MUTIARA WEDA : Menciptakan Sorga
Ada tiga macam yang menyebabkan sorga, yaitu: tapa, yadnya dan kirtti.
Kalinganya tiga ikang karyamuhara swarga: tapa, yadnya, kritti
(Agastya Parwa)
MENURUT sumber teks ini, sadhana yang bersifat prawerti, yang arahnya keluar diri, ada tiga, yakni tapa, yadnya, dan kirtti. Tapa artinya hidup sederhana, selalu awas terhadap keinginan-keinginan, penggunaan viveka secara konstan atas mana sesuatu itu berupa keinginan-keinginan yang sering menjerumuskan dan mana sesuatu itu berupa kebutuhan-kebutuhan yang perlu disiapkan. Yadnya artinya pengorbanan baik dalam bentuk upakara maupun dalam bentuk jnana. Kirtti artinya tindakan pengabdian, dedikasi terhadap sebuah upaya menciptakan kebaikan di masyarakat. Jika ketiga bahiranga sadhana ini dilakukan dengan sempurna, maka sorga dipastikan hadir di dunia ini. Jika ditanyakan ‘mengapa dunia ini penuh dengan penderitaan?’, maka teks ini dengan mudah menjawab, ‘karena umat manusia tidak melaksanakan secara serius tapa, yadnya, dan kirtti tersebut’.
Apa hubungan antara sorga dengan ketiga sadhana tersebut? Bukankah sorga sepenuhnya ciptaan Tuhan? Sorga ada oleh karena Tuhan yang mengadakan. Mengapa lagi penting ketiga sadhana tersebut untuk menciptakan sorga? Menurut teks di atas sorga itu adalah ciptaan manusia, demikian juga neraka. Mungkin, sorga dan neraka dalam konteks ini bukanlah sebuah tempat, melainkan sebuah suasana. Jika suasananya penuh derita, itu disebut neraka, sementara jika suasananya senantiasa membahagiakan, itu sorga. Suasana seperti ini berhubungan dengan kondisi kehidupan manusia. Artinya, manusia sendirilah yang menciptakan kedua suasana tersebut. Itulah mengapa sorga ini disebutkan ada di dunia, oleh karena suasana bahagia dan derita ada di dunia ini.
Agar dunia menjadi sorga, maka perlu diciptakan suasana bahagia. Bagaimana suasana bahagia itu bisa diwujudkan? Kembali tapa, yadnya, dan kritti. Hanya dengan melakukan ketiga hal inilah suasana bahagia di dunia ini bisa diperoleh. Bagaimana hal itu bisa dijelaskan? Misalkan yang pertama, tapa. Mengapa tapa dikategorikan mampu menciptakan suasana bahagia di dunia? Oleh karena tapa atau hidup sederhana itu membuat alam ini tidak tereksploitasi secara membabi-buta. Gaya hidup yang berlebih dan hedonis menjadikan semua jenis kekayaan alam tereksploitasi secara berlebihan dan alam tidak mampu secara alami melakukan recovery.
MENURUT sumber teks ini, sadhana yang bersifat prawerti, yang arahnya keluar diri, ada tiga, yakni tapa, yadnya, dan kirtti. Tapa artinya hidup sederhana, selalu awas terhadap keinginan-keinginan, penggunaan viveka secara konstan atas mana sesuatu itu berupa keinginan-keinginan yang sering menjerumuskan dan mana sesuatu itu berupa kebutuhan-kebutuhan yang perlu disiapkan. Yadnya artinya pengorbanan baik dalam bentuk upakara maupun dalam bentuk jnana. Kirtti artinya tindakan pengabdian, dedikasi terhadap sebuah upaya menciptakan kebaikan di masyarakat. Jika ketiga bahiranga sadhana ini dilakukan dengan sempurna, maka sorga dipastikan hadir di dunia ini. Jika ditanyakan ‘mengapa dunia ini penuh dengan penderitaan?’, maka teks ini dengan mudah menjawab, ‘karena umat manusia tidak melaksanakan secara serius tapa, yadnya, dan kirtti tersebut’.
Apa hubungan antara sorga dengan ketiga sadhana tersebut? Bukankah sorga sepenuhnya ciptaan Tuhan? Sorga ada oleh karena Tuhan yang mengadakan. Mengapa lagi penting ketiga sadhana tersebut untuk menciptakan sorga? Menurut teks di atas sorga itu adalah ciptaan manusia, demikian juga neraka. Mungkin, sorga dan neraka dalam konteks ini bukanlah sebuah tempat, melainkan sebuah suasana. Jika suasananya penuh derita, itu disebut neraka, sementara jika suasananya senantiasa membahagiakan, itu sorga. Suasana seperti ini berhubungan dengan kondisi kehidupan manusia. Artinya, manusia sendirilah yang menciptakan kedua suasana tersebut. Itulah mengapa sorga ini disebutkan ada di dunia, oleh karena suasana bahagia dan derita ada di dunia ini.
