Banjir di Sentani Telan 70 Nyawa
Selain korban tewas, bencana banjir di Sentani, Jayapura juga sebabkan 105 orang terluka dan merusak 2 pesawat terbang
JAYAPURA, NusaBali
Bencana banjir bandang terjang 9 kelurahan di Kecamatan Sentani, Jayapura, Papua, Sabtu (16/3) malam mulai pukul 22.00 WIT. Sedikitnya 70 orang dilaporkan tewas dalam bencana ini, selain 105 korban terluka, 4.150 warga mengungsi, hancurkan ratusan bangunan, bahkan dua unit pesawan terbang rusak.
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ahmad Musthofa Kamal, mengatakan dari 70 korban tewas akibat banjir bandang di Sentani, 22 korban di antaranya sudah teridentifikasi. Sedangkan sisanya, masih diidentifikasi. Sebanyak 15 jenazah sudah diserahkan polisi ke pihak keluarga.
"Ada 15 jenazah telah diserahkan kepada keluarga korban, sedangkan jenazah lainnya belum diserahkan karena masih menunggu keluarga korban," jelas Kombes Mustofa Kamal dalam keterangan persnya yang dilansir detikcom di Jayapura, Minggu (17/3).
Secara terpisah, Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Jayapura, Putu Arga Sujawadi, mengatakan dari 70 korban tewas akibat banjir bandang di Sentani, 63 orang di antaranya meninggal di Kabupaten Jayapura. Sedangkan 7 korban tewas lainnya berada di Kota Jayapura.
"Data yang kami terima dari posko utama, korban meninggal sampai siang ini pukul 14.50 WIT (kemarin) sebanyak 63 jiwa, ditambah 7 orang di Kota Jayapura. Sedangkan korban luka ringan mencapai 75 orang dan luka berat sebanyak 30 orang," papar Putu Arga Sujawadi. Para korban terluka, kata Putu Arga, dirawat di berbagai tempat, seperti di Puskesmas Sentani, RSUD Yowari, dan RSUD Dian Harapan Jayapura.
Tim prajurit dari Kodam XVII/Cenderawasih ikut terjun langsung membantu korban banjir bandang di Sentani. Prajurit TNI berhasil mengevakuasi korban-korban selamat, termasuk seorang balita dan bayi. "Ditemukan bayi usia 5 bulan yang dalam keadaan terjepit di bawah reruntuhan rumahnya," ujar Kapendam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi, Minggu kemarin.
Menurut Kolonel Aidi, bayi 5 bulan itu ditemukan dalam kondisi terjepit, Minggu pagi pukul 10.55 WIT. Saat ditemukan, bayi malang ini masih hidup. Namun, ibu dan saudara si bayi ditemukan dalam keadaan sudah meninggal. Sedangkan ayah si bayi selamat dari maut, namun dalam kondisi yang masih terguncang. "Bayi tersebut sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit lapangan di Sentani," papar Kolonel Aidi.
Selain itu, prajurit TNI juga mengevakuasi seorang bocah berusia 5 tahun, Minggu pagi pukul 08.00 WIT. Bocah malang ini ditemukan masih hidup, dalam kondisi terjepit di bawah reruntuhan rumahnya. "Anak ini berhasil diselamatkan. Ibunya tidak ditemukan, sementara bapaknya dalam keadaan panik," tegas Kolonel Aidi.
Selain 70 korban tewas dan 105 terluka, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga melaporkan ada 4.150 warga mengungsi akibat bencana banjir bandang di Sentani. Sedangkan bangunan yang hancur mencapai sekitar 350 unit. Sejumlah kendaraan rida empat maupun roda dua juga tenggelam. Bu-kan hanya itu, ada dua pesawat terbang yang rusak akibat diterjang banjir ban-dang.
Kedua pesawat yang rusak itu, masing-masing pesawat Twin Otter yang tengah parkir di Lapangan Terbang Adventis Doyo-Sentani dan pesawat helikopter. "Terjadi kerusakan satu pesawat jenis Twin Otter di Lapangan Terbang Adventis Doyo Sentani," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan tertulisnya, Minggu kemarin.
Banjir bandang mulai menerjang kawasan Sentani, Sabtu malam pukul 22.00 WIT. Sebelum banjir bandang, terjadi hujan sangat lebat mulai sore pukul 17.00 WIT. Sekitar pukul 18.00 WIT, hujan mengalami fluktuasi dengan curah hujan menjadi deras mencapai 50,5 mm/jam.
Tepat pukul 22.00 WIT, palung sungai yang ada di kawasan Sentani tidak mampu menampung air hujan. Diduga terjadi longsoran-longsoran yang kemudian membendung alur-alur sungai di hulu. "Itulah yang menyebabkan banjir bandang dengan material kayu-kayu gelondongan, batu-batu sedimen banyak yang dialurkan ke bagian hilirnya. Kemudian, banjir bandang menerjang 9 kelurahan di Kecamatan Sentani," papar Sutopo.
