Pedagang Kurang Tertarik WiFi
Pemkot Denpasar memasang 18 titik hotspot atau WiFi gratis untuk memberikan kemudahan kepada para pedagang di Pasar Badung.
DENPASAR, NusaBali
Namun kenyataannya, hotspot tersebut kurang diminati oleh pedagang. Mereka mengaku kurang tertarik menggunakan WiFi kendati aksesnya super cepat, karena memilih fokus berjualan.
Dari pantauan NusaBali, Kamis (14/3) siang, para pedagang dari lantai satu hingga lantai tiga tidak satupun terlihat memegang ponsel memanfaatkan WiFi gratis tersebut. Mereka cenderung lebih banyak berinteraksi dengan pengunjung agar membeli barang dagangan mereka.
Salah satu pedagang, Nengah Kayun, 40, mengaku mengetahui sudah dipasang WiFi sejak Selasa (12 /3) lalu. Namun demikian, dirinya dan pedagang lainnya belum memanfaatkan hotspot tersebut untuk berjualan atau mencari informasi.
Sebab, kata Kayun, ia lebih banyak berinteraksi kepada pelanggan dan pembeli yang datang, sehingga tidak sempat untuk melihat handphone kecuali ada panggilan telpon masuk ke ponsel.
Kata dia, adanya hotspot tersebut dikatakan bagus, namun jika peruntukannya khusus pedagang untuk promosi itu dinilainya kurang efektif. Menurutnya, yang memakai hotspot paling banyak hanya pengunjung dan perkantoran yang ada di sekitar pasar. "Kalau kami jarang pakai begituan. Fokus sama orang yang datang berbelanja aja. Apalagi pakai seperti itu, saya pakai HP buat nelpon saja sudah cukup," imbuhnya.
Pedagang lainnya, Komang Ayu, 35, juga mengaku tidak fokus dengan adanya WiFi. Dia yang berjualan sayur hanya mementingkan orang yang datang berbelanja. Jika terfokus pada handphone, Ayu khawatir tidak konsentrasi dalam berjualan. "Ada WiFi bagus, cuman pedagang seperti kita kan gimana caranya bermain handphone, sedangkan pelanggan kami datang ke sini masak saya terus lihat HP. Jadi saya jarang menggunakan handphone saat jualan. Apalagi berjualan online," ujarnya.
Ayu menambahkan, pihaknya hanya berharap masyarakat datang untuk berbelanja, bukan hanya sekedar mencari hotspot atau selfie di dalam Pasar Badung. Selama ini, banyak pengunjung yang datang namun yang berbelanja hanya beberapa saja. Hal itu sangat berpengaruh pada tingkat penjualan mereka. "Pengunjung banyak yang hanya selfie dan nyari WiFi, berbelanja jarang. Paling kebanyakan nyobak naik turun eskalator sama lift," ungkapnya.
Seperti diberitakan, Pasar Badung yang merupakan pasar tradisional dengan konsep modern bukan hanya dilengkapi dengan 6 lift dan 10 eskalator, namun juga dilengkapi layanan WiFi gratis. Layanan ini merupakan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan Google Station yang diberikan kepada Pemkot Denpasar yang kali ini ditempatkan sebanyak 18 titik di Pasar Badung. *mi
Dari pantauan NusaBali, Kamis (14/3) siang, para pedagang dari lantai satu hingga lantai tiga tidak satupun terlihat memegang ponsel memanfaatkan WiFi gratis tersebut. Mereka cenderung lebih banyak berinteraksi dengan pengunjung agar membeli barang dagangan mereka.
Salah satu pedagang, Nengah Kayun, 40, mengaku mengetahui sudah dipasang WiFi sejak Selasa (12 /3) lalu. Namun demikian, dirinya dan pedagang lainnya belum memanfaatkan hotspot tersebut untuk berjualan atau mencari informasi.
Sebab, kata Kayun, ia lebih banyak berinteraksi kepada pelanggan dan pembeli yang datang, sehingga tidak sempat untuk melihat handphone kecuali ada panggilan telpon masuk ke ponsel.
Kata dia, adanya hotspot tersebut dikatakan bagus, namun jika peruntukannya khusus pedagang untuk promosi itu dinilainya kurang efektif. Menurutnya, yang memakai hotspot paling banyak hanya pengunjung dan perkantoran yang ada di sekitar pasar. "Kalau kami jarang pakai begituan. Fokus sama orang yang datang berbelanja aja. Apalagi pakai seperti itu, saya pakai HP buat nelpon saja sudah cukup," imbuhnya.
Pedagang lainnya, Komang Ayu, 35, juga mengaku tidak fokus dengan adanya WiFi. Dia yang berjualan sayur hanya mementingkan orang yang datang berbelanja. Jika terfokus pada handphone, Ayu khawatir tidak konsentrasi dalam berjualan. "Ada WiFi bagus, cuman pedagang seperti kita kan gimana caranya bermain handphone, sedangkan pelanggan kami datang ke sini masak saya terus lihat HP. Jadi saya jarang menggunakan handphone saat jualan. Apalagi berjualan online," ujarnya.
Ayu menambahkan, pihaknya hanya berharap masyarakat datang untuk berbelanja, bukan hanya sekedar mencari hotspot atau selfie di dalam Pasar Badung. Selama ini, banyak pengunjung yang datang namun yang berbelanja hanya beberapa saja. Hal itu sangat berpengaruh pada tingkat penjualan mereka. "Pengunjung banyak yang hanya selfie dan nyari WiFi, berbelanja jarang. Paling kebanyakan nyobak naik turun eskalator sama lift," ungkapnya.
Seperti diberitakan, Pasar Badung yang merupakan pasar tradisional dengan konsep modern bukan hanya dilengkapi dengan 6 lift dan 10 eskalator, namun juga dilengkapi layanan WiFi gratis. Layanan ini merupakan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan Google Station yang diberikan kepada Pemkot Denpasar yang kali ini ditempatkan sebanyak 18 titik di Pasar Badung. *mi
1
Komentar