dan detya. Ketinggian ogoh-ogoh dibatasi maksimal 6 meter setelah diusung dengan menggunakan sannan. Sedangkan lebar ogoh-ogoh kisaran 4-5 meter, disesuaikan dengan lintasan.
“Tidak diperkenankan menampilkan unsur seksual, striptease, dan ogoh-ogoh dalam bentuk penghinaan terhadap unsur organisasi, perorangan, maupun mengandung SARA,” papar Mudarta.
Sedangkan finishing ogoh-ogoh dibuat dengan tidak meninggalkan unsur etika dan estetika budaya yang ada di Bali. Bahan ogoh-ogoh haruslah dari ulatan tradisional. Peserta lomba ogoh-ogoh juga tidak diperkenankan menggunakan petasan atau segala sesuatu yang menghasilkan ledakan saat parade. “Untuk keamanan parade, semua peserta harus mengajak pecalang,” katanya.
Saat parade, peserta lomba ogoh-ogoh diwajibkan membuat garapan bercerita sesuai dengan profil ogoh-ogoh yang ditampilkan dengan durasi 12-15 menit. Kriteria penilaian meliputi profil finishing ogoh-ogoh, kerapian dalam penampilan dan penyajian, harmonisasi kesatuan cerita dengan ogoh-ogoh yan disajikan, dan ketaatan perserta memenuhi kriteria yang dibuat dan penampilan secara keseluruhan.
Hingga berita ini ditulis, belum diumumkan ogoh-ogoh mana yang keluar sebagai juara. Menurut Mudarta, juara I berhak mendapatkan hadiah uang tunai Rp 10 juta, sementaa juara Iikebagian Rp 8 juta, juara III mendapatkan hadiah Rp 6 juta, dan juara harapan I meraih hadiah 4 juta,” ujar Mudarta.
Sementara, untuk dana pembinaan, setiap peserta diberikan bantuan oleh pemerintah yang nominalnya lebih besar ketimbang ajang serupa setahun lalu. Peserta lomba dari tiga kecamatan, yakni Kecamatan Klungkung, Kecamatan Dawan, dan Kecamatan Banjarangkan masing-masing mendapat dana pembinaan sebesar Rp 10 juta, naik sekitar Rp 1 juta dibandingkan tahun lalu.
Sedangkan peserta lomba dari Kecamatan Nusa Penida mendapat uang pembinaan lebih besar, yakni Rp 15 juta. Besarannya naik sekitar Rp 3 juta dibandingkan lomba tahun sebelumnya. “Peserta dari Nusa Penida kan perlu biaya tinggi untuk menyeberang ke daratan. Jadi, mereka mendapat dana pembinaan lebih besar,” jelasnya.
Sekadar dicatat, rombongan peserta lomba dan ogoh-ogoh dari Kecamatan Nusa Penida harus diseberangkan lewat jalur laut, dengan naik Kapal Roro (roll on-roll off) Nusa Jaya Abadi. Ogoh-ogoh ‘Somyaning Nila Sura’ tersebut diseberangkan Kapal Roro, Sabtu (2/3) lalu.
Sementara itu, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta sangat mengapresiasi pelaksanaan Lomba dan Parade Ogoh-ogoh Nyepi Tahun Baru Saka 1941, tadi malam. Bupati Suwirta berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kreativitas Sekaa Teruna di Klungkung dalam hal pelestarian dan pengembangan budaya. Di samping itu, kegiatan ini juga harus dijadikan momentum untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan antar masyarakat Klungkung.
"Perlombaan Ogoh-ogoh ini sempat nyaris tidak dilaksanakan di tahun politik. Tapi, kami yakin masyarakat Klungkung bisa membedakan mana tahun politik dan mana seni, sehingga lomba ini diputuskan tetap terlaksana," ujar Bupati asal kawasan seberang Banjar Ceningan, Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida ini di sela Lomba Ogoh-ogoh Kabupaten Klungkung tadi malam. *wan
Atraksi yang menampilkan 7 ogoh-ogoh perwakilan dari 4 kecamatan se-Ka-bupaten Klungkung ini, menjadi tontonan menarik ribuan masyarakat yang menyaksikannya. Dari 4 kecamatan di Klungkung, hanya Kecamatan Nusa Penida yang cuma menampilkan 1 ogoh-ogoh, sementara wilayah lainnya masing-masing tampilkan 2 ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh yang mewakili Kecamatan Nusa Penida itu dipersemabhan Sekaa Teruna dari Desa Pejukutan. Mereka memngusung ogoh-ogoh Detya Nila Sura.
Sedangkan Kecamatan Banjarangkan menampilan 2 ogoh-ogoh yang masing-masing dipersembahkan Sekaa Teruna Saraswati dari Desa Takmung dan Sekaa Teruna Kencana Giri dari Desa Aan. Sementara 2 ogoh-ogoh dari Kecamatan Klungkung dipersembahkan Karang Taruna Desa Kamasan dan Sekaa Teruna Desa Akah. Sebaliknya, 2 ogoh-ogoh dari Kecamatan Dawan dipersembahkan ST Satya Dharma Desa Dawan Kelod dan Sekaa Teruna Desa Besan.
Pantauan NusaBali, Lomba Ogoh-ogoh digelar mulai petang pukul 18.00 Wita hingga malam pukul 21.00 Wita. Meski demikian, penonton banyak yang sudah berdatangan ke lokasi sejak sore pukul 15.00 Wita. Ribuan penonton dengan setia menyaksikan atraksi sampai tuntas, pukul 21.00 Wita.