Sutopo mengungkapkan, dampak kerusakan diperkirakan akan terus bertambah, karena pendataan masih dilakukan. Sedangkan sejumlah daerah terdampak, masih sulit dijangkau Tim SAR Gabungan.
Menurut Sutopo, banjir yang menerjang 9 kelurahan di Sentani ini diduga akibat adanya longsor di bagian hulu, yang materialnya menyumbat hingga membuat air meluap. "Karakteristik banjir bandang yang sering terjadi di Indonesia diawali adanya longsor di bagian hulu, kemudian membendung sungai, sehingga terjadi badan air atau bendungan alami," katanya.
Sutopo mengatakan, karena volume air terus bertambah, air meluap dan turun ke dataran bawah yang merupakan kawasan permukiman. Banjir membawa material kayu dan batu dan menerjang rumah warga. Selain itu, Sutopo menduga banjir bandang disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi. Bencana banjir serupa sebelumnya juga pernah terjadi di Sentani tahun 2007 silam.
Sementara itu, Presiden Jokowi meminta penanganan banjir bandang di Sentani lebih difokuskan pada evakuasi korban. Jokowi sudah memerintahkan Kepala BNPB, Doni Monardo, untuk mengecek langsung penanganan banjir bandang di Sentani.
"Saya sudah perintahkan (Kepala BNPB) secepatnya untuk datang ke lokasi hari ini (kemarin). Beliau langsung ke sana. Dan, kita harapkan, yang paling penting penanganan evakuasi secepat-cepatnya, agar mengurangi korban yang ada," kata Jokowi dalam keterangan persnya di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu kemarin.
Jokowi juga sudah meminta BNPB memperhatikan kondisi daerah lainnya yang terkena banjir bandang. Jokowi meminta diberi laporan secepatnya terkait kondisi terakhir Sentani dan daerah lain yang terdampak banjir bandang. “Kemudian, saya sudah sampaikan juga agar segera dilaporkan hal-hal yang penting yang bisa kita lakukan, karena banjir bandang tidak hanya di Sentani saja. Di provinsi lain juga ada. Kabupaten lain kota lain juga ada," tandas Jokowi sembari menyampaikan duka cita mendalam bagi para korban.
Di sisi lain, Dinas Kesehatan Papua telah mengerahkan 60 ambulans dan mobil jenazah untuk mengangkut korban banjir bandang di Sentani. Evakuasi korban hingga tadi malam masih berlanjut. "Semua mobil ambulans dan mobilmobil jenazah seluruh instansi kesehatan dan semua rumah sakit di Jayapura sudah diturunkan ke sejumlah lokasi bencana banjir," ungkap Kadis Kesehatan Papua, drg Aloysius Giyai, di Jayapura kemarin. *
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ahmad Musthofa Kamal, mengatakan dari 70 korban tewas akibat banjir bandang di Sentani, 22 korban di antaranya sudah teridentifikasi. Sedangkan sisanya, masih diidentifikasi. Sebanyak 15 jenazah sudah diserahkan polisi ke pihak keluarga.
"Ada 15 jenazah telah diserahkan kepada keluarga korban, sedangkan jenazah lainnya belum diserahkan karena masih menunggu keluarga korban," jelas Kombes Mustofa Kamal dalam keterangan persnya yang dilansir detikcom di Jayapura, Minggu (17/3).
Secara terpisah, Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Jayapura, Putu Arga Sujawadi, mengatakan dari 70 korban tewas akibat banjir bandang di Sentani, 63 orang di antaranya meninggal di Kabupaten Jayapura. Sedangkan 7 korban tewas lainnya berada di Kota Jayapura.
"Data yang kami terima dari posko utama, korban meninggal sampai siang ini pukul 14.50 WIT (kemarin) sebanyak 63 jiwa, ditambah 7 orang di Kota Jayapura. Sedangkan korban luka ringan mencapai 75 orang dan luka berat sebanyak 30 orang," papar Putu Arga Sujawadi. Para korban terluka, kata Putu Arga, dirawat di berbagai tempat, seperti di Puskesmas Sentani, RSUD Yowari, dan RSUD Dian Harapan Jayapura.
Tim prajurit dari Kodam XVII/Cenderawasih ikut terjun langsung membantu korban banjir bandang di Sentani. Prajurit TNI berhasil mengevakuasi korban-korban selamat, termasuk seorang balita dan bayi. "Ditemukan bayi usia 5 bulan yang dalam keadaan terjepit di bawah reruntuhan rumahnya," ujar Kapendam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi, Minggu kemarin.
Menurut Kolonel Aidi, bayi 5 bulan itu ditemukan dalam kondisi terjepit, Minggu pagi pukul 10.55 WIT. Saat ditemukan, bayi malang ini masih hidup. Namun, ibu dan saudara si bayi ditemukan dalam keadaan sudah meninggal. Sedangkan ayah si bayi selamat dari maut, namun dalam kondisi yang masih terguncang. "Bayi tersebut sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit lapangan di Sentani," papar Kolonel Aidi.