Agar dunia menjadi sorga, maka perlu diciptakan suasana bahagia. Bagaimana suasana bahagia itu bisa diwujudkan? Kembali tapa, yadnya, dan kritti. Hanya dengan melakukan ketiga hal inilah suasana bahagia di dunia ini bisa diperoleh. Bagaimana hal itu bisa dijelaskan? Misalkan yang pertama, tapa. Mengapa tapa dikategorikan mampu menciptakan suasana bahagia di dunia? Oleh karena tapa atau hidup sederhana itu membuat alam ini tidak tereksploitasi secara membabi-buta. Gaya hidup yang berlebih dan hedonis menjadikan semua jenis kekayaan alam tereksploitasi secara berlebihan dan alam tidak mampu secara alami melakukan recovery.
Jika hidup sederhana, yakni dengan mengambil sesuatu sebanyak yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan, maka kemungkinan besar kita tidak akan mengambil lebih dari yang diperlukan. Tentu kebutuhan kita untuk hidup tidak banyak, sehingga kalau semua orang mampu melakukan tapa dengan mengambil sesuatu dari alam sesuai dengan kebutuhannya saja, bukan atas keserakahannya, maka alam akan mampu menyediakan dan melakukan pemulihan secara alami. Apa yang diambil oleh manusia seimbang dengan proses pemulihan alam. Jika sesuatu yang diambil dari alam melebihi dari kapasitas alam melakukan pemulihan, maka terjadi ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan inilah memunculkan berbagai kejadian alam seperti penipisan lapisan ozon, pemanasan global, dan lain sebagainya. Jika ini terjadi, tentu kebahagiaan tidak akan terwujud. Jadi, tapa sangat diperlukan untuk menciptakan sorga.
Kedua, yadnya, yakni pengorbanan. Biasanya, secara alami, manusia memiliki tendensi mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri. Tidak sedikit dari mereka tidak pernah memikirkan bagaimana bisa memberi. Mereka sebagian besar ingin mengambil tetapi tidak pernah berbagi. Jika semua orang berlomba mengambil, maka mereka tentu akan mengambil sebanyak-banyaknya dan tetap saja masih merasa kekurangan karena keinginan untuk mengambil tidak pernah surut. Jika di pikiran selalu merasa kurang, tentu suasana pikiran tidak akan pernah bahagia. Ini mengakibatkan penampakan dunia ini penuh derita. Oleh karena itu, upaya untuk melakukan pengorbanan sangat penting. Siapa yang bisa berkorban? Hanya mereka yang sudah merasa kaya yang bisa berkorban. Ini tentu menjadi kebahagiaan tersendiri. Lalu mengapa saat ini orang semarak melakukan yadnya, tetapi derita justru semakin tumbuh subur? Sesungguhnya masyarakat melakukan yadnya semu. Mengapa semu? Kelihatan mereka melakukan yadnya, tetapi sesungguhnya barter, mereka ingin sesuatu yang lebih untuk dirinya. Yadnya yang dilakukan bukan untuk berkorban, melainkan berharap agar dirinya mendapatkan sesuatu yang lebih dari Tuhan. Yadnya yang seperti inilah yang gagal membuat sorga di dunia.
Ketiga, kirtti, yakni niat melakukan pelayanan secara tulus. Ini juga sangat penting, sebab secara naluri orang ingin dilayani dan susah mau melayani. Keinginan untuk dilayani inilah sumber derita, sementara keinginan untuk melayani adalah sumber bahagia. Oleh karena itu, kirtti ini tentu mampu menciptakan sorga di dunia. *
Kedua, yadnya, yakni pengorbanan. Biasanya, secara alami, manusia memiliki tendensi mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri. Tidak sedikit dari mereka tidak pernah memikirkan bagaimana bisa memberi. Mereka sebagian besar ingin mengambil tetapi tidak pernah berbagi. Jika semua orang berlomba mengambil, maka mereka tentu akan mengambil sebanyak-banyaknya dan tetap saja masih merasa kekurangan karena keinginan untuk mengambil tidak pernah surut. Jika di pikiran selalu merasa kurang, tentu suasana pikiran tidak akan pernah bahagia. Ini mengakibatkan penampakan dunia ini penuh derita. Oleh karena itu, upaya untuk melakukan pengorbanan sangat penting. Siapa yang bisa berkorban? Hanya mereka yang sudah merasa kaya yang bisa berkorban. Ini tentu menjadi kebahagiaan tersendiri. Lalu mengapa saat ini orang semarak melakukan yadnya, tetapi derita justru semakin tumbuh subur? Sesungguhnya masyarakat melakukan yadnya semu. Mengapa semu? Kelihatan mereka melakukan yadnya, tetapi sesungguhnya barter, mereka ingin sesuatu yang lebih untuk dirinya. Yadnya yang dilakukan bukan untuk berkorban, melainkan berharap agar dirinya mendapatkan sesuatu yang lebih dari Tuhan. Yadnya yang seperti inilah yang gagal membuat sorga di dunia.
Ketiga, kirtti, yakni niat melakukan pelayanan secara tulus. Ini juga sangat penting, sebab secara naluri orang ingin dilayani dan susah mau melayani. Keinginan untuk dilayani inilah sumber derita, sementara keinginan untuk melayani adalah sumber bahagia. Oleh karena itu, kirtti ini tentu mampu menciptakan sorga di dunia. *
I Gede Suwantana
Komentar