ST Bhakti Karya Juara I Lomba Ogoh-ogoh di Badung
Sekaa Teruna (ST) Bhakti Karya, Banjar Badung, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi menduduki peringkat pertama pada lomba ogoh-ogoh serangkaian perayaan Nyepi Tahun Saka 1941, yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Badung.
MANGUPURA, NusaBali
Juara kedua ST Bakti Asih, Banjar Kauh, Desa Pecatu, Kuta Selatan, dan juara ketiga diraih ST Sila Dharma, Banjar Tengah, Desa Adat Tegal, Darmasaba, Kecamatan Abiansemal.
Sementara ST Kumara Canthi, Banjar Petang Kelod, Petang, Kecamatan Petang, sebagai juara harapan I. Berikutnya ST Dipa Bhuana Canti, Banjar Basangkasa, Kelurahan Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara sebagai juara harapan II, dan sebagai juara harapan III adalah ST Eka Bhuana Tunggal, Banjar Seminyak Kaja, Kelurahan Seminyak, Kecamatan Kuta.
“Penilaian oleh tim juri sudah dilakukan sejak Senin (18/2). Awalnya dicari 18 nominator per kecamatan, setelah itu dicari lagi tiga nominator masing-masing kecamatan. Untuk penilaian akhirnya sudah dilakukan dari 1 Maret 2019. Hasilnya, ST Bhakti Karya keluar sebagai juara I dengan perolehan nilai tertinggi yakni 3.462, juara kedua ST Bakti Asih dengan nilai 3.459, dan juara III ST Sila Dharma dengan nilai 3.419,” kata Kepala Disbud Badung IB Anom Bhasma, Minggu (3/3).
Mereka yang keluar sebagai juara akan mendapatkan hadiah uang tunai. Juara I uang pembinaan senilai Rp 25 juta, hadiah untuk juara II adalah Rp 20 juta, dan hadiah untuk juara III sebesar Rp 15 juta. Untuk pemenang harapan I, II, dan III, masing-masing diberikan Rp 10 juta.
Namun, lanjut Anom Bhasma, penyerahan hadiah sebagai sebagai dana motivasi peningkatan kreativitas ST di Kabupaten Badung, tidak dilakukan secara seremonial. Melainkan langsung diberikan kepada para pemenang.
Birokrat asal Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, itu menegaskan tim yang melakukan penilaian merupakan tim pilihan yang telah bekerja secara profesional. Nah, salah satu aspek penilaian oleh tim juri adalah ogoh-ogoh harus berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. “Misalnya, harus berwujud bhutakala, berbahan ramah lingkungan, tidak bernuansan pornografi, SARA, tidak bermuatan politik, dan seterusnya,” jelas Anom Bhasma.
Sementara Ketua ST Bhakti Karya I Putu Arisudana Wiyasa, mengatakan nama ogoh-ogoh yang dibikin adalah ‘Kuwera Punia Karma’. Tinggi ogoh-ogoh dari tapak sekitar 5 meter dan lebar sekitar 3,5 meter.
Menurut dia, sinopsis ogoh-ogoh ini menceritakan manusia menjunjung tinggi sifat Dewa. Apabila sifat itu luntur akan menjadi bhutakala dan luntur lagi menjadi raksasa. Bhuta berarti kegelapan pikiran, kala adalah kemarahan, dan raksasa adalah sifat yang selalu memaksakan kehendak atau emosi. Seperti tergambar dalam ogoh-ogoh ini, Dewa Kuwera yang berkendaraan Wilmana, melambangkan Dewa dan bhutakala menjadi satu dalam kehidupan manusia. Bhutakala sebagai powernya dan Dewa sebagai pengendalinya.
Wiyasa menyatakan, pembuatan ogoh-ogoh ‘Kuwera Punia Karma’ memakan waktu sekitar dua bulan. Seluruh pengerjaan dilakukan oleh anggota ST Bhakti Karya. “Kami di sini 102 anggota, semua terlibat dari awal dalam pembuatan ogoh-ogoh,” ungkapnya.
