Perekonomian Bali Tetap Membaik
Terimbas Siklus Tahunan
DENPASAR, NusaBali
Keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi Bali tahun 2019 berada pada level optimis. Hal tersebut ditunjukkan dengan perbaikan keyakinan konsumen (Indeks Keyakinan Konsumen/IKK) pada Februari lalu sebesar 118,6 poin, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya (Januari) yakni 117,3 poin. Kemudian kondisi keuangan dan akses perbankan konsumen diperkirakan akan mengalami peningkatan, baik konsumsi maupun jumlah tabungan dalam 6 bulan ke depan.
Hal tersebut terungkap dalam kegiatan Desiminasi Hasil Survei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali (KaPw BI Bali) di KaPw BI Bali di Jalan Letda Tantular, Denpasar, Senin (18/3}.
Deputi Kepala Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Provinsi Bali (KPw BI Bali) Teguh Setiadi, mengatakan optimisme konsumen pada Februari lalu, kembali meningkat. “Meskipun konsumen maupun pedagang memperkirakan akan terjadi kenaikan harga pada 3 bulan dan 6 bulan ke depan, seiring dengan perayaan hari raya keagamaan,” ujarnya. Namun indeks ekspektasi harga (IEH) berada dalam tren penurunan. Hal itu didukung perkiraan distribusi barang yang semakin lancar dan tingkat inflasi 2018 lalu yang stabil. Karena itulah lanjut Teguh Setiadi, seiring pulihnya kondisi perekonomian Bali secara umum , Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mengalami peningkatan, dari 117,3 poin pada Januari lalu, menjadi 118,6 poin pada Februari.
Indikator optimis perekonomian ke depan juga ditunjukkan dengan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) Bali pada Februari lalu. IKE Bali, dijelaskan Teguh Setiadi sebesar 102,6 poin.Optimisme tersebut didorong membaiknya ketersediaan lapangan kerja dibanding 6 bulan sebelumnya. Seiring dengan itulah indeks penghasilan saat ini juga berada pada level optimis dibanding 6 bulan sebelumnya, dari 102,5 poin menjadi 113,9 poin.
Sejalan dengan itu, dari penjelasan Teguh Setiadi, pertumbuhan ekonomi Bali untuk triwulan I 2019 ini, tumbuh positif, namun mengalami pelambatan dari triwulan sebelumnya. “Berdasarkan survei kami atau kajian kami pertumbuhan ekonomi Bali antara 6,1 – 6,5 persen,” ungkap Teguh Setiadi.
Pelambatan tersebut memang merupakan siklus tahunan, yang terulang setiap triwulan pertama setiap tahun. “Secara siklus memang demikian, triwulan I cenderung melambat,” ujarnya. Karena memang pada triwulan I kegiatan-kegiatan berimbas pada perekonomian baru mulai. Misalnya seperti untuk proyek-proyek masih tahap pelelelangan. Beum ada realisasi. “Itu sangat mempengaruhi. Demikian juga pertumbuhan pertumbuhan konsumsi lebih rendah setelah liburan panjang pada triwiulan IV 2018.
Desiminasi hasil survei Bank Indonesia Provinsi Bali diikuti stakeholder terkait, pemerintah, kalangan industri, swasta dan pemangku kepentingan lain, termasuk dari kabupaten/kota se-Bali. BI sendiri, kata Teguh Setiadi melakukan survei 12 kali dalam setahun. Survei tersebut dipakai untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi. “Selama ini kami pakai sendiri,” jelasnya.
Sementara dengan desiminasi tersebut, hasil survei BI diharapkan bisa memberi manfaat untuk stakeholder lainnya. *k17
Hal tersebut terungkap dalam kegiatan Desiminasi Hasil Survei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali (KaPw BI Bali) di KaPw BI Bali di Jalan Letda Tantular, Denpasar, Senin (18/3}.
Deputi Kepala Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Provinsi Bali (KPw BI Bali) Teguh Setiadi, mengatakan optimisme konsumen pada Februari lalu, kembali meningkat. “Meskipun konsumen maupun pedagang memperkirakan akan terjadi kenaikan harga pada 3 bulan dan 6 bulan ke depan, seiring dengan perayaan hari raya keagamaan,” ujarnya. Namun indeks ekspektasi harga (IEH) berada dalam tren penurunan. Hal itu didukung perkiraan distribusi barang yang semakin lancar dan tingkat inflasi 2018 lalu yang stabil. Karena itulah lanjut Teguh Setiadi, seiring pulihnya kondisi perekonomian Bali secara umum , Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mengalami peningkatan, dari 117,3 poin pada Januari lalu, menjadi 118,6 poin pada Februari.
Indikator optimis perekonomian ke depan juga ditunjukkan dengan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) Bali pada Februari lalu. IKE Bali, dijelaskan Teguh Setiadi sebesar 102,6 poin.Optimisme tersebut didorong membaiknya ketersediaan lapangan kerja dibanding 6 bulan sebelumnya. Seiring dengan itulah indeks penghasilan saat ini juga berada pada level optimis dibanding 6 bulan sebelumnya, dari 102,5 poin menjadi 113,9 poin.
Sejalan dengan itu, dari penjelasan Teguh Setiadi, pertumbuhan ekonomi Bali untuk triwulan I 2019 ini, tumbuh positif, namun mengalami pelambatan dari triwulan sebelumnya. “Berdasarkan survei kami atau kajian kami pertumbuhan ekonomi Bali antara 6,1 – 6,5 persen,” ungkap Teguh Setiadi.
Pelambatan tersebut memang merupakan siklus tahunan, yang terulang setiap triwulan pertama setiap tahun. “Secara siklus memang demikian, triwulan I cenderung melambat,” ujarnya. Karena memang pada triwulan I kegiatan-kegiatan berimbas pada perekonomian baru mulai. Misalnya seperti untuk proyek-proyek masih tahap pelelelangan. Beum ada realisasi. “Itu sangat mempengaruhi. Demikian juga pertumbuhan pertumbuhan konsumsi lebih rendah setelah liburan panjang pada triwiulan IV 2018.
Desiminasi hasil survei Bank Indonesia Provinsi Bali diikuti stakeholder terkait, pemerintah, kalangan industri, swasta dan pemangku kepentingan lain, termasuk dari kabupaten/kota se-Bali. BI sendiri, kata Teguh Setiadi melakukan survei 12 kali dalam setahun. Survei tersebut dipakai untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi. “Selama ini kami pakai sendiri,” jelasnya.
Sementara dengan desiminasi tersebut, hasil survei BI diharapkan bisa memberi manfaat untuk stakeholder lainnya. *k17
1
Komentar