Mahasiswa Diminta Jadi Agen Informasi Jelang Pemilu
Kementerian Komunikasi dan Informatika mendorong mahasiswa di berbagai perguruan tinggi mampu berperan sebagai agen informasi yang sehat di tengah meningkatnya eskalasi politik menjelang Pemilu 2019.
YOGYAKARTA, NusaBali
"Mahasiswa harus tampil sebagai agen informasi yang baik serta memberikan informasi yang berguna untuk kemaslahatan masyarakat Indonesia," kata Kepala Subdirektorat Informasi dan Komunikasi Politik dan Pemerintahan Ditjen Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkominfo Hypolitus Layanan di Grha Sabha Pramana, UGM, Yogyakarta, Jumat (2/3).
Dalam acara ‘Sosialisasi Pemilu 2019, Suara Kita Menentukan Masa Depan Bangsa’, Hypolitus mengatakan bahwa mendekati Pemilu 2019 eskalasi politik semakin menguat. Lalu-lintas informasi dari dua kubu capres-cawapres juga semakin meningkat dengan mengklaim kebenaran masing-masing.
Di tengah derasnya arus informasi itu, menurut dia, juga memungkinkan tersemat informasi hoaks atau informasi yang belum tervalidasi kebenarannya. "Oleh sebab itu, mahasiswa ini kader harapan, agen informasi di mana kalau memang mendapatkan informasi di media soasial dari kubu (capres-cawapres) manapun tolong jangan langsung disebar ke pihak lain," kata Hypolitus.
Agar tidak terjebak menyebarkan hoaks dan perang informasi antaradua kubu, menurut Hypolitus, mahasiswa perlu menelaah informasi khususnya yang tersebar di media sosial secara utuh. "Memang informasi yang tersebar di medsos di awal sangat bagus tetapi endingnya ada provokasi-provokasi yang berpotensi memecah belah kita semua," kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Sosiolog UGM Arie Sujito berharap sebagai generasi muda yang terbiasa berpikir kritis, mahasiswa harus berpikir tentang dampak dari informasi yang hendak disebarkan. Para mahasiswa juga jangan sampai terjebak permusuhan antara kedua kubu capres-cawapres. Meski memiliki pilihan terhadap salah satu capres-cawapres, mereka jangan terjerumus ikut menyebarkan hoaks dan fitnah. "Yang dibutuhkan adalah kecerdasan dan berpikir jernih. Jangan ikut menyebarkan hoaks dan mereproduksi fitnah, kalau itu dilakukan maka tidak ada gunanya jadi mahasiwa," tutur Arie. *
Dalam acara ‘Sosialisasi Pemilu 2019, Suara Kita Menentukan Masa Depan Bangsa’, Hypolitus mengatakan bahwa mendekati Pemilu 2019 eskalasi politik semakin menguat. Lalu-lintas informasi dari dua kubu capres-cawapres juga semakin meningkat dengan mengklaim kebenaran masing-masing.
Di tengah derasnya arus informasi itu, menurut dia, juga memungkinkan tersemat informasi hoaks atau informasi yang belum tervalidasi kebenarannya. "Oleh sebab itu, mahasiswa ini kader harapan, agen informasi di mana kalau memang mendapatkan informasi di media soasial dari kubu (capres-cawapres) manapun tolong jangan langsung disebar ke pihak lain," kata Hypolitus.
Agar tidak terjebak menyebarkan hoaks dan perang informasi antaradua kubu, menurut Hypolitus, mahasiswa perlu menelaah informasi khususnya yang tersebar di media sosial secara utuh. "Memang informasi yang tersebar di medsos di awal sangat bagus tetapi endingnya ada provokasi-provokasi yang berpotensi memecah belah kita semua," kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Sosiolog UGM Arie Sujito berharap sebagai generasi muda yang terbiasa berpikir kritis, mahasiswa harus berpikir tentang dampak dari informasi yang hendak disebarkan. Para mahasiswa juga jangan sampai terjebak permusuhan antara kedua kubu capres-cawapres. Meski memiliki pilihan terhadap salah satu capres-cawapres, mereka jangan terjerumus ikut menyebarkan hoaks dan fitnah. "Yang dibutuhkan adalah kecerdasan dan berpikir jernih. Jangan ikut menyebarkan hoaks dan mereproduksi fitnah, kalau itu dilakukan maka tidak ada gunanya jadi mahasiwa," tutur Arie. *
Komentar