“Semua bahan yang digunakan menggunakan bahan ramah lingkungan sesuai dengan kriteria dari panitia penyelenggara. Untuk rangka dari bambu dan kertas koran,” akunya sembari menyatakan biaya pembuatan ogoh-ogoh berkisar Rp 20 juta di luar biaya konsumsi.
“Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, sehingga kami bisa menyelesaikan pembuatan ogoh-ogoh ini,” ucapnya. *asa
Sementara ST Kumara Canthi, Banjar Petang Kelod, Petang, Kecamatan Petang, sebagai juara harapan I. Berikutnya ST Dipa Bhuana Canti, Banjar Basangkasa, Kelurahan Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara sebagai juara harapan II, dan sebagai juara harapan III adalah ST Eka Bhuana Tunggal, Banjar Seminyak Kaja, Kelurahan Seminyak, Kecamatan Kuta.
“Penilaian oleh tim juri sudah dilakukan sejak Senin (18/2). Awalnya dicari 18 nominator per kecamatan, setelah itu dicari lagi tiga nominator masing-masing kecamatan. Untuk penilaian akhirnya sudah dilakukan dari 1 Maret 2019. Hasilnya, ST Bhakti Karya keluar sebagai juara I dengan perolehan nilai tertinggi yakni 3.462, juara kedua ST Bakti Asih dengan nilai 3.459, dan juara III ST Sila Dharma dengan nilai 3.419,” kata Kepala Disbud Badung IB Anom Bhasma, Minggu (3/3).
Mereka yang keluar sebagai juara akan mendapatkan hadiah uang tunai. Juara I uang pembinaan senilai Rp 25 juta, hadiah untuk juara II adalah Rp 20 juta, dan hadiah untuk juara III sebesar Rp 15 juta. Untuk pemenang harapan I, II, dan III, masing-masing diberikan Rp 10 juta.
Namun, lanjut Anom Bhasma, penyerahan hadiah sebagai sebagai dana motivasi peningkatan kreativitas ST di Kabupaten Badung, tidak dilakukan secara seremonial. Melainkan langsung diberikan kepada para pemenang.
Birokrat asal Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, itu menegaskan tim yang melakukan penilaian merupakan tim pilihan yang telah bekerja secara profesional. Nah, salah satu aspek penilaian oleh tim juri adalah ogoh-ogoh harus berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. “Misalnya, harus berwujud bhutakala, berbahan ramah lingkungan, tidak bernuansan pornografi, SARA, tidak bermuatan politik, dan seterusnya,” jelas Anom Bhasma.
Sementara Ketua ST Bhakti Karya I Putu Arisudana Wiyasa, mengatakan nama ogoh-ogoh yang dibikin adalah ‘Kuwera Punia Karma’. Tinggi ogoh-ogoh dari tapak sekitar 5 meter dan lebar sekitar 3,5 meter.
Menurut dia, sinopsis ogoh-ogoh ini menceritakan manusia menjunjung tinggi sifat Dewa. Apabila sifat itu luntur akan menjadi bhutakala dan luntur lagi menjadi raksasa. Bhuta berarti kegelapan pikiran, kala adalah kemarahan, dan raksasa adalah sifat yang selalu memaksakan kehendak atau emosi. Seperti tergambar dalam ogoh-ogoh ini, Dewa Kuwera yang berkendaraan Wilmana, melambangkan Dewa dan bhutakala menjadi satu dalam kehidupan manusia. Bhutakala sebagai powernya dan Dewa sebagai pengendalinya.
Wiyasa menyatakan, pembuatan ogoh-ogoh ‘Kuwera Punia Karma’ memakan waktu sekitar dua bulan. Seluruh pengerjaan dilakukan oleh anggota ST Bhakti Karya. “Kami di sini 102 anggota, semua terlibat dari awal dalam pembuatan ogoh-ogoh,” ungkapnya.
“Semua bahan yang digunakan menggunakan bahan ramah lingkungan sesuai dengan kriteria dari panitia penyelenggara. Untuk rangka dari bambu dan kertas koran,” akunya sembari menyatakan biaya pembuatan ogoh-ogoh berkisar Rp 20 juta di luar biaya konsumsi.
“Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, sehingga kami bisa menyelesaikan pembuatan ogoh-ogoh ini,” ucapnya. *asa
Komentar