DPRD Minta Nyepi Tanpa Listrik di Nusa Penida Dipertahankan
Menjelang Nyepi Tahun Saka 1941, Kamis (7/3), ribuan warga Nusa Penida, Klungkung, yang merantau mulai pulang kampung sejak beberapa hari lalu.
SEMARAPURA, NusaBali
Karena mereka akan melaksanakan Catur Brata Panyepian di kampung halamannya. Seperti dilakukan Ketua DPRD Klungkung I Wayan Baru, yang warga Desa Sakti, Kecamatan Nusa Penida.
Terlebih pelaksanaan Nyepi di Nusa Penida tergolong unik karena sejak listrik masuk di Nusa Penida sekitar 1990an tidak menyalakan listrik seharian penuh. Seiring perkembangan zaman dan pesatnya pariwisata hal ini sempat menjadi pembahasan 2017 agar listrik bisa dinyalakan saat Nyepi. Kendati demikian krama lebih setuju suasana di Nusa Penida tetap tanpa listrik saat Nyepi.
Untuk tetap mempertahankan hal tersebut, juga mendapat dukungan dari Ketua DPRD Klungkung Wayan Baru. Dalam hal ini agar tetap dijaga, maka dari sisi sektor pariwisata juga harus mengikutinya. Bagi pihak yang menyalakan genset terutama di hotel maupun restoran tentu dikenakan sanksi dari desa pakraman setempat. “Suka maupun tidak suka harus mengikuti hal tersebut (nyepi tanpa listrik),” ujarnya, Selasa (5/3).
Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Saka 1941 di kecamatan Nusa Penida tanpa penerangan listrik. Hal ini sudah menjadi rutinitas setiap pelaksanaan brata penyepian. Di daerah Bali lainya, Nusa Penida hening tanpa penerangan, karena Pembangkit Tenaga Disel (PLTD) di Desa kutampi sebagai pemasok listrik wilayah Nusa Penida tidak dioperasikan.
Camat Nusa Penida, I Gusti Agung Gede Putra Mahajaya, mengatakan ini sudah menjadi kesepakatan bersama Mejelis Alit Desa Pakraman (MADP) Nusa Penida serta Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Nusa Penida, Forum Perbekel serta Forum Pimpinan kecamatan. Tanpa penerangan listrik sudah tradisi setiap perayaan nyepi berlangsung. “Sejak dari dulu jadi tradisi, namun untuk pelayanan kesehatan menggunakan genset,“ ujarnya.
Mahajaya kembali menegaskan sebelum dirinya menjadi camat Nusa Penida tradisi ini sudah dilaksanakan. Sementara itu pelaksanaan Nyepi tahun baru saka 1941, diawali dengan upacara melasti di pantai. Rangkain upacara melasti yang sesuai dengan Desa Pakraman masing-masing. *wan
Terlebih pelaksanaan Nyepi di Nusa Penida tergolong unik karena sejak listrik masuk di Nusa Penida sekitar 1990an tidak menyalakan listrik seharian penuh. Seiring perkembangan zaman dan pesatnya pariwisata hal ini sempat menjadi pembahasan 2017 agar listrik bisa dinyalakan saat Nyepi. Kendati demikian krama lebih setuju suasana di Nusa Penida tetap tanpa listrik saat Nyepi.
Untuk tetap mempertahankan hal tersebut, juga mendapat dukungan dari Ketua DPRD Klungkung Wayan Baru. Dalam hal ini agar tetap dijaga, maka dari sisi sektor pariwisata juga harus mengikutinya. Bagi pihak yang menyalakan genset terutama di hotel maupun restoran tentu dikenakan sanksi dari desa pakraman setempat. “Suka maupun tidak suka harus mengikuti hal tersebut (nyepi tanpa listrik),” ujarnya, Selasa (5/3).
Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Saka 1941 di kecamatan Nusa Penida tanpa penerangan listrik. Hal ini sudah menjadi rutinitas setiap pelaksanaan brata penyepian. Di daerah Bali lainya, Nusa Penida hening tanpa penerangan, karena Pembangkit Tenaga Disel (PLTD) di Desa kutampi sebagai pemasok listrik wilayah Nusa Penida tidak dioperasikan.
Camat Nusa Penida, I Gusti Agung Gede Putra Mahajaya, mengatakan ini sudah menjadi kesepakatan bersama Mejelis Alit Desa Pakraman (MADP) Nusa Penida serta Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Nusa Penida, Forum Perbekel serta Forum Pimpinan kecamatan. Tanpa penerangan listrik sudah tradisi setiap perayaan nyepi berlangsung. “Sejak dari dulu jadi tradisi, namun untuk pelayanan kesehatan menggunakan genset,“ ujarnya.
Mahajaya kembali menegaskan sebelum dirinya menjadi camat Nusa Penida tradisi ini sudah dilaksanakan. Sementara itu pelaksanaan Nyepi tahun baru saka 1941, diawali dengan upacara melasti di pantai. Rangkain upacara melasti yang sesuai dengan Desa Pakraman masing-masing. *wan
Komentar