Atraksi yang disaksikan langsung Bupati Klungkung Nyoman Suwirta ini dilaksanakan malam hari, karena peserta memang mengininkan suasana malam. Pasalnya, peserta ingin menampilkan variasi cahaya dari ogoh-ogoh yang dilombakan saat pentas, hingga menarik di mata penonton.
“Kalau tahun-tahun sebelumnya, lomba ogoh-ogoh selalu digelar mulai sore sekitar pukul 15.00 Wita. Namun, karena peserta meminta suasana malam agar cahaya lampu pada ogoh-ogoh kelihatan, maka untuk kali ini digelar mulai pukul 18.00 Wita sampai malam,” ujar Kabid Kesenian Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disbupora) Klungkung, I Komang Sukarya, kepada NusaBali.
Setiap ogoh-ogoh perwakilan kecamatan diberikan kesempatan untuk beratraksi selama 12-15 menit, dengan diitringi parade seni dan tabuh. Mereka mengambil start dari depan Lapangan Puputan Klungkung, bergerak ke arah timur hingga di Monumen Puputan Klungkung.
Kadis Budpora Klungkung, I Nyoman Mudarta, menjelaskan ogoh-ogoh yang ikut lomba mewakili kecamatan, kriteria secara umum dibatasi. Bentuk ogoh-ogoh haruslah sosok butha kala, raksasa, bisaca, denawa, dan detya. Ketinggian ogoh-ogoh dibatasi maksimal 6 meter setelah diusung dengan menggunakan sannan. Sedangkan lebar ogoh-ogoh kisaran 4-5 meter, disesuaikan dengan lintasan.
“Tidak diperkenankan menampilkan unsur seksual, striptease, dan ogoh-ogoh dalam bentuk penghinaan terhadap unsur organisasi, perorangan, maupun mengandung SARA,” papar Mudarta.
Sedangkan finishing ogoh-ogoh dibuat dengan tidak meninggalkan unsur etika dan estetika budaya yang ada di Bali. Bahan ogoh-ogoh haruslah dari ulatan tradisional. Peserta lomba ogoh-ogoh juga tidak diperkenankan menggunakan petasan atau segala sesuatu yang menghasilkan ledakan saat parade. “Untuk keamanan parade, semua peserta harus mengajak pecalang,” katanya.
Saat parade, peserta lomba ogoh-ogoh diwajibkan membuat garapan bercerita sesuai dengan profil ogoh-ogoh yang ditampilkan dengan durasi 12-15 menit. Kriteria penilaian meliputi profil finishing ogoh-ogoh, kerapian dalam penampilan dan penyajian, harmonisasi kesatuan cerita dengan ogoh-ogoh yan disajikan, dan ketaatan perserta memenuhi kriteria yang dibuat dan penampilan secara keseluruhan.
Hingga berita ini ditulis, belum diumumkan ogoh-ogoh mana yang keluar sebagai juara. Menurut Mudarta, juara I berhak mendapatkan hadiah uang tunai Rp 10 juta, sementaa juara Iikebagian Rp 8 juta, juara III mendapatkan hadiah Rp 6 juta, dan juara harapan I meraih hadiah 4 juta,” ujar Mudarta.
Sementara, untuk dana pembinaan, setiap peserta diberikan bantuan oleh pemerintah yang nominalnya lebih besar ketimbang ajang serupa setahun lalu. Peserta lomba dari tiga kecamatan, yakni Kecamatan Klungkung, Kecamatan Dawan, dan Kecamatan Banjarangkan masing-masing mendapat dana pembinaan sebesar Rp 10 juta, naik sekitar Rp 1 juta dibandingkan tahun lalu.
Sedangkan peserta lomba dari Kecamatan Nusa Penida mendapat uang pembinaan lebih besar, yakni Rp 15 juta. Besarannya naik sekitar Rp 3 juta dibandingkan lomba tahun sebelumnya. “Peserta dari Nusa Penida kan perlu biaya tinggi untuk menyeberang ke daratan. Jadi, mereka mendapat dana pembinaan lebih besar,” jelasnya.
Sekadar dicatat, rombongan peserta lomba dan ogoh-ogoh dari Kecamatan Nusa Penida harus diseberangkan lewat jalur laut, dengan naik Kapal Roro (roll on-roll off) Nusa Jaya Abadi. Ogoh-ogoh ‘Somyaning Nila Sura’ tersebut diseberangkan Kapal Roro, Sabtu (2/3) lalu.
Sementara itu, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta sangat mengapresiasi pelaksanaan Lomba dan Parade Ogoh-ogoh Nyepi Tahun Baru Saka 1941, tadi malam. Bupati Suwirta berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kreativitas Sekaa Teruna di Klungkung dalam hal pelestarian dan pengembangan budaya. Di samping itu, kegiatan ini juga harus dijadikan momentum untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan antar masyarakat Klungkung.
"Perlombaan Ogoh-ogoh ini sempat nyaris tidak dilaksanakan di tahun politik. Tapi, kami yakin masyarakat Klungkung bisa membedakan mana tahun politik dan mana seni, sehingga lomba ini diputuskan tetap terlaksana," ujar Bupati asal kawasan seberang Banjar Ceningan, Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida ini di sela Lomba Ogoh-ogoh Kabupaten Klungkung tadi malam. *wan
Komentar