Tanah Longsor Tutup Akses Jalan di Desa Carangsari
Bencana tanah longsor serta pohon tumbang terjadi di Banjar Samuan Kangin, Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Badung, Selasa (19/3) pagi sekitar pukul 07.00 Wita.
MANGUPURA, NusaBali
Material longsor sempat menutup badan jalan desa setempat, sehingga kendaraan praktis tak bisa melintas. “Kami menerima informasi terjadi longsor sekitar pukul 07.55 Wita. Setelah mendapat informasi, kami langsung ke lokasi dan tiba pada pukul 08.13 Wita,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Badung, Ni Nyoman Ermy Setiari, kemarin.
Ermy Setiari mengatakan, tanah yang longsor merupakan milik I Wayan Loka, 55. Nah, saat tanah longsor, pepohonan terdiri dari pohon nangka, gintungan, dan aren yang berada di lokasi ikut tumbang. Alhasil, material tanah dan batang pohon seketika menutup badan. “Setelah dilakukan pemotongan pohon, akses jalan sudah terbuka dan sudah normal. Sedangkan tanah longsor sudah kami koordinasi dengan dengan pihak desa setempat dan Dinas PUPR,” terangnya.
Syukurlah, imbuh Ermy Setiary, longsor tidak menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Sebab, saat kejadian sedang sepi dari lalu lalang warga. Disinggung penyebab terjadinya longsor, Ermy Setiari mengungkapkan akibat cuaca aktrem yang terjadi akhir-akhir ini.
Nah, dari data BPBD Badung, sepanjang bulan Maret 2019 total ada 19 kali bencana, baik tanah longsor, pohon tumbang, angin putting beliung, maupun kebakaran. Sementara, kerugian tercatat ratusan juta rupiah.
“Dalam upaya penanganan bencana yang terjadi, kami memiliki dana untuk penanganan tanggap darurat. Misalnya untuk bantuan ke rumah warga yang alami musibah kebakaran, kami berikan perabot rumah dan sembako,” ungkap Ermy Setiari sembari menyebut anggaran khusus untuk penanganan tanggap darurat senilai Rp 2 miliar tahun 2019.
“Namun, bila bencana menimbulkan kerusakan serius dan memerlukan rehab, maka ada bidangnya sendiri. Apabila, kerusakan cukup parah dan memerlukan dana besar, maka akan diarahkan ke instansi teknis,” tandasnya. *asa
Ermy Setiari mengatakan, tanah yang longsor merupakan milik I Wayan Loka, 55. Nah, saat tanah longsor, pepohonan terdiri dari pohon nangka, gintungan, dan aren yang berada di lokasi ikut tumbang. Alhasil, material tanah dan batang pohon seketika menutup badan. “Setelah dilakukan pemotongan pohon, akses jalan sudah terbuka dan sudah normal. Sedangkan tanah longsor sudah kami koordinasi dengan dengan pihak desa setempat dan Dinas PUPR,” terangnya.
Syukurlah, imbuh Ermy Setiary, longsor tidak menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Sebab, saat kejadian sedang sepi dari lalu lalang warga. Disinggung penyebab terjadinya longsor, Ermy Setiari mengungkapkan akibat cuaca aktrem yang terjadi akhir-akhir ini.
Nah, dari data BPBD Badung, sepanjang bulan Maret 2019 total ada 19 kali bencana, baik tanah longsor, pohon tumbang, angin putting beliung, maupun kebakaran. Sementara, kerugian tercatat ratusan juta rupiah.
“Dalam upaya penanganan bencana yang terjadi, kami memiliki dana untuk penanganan tanggap darurat. Misalnya untuk bantuan ke rumah warga yang alami musibah kebakaran, kami berikan perabot rumah dan sembako,” ungkap Ermy Setiari sembari menyebut anggaran khusus untuk penanganan tanggap darurat senilai Rp 2 miliar tahun 2019.
“Namun, bila bencana menimbulkan kerusakan serius dan memerlukan rehab, maka ada bidangnya sendiri. Apabila, kerusakan cukup parah dan memerlukan dana besar, maka akan diarahkan ke instansi teknis,” tandasnya. *asa
1
Komentar