Paket Tour Coffee Semakin Diminati
Trend agro tourism atau wisata agro, semakin menjadi ‘kekuatan’ pariwisata Bali.
DENPASAR, NusaBali
Paket ‘tour coffee’ pun semakin seksi. Salah satunya ditunjukkan dengan semakin ramainya kunjungan wisatawan, baik perseorangan maupun group ke kebun kopi. Tentu saja sambil menyeruput kopi.
“Dari pengalaman kami, sebulan antara 11 sampai 15 rombongan wisatawan yang datang menikmati wisata kopi,” ujar Komang Sukarsana, salah seorang pebinis kopi asal Kintamani, Bangli, Selasa (19/3).
Melihat trend itulah, Komang Sukarsana optimis dengan perkembangan bisnis kopi, terutama kopi lokal Bali. “Sepertinya kian ramai, terutama Juni, Juli dan Agustus nanti,” lanjutnya.
Sukarsana mengiyakan dengan kian ramainya kunjungan wisatawan ke kebun kopi, ‘tour kopi, juga menjadi pendukung dan kekuatan pariwisata Bali. Apalagi selama ini model bisnis kopi bertalian dengan wisata sudah jalan. Contohnya produk souvernir atau gift (hadiah). Pemasarannya tak hanya lokal, tetapi juga ke manca negera. “Itu sebagai cenderamata, sudah jalan,” papar Sukarsana.
Sementara sebagian besar segmennya, China, Amerika, Australia, Singapura dan Prancis serta negara lainnya. Untuk mendukung lebih jauh potensi kopi lokal Bali, para penggiat kopi Bali melakukan sejumlah agenda. Di antaranya menciptakan single variety unggulan. Seperti penanaman kopi kopyol – salah satu varietas kopi arabica Kintamani di kawasan di Desa Pancasari, Sukasada, Buleleng yakni di kawasan Bedugul. “Ini untuk mengangkat identitas kopi Bali,” tambah Sukarsana, menunjuk aksi penanaman kopi varietas kopyol Minggu (13/3).
Kegiatan menanam kopi tersebut melibatkan komunitas penggiat kopi Bali seperti barista (tukang seduh), roaster dan lainnya. “ Juga berdimensi pelestarian lingkungan,” kata Sukarsana.
Pelaku pariwisata mengakui potensi kopi sebagai penundukung dan bagian dari industri pariwisata. “Prosfeknya kami kira bagus, karena kopi disukai hampir semua segmen. China, Jepang, Rusia, Eropa dan yang lain,” ujar I Nyoman Suarma, salah seorang pramuwisata.
Hanya saja, Suarma mengingatkan agar produk (kopi) yang dijual benar- benar produk yang berkualiatas. “Jangan asal kopi, karena ini jelas menyangkut citra Bali sebagai daerah wisata,” ujarnya. Suarma yang juga Pengurus Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) DPD Bali, mengaku memang sering memandu kliennya berwisata kopi. *k17
“Dari pengalaman kami, sebulan antara 11 sampai 15 rombongan wisatawan yang datang menikmati wisata kopi,” ujar Komang Sukarsana, salah seorang pebinis kopi asal Kintamani, Bangli, Selasa (19/3).
Melihat trend itulah, Komang Sukarsana optimis dengan perkembangan bisnis kopi, terutama kopi lokal Bali. “Sepertinya kian ramai, terutama Juni, Juli dan Agustus nanti,” lanjutnya.
Sukarsana mengiyakan dengan kian ramainya kunjungan wisatawan ke kebun kopi, ‘tour kopi, juga menjadi pendukung dan kekuatan pariwisata Bali. Apalagi selama ini model bisnis kopi bertalian dengan wisata sudah jalan. Contohnya produk souvernir atau gift (hadiah). Pemasarannya tak hanya lokal, tetapi juga ke manca negera. “Itu sebagai cenderamata, sudah jalan,” papar Sukarsana.
Sementara sebagian besar segmennya, China, Amerika, Australia, Singapura dan Prancis serta negara lainnya. Untuk mendukung lebih jauh potensi kopi lokal Bali, para penggiat kopi Bali melakukan sejumlah agenda. Di antaranya menciptakan single variety unggulan. Seperti penanaman kopi kopyol – salah satu varietas kopi arabica Kintamani di kawasan di Desa Pancasari, Sukasada, Buleleng yakni di kawasan Bedugul. “Ini untuk mengangkat identitas kopi Bali,” tambah Sukarsana, menunjuk aksi penanaman kopi varietas kopyol Minggu (13/3).
Kegiatan menanam kopi tersebut melibatkan komunitas penggiat kopi Bali seperti barista (tukang seduh), roaster dan lainnya. “ Juga berdimensi pelestarian lingkungan,” kata Sukarsana.
Pelaku pariwisata mengakui potensi kopi sebagai penundukung dan bagian dari industri pariwisata. “Prosfeknya kami kira bagus, karena kopi disukai hampir semua segmen. China, Jepang, Rusia, Eropa dan yang lain,” ujar I Nyoman Suarma, salah seorang pramuwisata.
Hanya saja, Suarma mengingatkan agar produk (kopi) yang dijual benar- benar produk yang berkualiatas. “Jangan asal kopi, karena ini jelas menyangkut citra Bali sebagai daerah wisata,” ujarnya. Suarma yang juga Pengurus Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) DPD Bali, mengaku memang sering memandu kliennya berwisata kopi. *k17
Komentar