Pertama Kali Diikuti Komunitas Pecinta Alam yang Berhias Patih dan Bondres
Krama Desa Pakraman Sukawati dalam setahun menggelar Mapeed dua kali, yakni ketika pujawali nadi di Pura Dalem Gede Sukawati setiap Anggara Kasih Tambir, serta pujawali di Pura Desa lan Puseh Desa Pakraman Sukawati setiap Buda Kliwon Matal.
Tradisi Mapeed di Desa Pakraman Sukawati, Kabupaten Gianyar
GIANYAR, NusaBali
Tradisi Mapeed serangkaian pujawali di Pura Desa lan Pura Puseh Desa Pakraman Sukawati, yang jatuh setiap Buda Kliwon Matal, kali ini sedikit berbeda. Jika biasanya pujawali berlangsung selama empat hari berturut-turut, kali ini hanya digelar dua hari. Dan yang unik, tradisi Mapeed kali ini diikuti oleh Komunitas Pecinta Alam Sukawati (Kompas) yang tampil dengan riasan ala patih dan bondres.
Bendesa Pakraman Sukawati I Nyoman Suwantha, menjelaskan tradisi Mapeed ini sudah turun temurun dan bersifat sakral. Dilakukan dengan berjalan kaki beriringan oleh krama desa pakraman menuju sumber mata air suci di Pura Taman Beji. Dari Pura Desa, krama berjalan kaki ke arah barat kemudian berbelok ke selatan menuju Pura Taman Beji yang jaraknya sekitar 1 kilometer.
Suwantha menambahkan, krama Desa Pakraman Sukawati dalam kurun waktu setahun menggelar tradisi yang berlangsung sejak zaman kerajaan ini sebanyak dua kali, yakni ketika pujawali nadi di Pura Dalem Gede Sukawati yang jatuh setiap Anggara Kasih Tambir, serta pujawali di Pura Desa lan Pura Puseh Desa Pakraman Sukawati yang jatuh setiap Buda Kliwon Matal. Selama empat hari rentetan upacara pujawali, Peed selalu dilaksanakan setiap sore hari mulai pukul 16.00 hingga 19.00 Wita. Krama desa yang ingin Mapeed, sejak pagi sudah melakukan persiapan merias diri. Mengambil start di Jaba Pura, umbul-umbul, lalontekan, dan sarana upakara lain berada di barisan terdepan. Disusul seperangkat gamelan, barulah Peed mengikuti membentuk sebuah barisan panjang ke belakang yang juga ditutup oleh seperangkat gamelan. Anak-anak, remaja, lansia baik laki-laki maupun perempuan tulus ikhlas ngayah Mapeed.
Suwantha menjelaskan, dikarenakan pujawali bertepatan dengan rahina Tilem Kesanga (Pangrupukan), maka tradisi Mapeed kali ini hanya dilaksanakan selama dua hari, tidak empat hari seperti sebelum-sebelumnya. Mapeed kali ini tidak digelar pada hari pertama dan kedua pujawali.
“Biasanya Mapeed digelar empat hari berturut-turut, kali ini cuma dua hari. Karena pas odalan bertepatan dengan Pangrupukan, lalu besoknya Nyepi,” ujar Suwantha, Sabtu (9/3).
Menariknya, Peed kali ini dimeriahkan keikutsertaan Komunitas Pecinta Alam Sukawati (Kompas). Komunitas Pecinta Alam Sukawati ini bergerak di bidang lingkungan. Kegiatanya melakukan aksi bersih-bersih di lingkungan Desa Sukawati, Pantai Purnama, dan mendukung kegiatan serupa yang digelar karang taruna desa. Anggotanya terdiri dari 15 pemuda dan 10 krama banjar dewasa. Anggotanya di kisaran usia 18-40 tahun.
Komunitas yang beranggota 25 orang se-Banjar Kebalian Desa Sukawati ini ikut serta Mapeed dengan berhias ala bebondresan. “Ada yang dihias menjadi patih, bondres, Hanoman, dan pedanda,” kata anggota Kompas, I Kadek Widi Dika Setiawan, Sabtu kemarin.
Sepanjang perjalanan Mapeed, komunitas ini menyedot perhatian dari warga. Bagaimana tidak, biasanya tradisi Mapeed ini didominasi anak-anak dan dewasa putri tetapi kali ini dimeriahkan oleh kehadiran kaum laki-laki dengan riasan bondres. “Ini spontanitas,” imbuh Dika Setiawan.
Untuk berhias, mereka harus meluangkan waktu mulai pukul 09.00 hingga 15.00 Wita. “Ini ngayah Mapeed yang pertama kali dari Komunitas Pecinta Alam, berdasarkan rasa tulus untuk ikut ngayah,” ucap Dika Setiawan, mahasiswa UNHI Denpasar.
