PC FSP PAR - SPSI Badung Gelar Seminar Hari Perempuan se-Dunia
Wajibkan Pengurus Diisi 30% Perempuan
DENPASAR, NusaBali
Pengurus Cabang Federasi Serikat Pekerja Pariwisata - Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (PC FSP PAR - SPSI) Kabupaten Badung mengelar seminar dalam rangka Hari Perempuan se-Dunia, Sabtu (9/3) di Gedung SPSI Bali, Jalan Gurita I Nomor 6 Denpasar Selatan.
Ketua Panitia Ketut Hartani menjelaskan, seminar dalam rangka Hari Perempuan se-Dunia ini diikuti oleh pengurus dan anggota FSP PAR - SPSI Badung sebanyak 140 orang dan menghadirkan dua narasumber, yakni Luh Riniti Rahayu dari LSM Bali Sruti dan anggota KPU Kabupaten Badung Ni Luh Nesia Padma Gandi.
Lebih lanjut Hartani mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan pengurus dan anggota perempuan tentang peran serta mereka dalam FSP PAR - SPSI dan peran serta sebagai WNI dalam pesta demokrasi lima tahunan. “Harapan kami agar pengurus dan anggota perempuan dari FSP PAR - SPSI makin cerdas dan inovatif sehingga bersama-sama dengan kaum pria bisa memperjuangkan hak-hak dan kepentingan bersama,” ujar Hartani didampingi Sekretaris Komang Uriani dan Bendahara AA Ayu Susilawati.
Sementara itu, Ketua PC FSP PAR-SPSI Kabupaten Badung Putu Satyawira Marhaendra ditemui seusai membuka seminar, mengatakan pengarusutamaan gender yang dilaksanakan oleh FSP PAR - SPSI adalah sebagai pelaksanaan dari perjuangan perempuan sedunia.
Satyawira menambahkan, FSP PAR - SPSI yang dipimpinnya telah memberdayakan anggota perempuan FSP PAR - SPSI untuk duduk menjadi pengurus. “Kami mewajibkan kepengurusan FSP PAR - SPSI Unit se- Badung diisi 30% perempuan. Aturan tersebut bahkan telah ada sebelum adanya Undang-Undang Pemilu yang mengharuskan keterwakilan 30% perempuan,” ungkapnya.
Lanjut Satyawira, ia bahkan tidak bersedia melantik kepengurusan kalau tidak ada pengurus perempuannya. Namun ia menegaskan kehadiran pengurus perempuan bukan sebagai pajangan tapi berperan aktif dalam memajukan organisasi. Ia juga berharap agar pengurus perempuan lebih bisa banyak tampil menyuarakan aspirasi mereka dan bersama-sama dengan pengurus yang laki-laki untuk memperjuangkan perbaikan syarat-syarat kerja dan peningkatan kesejahteraan melalui negosiasi dengan pihak pengusaha untuk Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Sementara itu, narasumber Luh Riniti Rahayu dari LSM Bali Sruti mengatakan, dewasa ini sudah ada kemajuan dalam kesetaraan gender, dimana perempuan kini sudah semakin bisa dihargai, namun di lain sisi masih ada beberapa kasus kekerasan fisik maupun non fisik yang dialami perempuan.
Sedangkan anggota KPU Kabupaten Badung Ni Luh Nesia Padma Gandi mengatakan pemilih di Badung kebanyakan dari kaum perempuan, diharapkan mereka bisa berpartisipasi menggunakan hak pilihnya dengan baik demi kemajuan bangsa. *isu
Ketua Panitia Ketut Hartani menjelaskan, seminar dalam rangka Hari Perempuan se-Dunia ini diikuti oleh pengurus dan anggota FSP PAR - SPSI Badung sebanyak 140 orang dan menghadirkan dua narasumber, yakni Luh Riniti Rahayu dari LSM Bali Sruti dan anggota KPU Kabupaten Badung Ni Luh Nesia Padma Gandi.
Lebih lanjut Hartani mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan pengurus dan anggota perempuan tentang peran serta mereka dalam FSP PAR - SPSI dan peran serta sebagai WNI dalam pesta demokrasi lima tahunan. “Harapan kami agar pengurus dan anggota perempuan dari FSP PAR - SPSI makin cerdas dan inovatif sehingga bersama-sama dengan kaum pria bisa memperjuangkan hak-hak dan kepentingan bersama,” ujar Hartani didampingi Sekretaris Komang Uriani dan Bendahara AA Ayu Susilawati.
Sementara itu, Ketua PC FSP PAR-SPSI Kabupaten Badung Putu Satyawira Marhaendra ditemui seusai membuka seminar, mengatakan pengarusutamaan gender yang dilaksanakan oleh FSP PAR - SPSI adalah sebagai pelaksanaan dari perjuangan perempuan sedunia.
Satyawira menambahkan, FSP PAR - SPSI yang dipimpinnya telah memberdayakan anggota perempuan FSP PAR - SPSI untuk duduk menjadi pengurus. “Kami mewajibkan kepengurusan FSP PAR - SPSI Unit se- Badung diisi 30% perempuan. Aturan tersebut bahkan telah ada sebelum adanya Undang-Undang Pemilu yang mengharuskan keterwakilan 30% perempuan,” ungkapnya.
Lanjut Satyawira, ia bahkan tidak bersedia melantik kepengurusan kalau tidak ada pengurus perempuannya. Namun ia menegaskan kehadiran pengurus perempuan bukan sebagai pajangan tapi berperan aktif dalam memajukan organisasi. Ia juga berharap agar pengurus perempuan lebih bisa banyak tampil menyuarakan aspirasi mereka dan bersama-sama dengan pengurus yang laki-laki untuk memperjuangkan perbaikan syarat-syarat kerja dan peningkatan kesejahteraan melalui negosiasi dengan pihak pengusaha untuk Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Sementara itu, narasumber Luh Riniti Rahayu dari LSM Bali Sruti mengatakan, dewasa ini sudah ada kemajuan dalam kesetaraan gender, dimana perempuan kini sudah semakin bisa dihargai, namun di lain sisi masih ada beberapa kasus kekerasan fisik maupun non fisik yang dialami perempuan.
Sedangkan anggota KPU Kabupaten Badung Ni Luh Nesia Padma Gandi mengatakan pemilih di Badung kebanyakan dari kaum perempuan, diharapkan mereka bisa berpartisipasi menggunakan hak pilihnya dengan baik demi kemajuan bangsa. *isu
Komentar