Denpasar-Singaraja Deflasi
Ini kejadian yang sangat jarang terjadi, Denpasar menempati urutan ke-23 dari 69 kota di Indonesia yang mengalami deflasi, sedang Singaraja di urutan ke-30.
DENPASAR, NusaBali
Perkembangan indeks harga konsumen di Denpasar dan Singaraja pada Februari 2019 cukup menarik. Dua kota yang menjadi rujukan tersebut mengalami deflasi, peristiwa yang sangat jarang terjadi. Denpasar mengalami deflasi -0,43 persen, sedang Singaraja deflasi -0,34 persen.
Untuk Denpasar dua kelompok pengeluaran yang tercatat mengalami deflasi secara month to month (m to m). Pertama Kelompok VII ( transportasi, komunikasi dan jasa keuangan) sebesar -2,22 persen. Kedua Kelompok I, yakni bahan makanan, deflasi -1,20 persen.
Demikian juga deflasi di Singaraja. Kelompok bahan makanan deflasi -1,59 persen, kelompok VII ( transportasi, komunikasi dan jasa keuangan) sebesar -0,35 persen. Tambahannya untuk deflasi di Singaraja disumbang dari kelompok VI yakni pendidikan , rekreasi dan olahraga, sebesar 0,04 persen.
“Denpasar menempati urutan ke 23 dari 69 kota di Indonesia yang mengalami deflasi, sedang Singaraja d iurutan ke-30,” ujar Kepala BPS Provinsi Bali Adi Nugroho, Selasa (5/3). Deflasi terdalam terjadi di Merauke (Papua) -2,11 persen dan terdangkal di Serang (Banten) sebesar -0,02 persen.
Dalam ekonomi, deflasi adalah suatu periode harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar.
Lebih jauh dijelaskan Adi Nugroho, ada beberapa komoditas yang memberi andil terhadap deflasi pada Februari 2019. Di Denpasar , antara lain tariff angkutan udara, daging ayam ras, bensin non subsidi, cabe rawit, bawang merah dan air kemasan. “Tidak jauh beda dengan Denpasar, Singaraja juga demikian,” kata Adi Nugroho.
Hanya tambahannya untuk Singaraja beberapa komoditas yakni telur ayam ras, pisang, ketimun, minyak goreng , minuman ringan dan televisi berwarna, serta apel.
Sementara itu, kelompok yang mengalami inflasi diantaranya kelompok kesehatan, kelompok II ( makanan jadi, minuman,rokok dan tembakau), kelompok sandang dan kelompok III meliputi perumahan , listrik gas dan lainnya serta kelompok VI yakni pendidikan untuk di Denpasar. Hal yang tidak jauh berbeda dengan di Singaraja. *K17.
Untuk Denpasar dua kelompok pengeluaran yang tercatat mengalami deflasi secara month to month (m to m). Pertama Kelompok VII ( transportasi, komunikasi dan jasa keuangan) sebesar -2,22 persen. Kedua Kelompok I, yakni bahan makanan, deflasi -1,20 persen.
Demikian juga deflasi di Singaraja. Kelompok bahan makanan deflasi -1,59 persen, kelompok VII ( transportasi, komunikasi dan jasa keuangan) sebesar -0,35 persen. Tambahannya untuk deflasi di Singaraja disumbang dari kelompok VI yakni pendidikan , rekreasi dan olahraga, sebesar 0,04 persen.
“Denpasar menempati urutan ke 23 dari 69 kota di Indonesia yang mengalami deflasi, sedang Singaraja d iurutan ke-30,” ujar Kepala BPS Provinsi Bali Adi Nugroho, Selasa (5/3). Deflasi terdalam terjadi di Merauke (Papua) -2,11 persen dan terdangkal di Serang (Banten) sebesar -0,02 persen.
Dalam ekonomi, deflasi adalah suatu periode harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar.
Lebih jauh dijelaskan Adi Nugroho, ada beberapa komoditas yang memberi andil terhadap deflasi pada Februari 2019. Di Denpasar , antara lain tariff angkutan udara, daging ayam ras, bensin non subsidi, cabe rawit, bawang merah dan air kemasan. “Tidak jauh beda dengan Denpasar, Singaraja juga demikian,” kata Adi Nugroho.
Hanya tambahannya untuk Singaraja beberapa komoditas yakni telur ayam ras, pisang, ketimun, minyak goreng , minuman ringan dan televisi berwarna, serta apel.
Sementara itu, kelompok yang mengalami inflasi diantaranya kelompok kesehatan, kelompok II ( makanan jadi, minuman,rokok dan tembakau), kelompok sandang dan kelompok III meliputi perumahan , listrik gas dan lainnya serta kelompok VI yakni pendidikan untuk di Denpasar. Hal yang tidak jauh berbeda dengan di Singaraja. *K17.
Komentar