Selain itu, prajurit TNI juga mengevakuasi seorang bocah berusia 5 tahun, Minggu pagi pukul 08.00 WIT. Bocah malang ini ditemukan masih hidup, dalam kondisi terjepit di bawah reruntuhan rumahnya. "Anak ini berhasil diselamatkan. Ibunya tidak ditemukan, sementara bapaknya dalam keadaan panik," tegas Kolonel Aidi.
Selain 70 korban tewas dan 105 terluka, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga melaporkan ada 4.150 warga mengungsi akibat bencana banjir bandang di Sentani. Sedangkan bangunan yang hancur mencapai sekitar 350 unit. Sejumlah kendaraan rida empat maupun roda dua juga tenggelam. Bu-kan hanya itu, ada dua pesawat terbang yang rusak akibat diterjang banjir ban-dang.
Kedua pesawat yang rusak itu, masing-masing pesawat Twin Otter yang tengah parkir di Lapangan Terbang Adventis Doyo-Sentani dan pesawat helikopter. "Terjadi kerusakan satu pesawat jenis Twin Otter di Lapangan Terbang Adventis Doyo Sentani," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan tertulisnya, Minggu kemarin.
Banjir bandang mulai menerjang kawasan Sentani, Sabtu malam pukul 22.00 WIT. Sebelum banjir bandang, terjadi hujan sangat lebat mulai sore pukul 17.00 WIT. Sekitar pukul 18.00 WIT, hujan mengalami fluktuasi dengan curah hujan menjadi deras mencapai 50,5 mm/jam.
Tepat pukul 22.00 WIT, palung sungai yang ada di kawasan Sentani tidak mampu menampung air hujan. Diduga terjadi longsoran-longsoran yang kemudian membendung alur-alur sungai di hulu. "Itulah yang menyebabkan banjir bandang dengan material kayu-kayu gelondongan, batu-batu sedimen banyak yang dialurkan ke bagian hilirnya. Kemudian, banjir bandang menerjang 9 kelurahan di Kecamatan Sentani," papar Sutopo.
Sutopo mengungkapkan, dampak kerusakan diperkirakan akan terus bertambah, karena pendataan masih dilakukan. Sedangkan sejumlah daerah terdampak, masih sulit dijangkau Tim SAR Gabungan.
Menurut Sutopo, banjir yang menerjang 9 kelurahan di Sentani ini diduga akibat adanya longsor di bagian hulu, yang materialnya menyumbat hingga membuat air meluap. "Karakteristik banjir bandang yang sering terjadi di Indonesia diawali adanya longsor di bagian hulu, kemudian membendung sungai, sehingga terjadi badan air atau bendungan alami," katanya.
Sutopo mengatakan, karena volume air terus bertambah, air meluap dan turun ke dataran bawah yang merupakan kawasan permukiman. Banjir membawa material kayu dan batu dan menerjang rumah warga. Selain itu, Sutopo menduga banjir bandang disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi. Bencana banjir serupa sebelumnya juga pernah terjadi di Sentani tahun 2007 silam.
Sementara itu, Presiden Jokowi meminta penanganan banjir bandang di Sentani lebih difokuskan pada evakuasi korban. Jokowi sudah memerintahkan Kepala BNPB, Doni Monardo, untuk mengecek langsung penanganan banjir bandang di Sentani.
"Saya sudah perintahkan (Kepala BNPB) secepatnya untuk datang ke lokasi hari ini (kemarin). Beliau langsung ke sana. Dan, kita harapkan, yang paling penting penanganan evakuasi secepat-cepatnya, agar mengurangi korban yang ada," kata Jokowi dalam keterangan persnya di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu kemarin.
Jokowi juga sudah meminta BNPB memperhatikan kondisi daerah lainnya yang terkena banjir bandang. Jokowi meminta diberi laporan secepatnya terkait kondisi terakhir Sentani dan daerah lain yang terdampak banjir bandang. “Kemudian, saya sudah sampaikan juga agar segera dilaporkan hal-hal yang penting yang bisa kita lakukan, karena banjir bandang tidak hanya di Sentani saja. Di provinsi lain juga ada. Kabupaten lain kota lain juga ada," tandas Jokowi sembari menyampaikan duka cita mendalam bagi para korban.
Di sisi lain, Dinas Kesehatan Papua telah mengerahkan 60 ambulans dan mobil jenazah untuk mengangkut korban banjir bandang di Sentani. Evakuasi korban hingga tadi malam masih berlanjut. "Semua mobil ambulans dan mobilmobil jenazah seluruh instansi kesehatan dan semua rumah sakit di Jayapura sudah diturunkan ke sejumlah lokasi bencana banjir," ungkap Kadis Kesehatan Papua, drg Aloysius Giyai, di Jayapura kemarin. *
Komentar