IRT Terjatuh dari Pohon Kelapa, Patah Tulang Pinggang
Ni Made Candri, 40, terjatuh dari pohon kelapa setinggi 5 meter di Banjar Asah Teben, Desa Datah, Kecamatan Abang, Karangasem, Kamis (14/3) pagi.
AMLAPURA, NusaBali
Ibu rumah tangga (IRT) ini terjatuh saat menyadap tuak, sekitar pukul 06.50 Wita. Akibatnya, korban mengalami patah tulang pinggang dan urat sarafnya putus.
Kelian Banjar Adat Asah Teben, I Gede Punduh, menerangkan setiap hari korban memanjat pohon kelapa untuk menyadap tuak. Pagi kemarin, hujan gerimis yang membuat batang pohon kelapa agak licin. Candri memanjat lima pohon, rata-rata tinggi 5-8 meter. Pohon kelapa yang dipanjat di bagian batangnya telah dibuatkan pijakan kaki sehingga lebih mudah naik. Saat memanjat pohon kepala yang keenam, musibah itu terjadi. Pelepah kelapa yang dijadikan tumpuan duduk terlepas.
Candri pun terjatuh.Ppinggangnya tertindih pelepah kelapa. Korban terkapar tak mampu bergerak. Pinggangnya patah. Anak korban, I Nyoman Juliarta, 13, yang mendengar suara terjatuh langsung ke lokasi dan mendapati ibunya terkapar di tanah. Nyoman Juliarta berteriak minta tolong, kemudian datang ayahnya, I Nyoman Tunas, 45. Selama ini Candri yang bekerja menyadap kelapa, pagi dan sore. Sedangkan suaminya, I Nyoman Tunas, hanya tinggal di rumah karena sakit-sakitan.
Korban dievakuasi menggunakan dipan (tempat tidur) dari bambu. Korban langsung dibawa berobat ke RSUD Karangasem. Setelah diperiksa, tulang pinggang patah dan urat sarafnya putus. Keluarga kurang mampu ini pun meminta pulang paksa karena tak punya biaya berobat. Selanjutnya diantar ke balian apun tulang di Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang.
Kelurga korban, Gede Punduh, mengatakan warga di Banjar Adat Asah Teben banyak yang bekerja sebagai penyadap tuak. Banyak pula yang jatuh dari pohon kelapa, ada yang meninggal ada yang lumpuh. Musibah dialami Ni Made Candri, khusus dari kalangan ibu-ibu rumah tangga sebagai penyadap tuak, merupakan korban ketiga. Dua korban sebelumnya hingga menderita lumpuh dialami Ni Luh Ungsi dan Ni Luh Lemet. “Saat korban memanjat kepala, cuaca gerimis dan batang pohon licin. Di sini, entah hujan atau tidak, walau batang pohon licin tetap memanjat pohon kelapa,” ungkap Gede Punduh.
Candri, ibu tiga anak selama ini sebagai tulang punggung keluarga. Ia menyadap tuak kelapa, kemudian tuak disuling jadi arak. Setelah musibah ini, tidak ada lagi yang mencari nafkah untuk keluarganya. Sebab suaminya kondisinya sakit. Nyoman Tunas mengaku sedih atas musibah dialami istrinya. "Kami ini sebagai petani penggarap, hasilnya sehari-hari hanya tuak kelapa. Hanya mengandalkan istri menyadap tuak,” ucapnya lirih. Perbekel Desa Datah, I Gede Arta, membenarkan dapat laporan adanya ibu rumah tangga jatuh dari pohon kelapa. “Kami telah tugaskan Kelian Banjar Asah Teben, mengantar korban ke rumah sakit,” kata Gede Arta. *k16
Kelian Banjar Adat Asah Teben, I Gede Punduh, menerangkan setiap hari korban memanjat pohon kelapa untuk menyadap tuak. Pagi kemarin, hujan gerimis yang membuat batang pohon kelapa agak licin. Candri memanjat lima pohon, rata-rata tinggi 5-8 meter. Pohon kelapa yang dipanjat di bagian batangnya telah dibuatkan pijakan kaki sehingga lebih mudah naik. Saat memanjat pohon kepala yang keenam, musibah itu terjadi. Pelepah kelapa yang dijadikan tumpuan duduk terlepas.
Candri pun terjatuh.Ppinggangnya tertindih pelepah kelapa. Korban terkapar tak mampu bergerak. Pinggangnya patah. Anak korban, I Nyoman Juliarta, 13, yang mendengar suara terjatuh langsung ke lokasi dan mendapati ibunya terkapar di tanah. Nyoman Juliarta berteriak minta tolong, kemudian datang ayahnya, I Nyoman Tunas, 45. Selama ini Candri yang bekerja menyadap kelapa, pagi dan sore. Sedangkan suaminya, I Nyoman Tunas, hanya tinggal di rumah karena sakit-sakitan.
Korban dievakuasi menggunakan dipan (tempat tidur) dari bambu. Korban langsung dibawa berobat ke RSUD Karangasem. Setelah diperiksa, tulang pinggang patah dan urat sarafnya putus. Keluarga kurang mampu ini pun meminta pulang paksa karena tak punya biaya berobat. Selanjutnya diantar ke balian apun tulang di Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang.
Kelurga korban, Gede Punduh, mengatakan warga di Banjar Adat Asah Teben banyak yang bekerja sebagai penyadap tuak. Banyak pula yang jatuh dari pohon kelapa, ada yang meninggal ada yang lumpuh. Musibah dialami Ni Made Candri, khusus dari kalangan ibu-ibu rumah tangga sebagai penyadap tuak, merupakan korban ketiga. Dua korban sebelumnya hingga menderita lumpuh dialami Ni Luh Ungsi dan Ni Luh Lemet. “Saat korban memanjat kepala, cuaca gerimis dan batang pohon licin. Di sini, entah hujan atau tidak, walau batang pohon licin tetap memanjat pohon kelapa,” ungkap Gede Punduh.
Candri, ibu tiga anak selama ini sebagai tulang punggung keluarga. Ia menyadap tuak kelapa, kemudian tuak disuling jadi arak. Setelah musibah ini, tidak ada lagi yang mencari nafkah untuk keluarganya. Sebab suaminya kondisinya sakit. Nyoman Tunas mengaku sedih atas musibah dialami istrinya. "Kami ini sebagai petani penggarap, hasilnya sehari-hari hanya tuak kelapa. Hanya mengandalkan istri menyadap tuak,” ucapnya lirih. Perbekel Desa Datah, I Gede Arta, membenarkan dapat laporan adanya ibu rumah tangga jatuh dari pohon kelapa. “Kami telah tugaskan Kelian Banjar Asah Teben, mengantar korban ke rumah sakit,” kata Gede Arta. *k16
Komentar