Untuk ikut tradisi Mapeed, anggota Kompas mendatangkan juru rias I Wayan Gede Aditya Pratita SPd. Untuk honor juru rias, sewa baju atau kostum bondres, dan konsumsi, anggota komunitas urunan rata-rata Rp 350 ribu per orang. Baju atau kostum bondres disewa di seputaran Sukawati. “Yang mayasin empat orang, juru riasnya I Wayan Gede Aditya Pratita,” kata Dika Setiawan. *nvi
GIANYAR, NusaBali
Tradisi Mapeed serangkaian pujawali di Pura Desa lan Pura Puseh Desa Pakraman Sukawati, yang jatuh setiap Buda Kliwon Matal, kali ini sedikit berbeda. Jika biasanya pujawali berlangsung selama empat hari berturut-turut, kali ini hanya digelar dua hari. Dan yang unik, tradisi Mapeed kali ini diikuti oleh Komunitas Pecinta Alam Sukawati (Kompas) yang tampil dengan riasan ala patih dan bondres.
Bendesa Pakraman Sukawati I Nyoman Suwantha, menjelaskan tradisi Mapeed ini sudah turun temurun dan bersifat sakral. Dilakukan dengan berjalan kaki beriringan oleh krama desa pakraman menuju sumber mata air suci di Pura Taman Beji. Dari Pura Desa, krama berjalan kaki ke arah barat kemudian berbelok ke selatan menuju Pura Taman Beji yang jaraknya sekitar 1 kilometer.
Suwantha menambahkan, krama Desa Pakraman Sukawati dalam kurun waktu setahun menggelar tradisi yang berlangsung sejak zaman kerajaan ini sebanyak dua kali, yakni ketika pujawali nadi di Pura Dalem Gede Sukawati yang jatuh setiap Anggara Kasih Tambir, serta pujawali di Pura Desa lan Pura Puseh Desa Pakraman Sukawati yang jatuh setiap Buda Kliwon Matal. Selama empat hari rentetan upacara pujawali, Peed selalu dilaksanakan setiap sore hari mulai pukul 16.00 hingga 19.00 Wita. Krama desa yang ingin Mapeed, sejak pagi sudah melakukan persiapan merias diri. Mengambil start di Jaba Pura, umbul-umbul, lalontekan, dan sarana upakara lain berada di barisan terdepan. Disusul seperangkat gamelan, barulah Peed mengikuti membentuk sebuah barisan panjang ke belakang yang juga ditutup oleh seperangkat gamelan. Anak-anak, remaja, lansia baik laki-laki maupun perempuan tulus ikhlas ngayah Mapeed.
Suwantha menjelaskan, dikarenakan pujawali bertepatan dengan rahina Tilem Kesanga (Pangrupukan), maka tradisi Mapeed kali ini hanya dilaksanakan selama dua hari, tidak empat hari seperti sebelum-sebelumnya. Mapeed kali ini tidak digelar pada hari pertama dan kedua pujawali.
“Biasanya Mapeed digelar empat hari berturut-turut, kali ini cuma dua hari. Karena pas odalan bertepatan dengan Pangrupukan, lalu besoknya Nyepi,” ujar Suwantha, Sabtu (9/3).
Menariknya, Peed kali ini dimeriahkan keikutsertaan Komunitas Pecinta Alam Sukawati (Kompas). Komunitas Pecinta Alam Sukawati ini bergerak di bidang lingkungan. Kegiatanya melakukan aksi bersih-bersih di lingkungan Desa Sukawati, Pantai Purnama, dan mendukung kegiatan serupa yang digelar karang taruna desa. Anggotanya terdiri dari 15 pemuda dan 10 krama banjar dewasa. Anggotanya di kisaran usia 18-40 tahun.
Komunitas yang beranggota 25 orang se-Banjar Kebalian Desa Sukawati ini ikut serta Mapeed dengan berhias ala bebondresan. “Ada yang dihias menjadi patih, bondres, Hanoman, dan pedanda,” kata anggota Kompas, I Kadek Widi Dika Setiawan, Sabtu kemarin.
Sepanjang perjalanan Mapeed, komunitas ini menyedot perhatian dari warga. Bagaimana tidak, biasanya tradisi Mapeed ini didominasi anak-anak dan dewasa putri tetapi kali ini dimeriahkan oleh kehadiran kaum laki-laki dengan riasan bondres. “Ini spontanitas,” imbuh Dika Setiawan.
Untuk berhias, mereka harus meluangkan waktu mulai pukul 09.00 hingga 15.00 Wita. “Ini ngayah Mapeed yang pertama kali dari Komunitas Pecinta Alam, berdasarkan rasa tulus untuk ikut ngayah,” ucap Dika Setiawan, mahasiswa UNHI Denpasar.
Untuk ikut tradisi Mapeed, anggota Kompas mendatangkan juru rias I Wayan Gede Aditya Pratita SPd. Untuk honor juru rias, sewa baju atau kostum bondres, dan konsumsi, anggota komunitas urunan rata-rata Rp 350 ribu per orang. Baju atau kostum bondres disewa di seputaran Sukawati. “Yang mayasin empat orang, juru riasnya I Wayan Gede Aditya Pratita,” kata Dika Setiawan. *nvi
1
Komentar